Chapter 5: DON'T EAT THE FOOD!

3.6K 95 9
                                    

  Ku buka mataku perlahan, seberkas cahaya menyambutku dan membuatku mengerjapkan mata. Yang pertama kulihat adalah seseorang dengan kepalanya yang miring ke samping kanan. Dan, Oh! ternyata ada dua manusia di sini. Aku tak ingat siapa mereka berdua. Manusia pertama yang kulihat adalah seorang laki laki dengan kepala yang diperban dan terdapat bercak merah di dahinya. Dan manusia kedua yang kulihat adalah seorang anak  perempuan bertubuh mungil dengan perban dikedua matanya. 

   " Kau baik baik saja?" Tanya bocah berkepala miring itu, sambil menyentuh dahiku yang dingin

   Seseorang mendekati ku dengan matanya yang berkaca kaca menahan amarah dan kesedihannya yang mendalam

   " LIHAT APA YANG TELAH KAU PERBUAT! LIHAT DIA! KAU MELUKAI ADIKKU!!!" Bentak seseorang itu tepat di hadapanku.

   Aku menatapnya dengan tajam, lalu mengambil sebilah pisau yang berada tak jauh dari ku. Namun, sebuah tangan menahanku, membuatku menggeram pelan dan menumbuhkan sisa sisa ketidak manusiawi ku. 

   " Dengar, kenapa kau melakukan hal ini kepada setiap orang? Kenapa kau senang menyiksa orang? kenapa kau..." Belum selesai laki laki itu bertanya, seseorang menggengam lengannya erat membuat mulutnya bungkam tak bersuara

   " Aku tidak mengenalmu. Aku tidak tahu siapa kalian" Ucapku dengan jujur. 

   Yang kuingat saat ini adalah anak perempuan yang tubuhnya terpisah pisah, dan dua anak laki laki dan perempuan yang tengah berlari lari sambil tertawa ceria. Aku tidak tahu apakah semua yang kupikirkan itu nyata atau melainkan hanya sebuah mimpi. Dua mimpi yang menyambung menjadi satu dan meninggalkan sebuah potongan puzzle yang bisa kuubah menjadi sebuah petunjukku. Ini semua adalah teka teki hidupku yang harus aku pecahkan agar aku bisa menemukan kehidupan lamaku. 

    " Kau bohong" Ucap perempuan itu dengan matanya yang tertutup

   " Aku tidak berbohong. Aku tidak tahu siapa kalian" Jawabku dengan malas

   " Mereka berdua adalah korban mu kemarin" Ucap bocah itu sambil memutarkan kedua bola matanya 

  " Aku tahu kau berbohong! Kau tidak akan pernah melupakan korban korban mu bukan?" Tanya laki laki itu, lalu menggengam erat kerah bajuku.

   " Aku tidak akan pernah melupakan korban korbanku. Tapi aku tidak pernah ingat jika kalian berdua adalah korban korbanku" Aku hanya menghela napas, lalu menunduk dalam

   Kini otakku pun berputar putar, berusaha untuk mengingat semua gambaran gambaran mimpiku tadi. Mimpi ku kali ini adalah sebuah teka teki yang harus aku pecahkan. Yup! yang harus aku lakukan saat ini adalah menyusun teka teki itu, bukannya mengurusi dua manusia yang tak penting itu.  

  Aku berusaha berdiri dari kasurku, lalu berjalan menuju sebuah meja kayu yang telah rapuh dimakan usia. Aku terduduk dengan kedua tanganku yang menumpu daguku. Aku berusaha berpikir tanpa memedulikan ketiga orang yang tampak berbincang bincang. Namun, kini pikiranku kalut. Otakku tak bisa berpikir lebih jauh lagi, membuat mataku terasa berat dan

  DUAAAAAAAAAKKKK!!!!

  Seseorang baru saja memukul kepalaku.

*******************************

  Aku melihat dua anak itu lagi. Mereka tengah memandangiku dengan pandangan curiga, lalu segera berjalan ke dalam rumahnya. Ku lepaskan genggaman tanganku, menjatuhkan benda berat yang baru saja membebani lengan kiriku. Kepalaku serasa berputar putar, membuat mimpi ini semakin nyata. Ya, aku sadar bahwa ini mimpi, dan aku berharap tiga orang itu tidak membangunkan ku.

  Aku berjalan perlahan menuju sebuah rumah itu yang tampak sederhana dengan cat putihnya yang bersih. Ku intip isi rumah itu melalui jendelanya yang terbuka lebar. Lalu kuperhatikan dua anak itu yang sedang menikmati serealnya yang tampak lezat. Seorang kakek yang sudah tua, namun berbadan tegap itu mendatangi mereka berdua dan mengacak acak rambut mereka sambil tertawa lebar. Aku hanya meneguk ludah ketika anak anak itu mengunyah sereal yang terasa renyah, dan meninggalkan sisa rempah rempah pada sekitar bibir mereka. 

Horor GameWhere stories live. Discover now