10 : Tidak Mungkin

171 51 3
                                    

Ting!

Ponsel Mingyu berbunyi namun ia menghiraukannya. Ia sedang berdiri di depan pintu kamar apartemennya dengan seseorang yang tadi menanyakan kabarnya. "Sedang apa di sini?" tanya Mingyu dingin.

"Mengunjunimu," jawab orang itu, ehm lebih tepatnya perempuan itu. "Untuk apa lagi aku ke sini selain mengunjungimu?"

Mingyu mengangkat bahunya tanda tak peduli. Ia menyingkirkan perempuan itu dari depan pintunya dan mulai menekan kode kamarnya.

"Aku tahu kau putus dengan Haneul."

Tentu saja Mingyu menutup pintunya lagi. Ia memutar tubuhnya agar dapat melihat wajah perempuan itu. "Ba---"

"Apa sih yang Bae Irene tidak tahu?"

Mingyu menatap Irene dengan tatapan tajamnya. Irene menyukai Mingyu tapi Mingyu tidak menyukai Irene. Irene memang memiliki obsesi yang besar terhadap Mingyu.

"Tawaranku 2 tahun yang lalu masih berlaku."

Mingyu berusaha mengingat sesuatu. "Kim Mingyu, maukah jadi pacarku?"

Dengan cepat Mingyu menggeleng. "Tidak akan pernah aku terima," jawab Mingyu yang kemudian masuk ke kamar apartemennya.

"Aku tidak akan menyerah begitu saja!!" teriak Irene dari luar kemudian erdengan ketukan heels yang dipakai Irene, menandakan perempuan itu sudah pergi.

Irene benar-benar perempuan yang berbahya. Sangat berbahaya.

Mingyu merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Ia menemukan sebuah notifikasi yang ia rindukan. Itu dari Haneul.

KakaoTalk

Haneul :

Sudah di rumah?
Apa sudah merasa lebih baik?  

03:35pm

Mingyu :

Aku sudah di rumah
Terima kasih sudah menjagaku semalam

03:52pm

///\\\

Sejak kejadian hari itu, Mingyu dan Haneul kembali dekat. Perempuan yang diyakini bernama Bae Irene juga terus mengganggu Mingyu. Tapi itu tidak masalah bagi Mingyu selagi Haneul masih dekat dengannya.

Sekarang Mingyu dan Haneul sedang berada di perpustakaan kota. Mereka sedang membaca buku sejarang yang sebenarnya membosankan namun sangat menarik. Terkadang Haneul menanyakan penjelasan dari buku yang ia baca kepada Mingyu karena Mingyu benar-benar tertarik dengan sejarah.

"Hai Mingyu."

Mingyu mau pun Haneul mendongakan kepalanya, melihat siapa yang baru saja menyapa Haneul.

"Irene?"

"Oh hai Haneul," sapa Irene dengan senyum manisnya yang jahat. "Mingyu, kamu tidak bilang kepadaku kalau kamu mau belajar di perpustakaan bersama Haneul."

"Memangnya aku---"

"Kamu lupa kalau kita sudah pacaran?"

Bukan hanya Haneul yang terkejut, Mingyu pun juga terkejut. "Irene gila," batin Mingyu.

Haneul menatap Mingyu dan Irene secara bergantian. Mingyu yang menangkap tatapan Haneul langsung menggeleng dengan cepat, berusaha agar Haneul mengerti kalau apa  yang dikatakan Irene itu tidak benar.

Irene yang menyadari bahwa Haneul butuh penjelasan langsung angkat bicara. "Ketika kalian putus, Mingyu langsung datang kepadaku," jelas Irene.

"A-apa?! Ti---"

"Diam sayang," kata Irene dengan senyumannya. "Sebenarnya dia memutuskanmu karena dia suka aku."

Haneul membulatkan matanya, begitu juga Mingyu yang tidak tahu apa-apa. Haneul berdiri dari duduknya dan kemudian pamit pergi. Mingyu juga ikut berdiri karena ingin mengejar Haneul. Namun Irene menahan tangannya.

"Selamat datang, Mingyu."

Dengan kasar Mingyu menghempaskan tangan Irene dan mengejar Haneul yang entah pergi ke mana.

///\\\

Haneul terisak di kamarnya. Ternyata kebahagiaan memang tidak kekal. Haneul merutuki dirinya karena terus beranggapan bahwa Mingyu masih menyimpan rasa padanya namun kenyataannya hati Mingyu sudah disimpan di hati Irene.

Haneul terus menangis. Ia merasa menjadi perempuan yang sangat bodoh karena telah berharap kepada mantannya yang ternyata sudah berkencan dengan orang lain.

Haneul benci Mingyu dan dirinya sendiri.

"Haneul," Seoyeon membuka pintu kamar Haneul. "Ada Mingyu di--- hey kenapa?"

"Bilang kalau aku tidur. Nanti kuceritakan semuanya."

Seoyeon mengangguk kemudian ia pergi ke depan pintu rumah, di mana Mingyu menunggu.

"Dia tidak mau bertemu dengamu," kata Seoyeon. "Beri tahu aku, apa yang terjadi?"

Mingyu menarik napasnya. "Kami sedang belajar di perpustakaan dan tiba-tiba Irene datang. Ia bilang aku berpacaran dengannya padahal menerima tawarannya saja tidak!"

Seoyeon menatap laki-laki di depannya dan berkata, "Pulanglah... Akan aku usahakan agar Haneul mengerti apa yang kau maksud."

Seoyeon meninggalkan Mingyu dan menutup pintu. Ia pergi ke kamar Haneul dan duduk di sebelahnya.

Haneul menceritakan semua yang terjadi hari ini. Dari awal ia merasa sangat senang sampai ia merasa sakit seperti ditusuk seribu jarum dan dijatuhkan ke dalam jurang.

"Aku percaya," kata Seoyeon. "Aku percaya Mingyu hanya menyukaimu... Bahkan sangat suka sampai ia mencintaimu."

pizza // mingyuWhere stories live. Discover now