4. Pesan Dari Masa Lalu

4.3K 420 287
                                    

Setiap kisah akan menjadi sejarah
Seberapa baik dan buruknya
Bergantung seberapa apik kau menjalankannya.

-oOo-

Lowee merebahkan tubuh di samping tubuh kecil putranya yang pulas. Perjalanan dari Jakarta sampai ke Bandara Abdul Rahman Saleh tidak semelelahkan perjalanan dari bandara menuju pusat Kota Malang, di mana rumah mertuanya berada. Perjalanan yang memakan waktu tidak lebih dari satu jam, membuat Lowee merasa sangat payah. Benar kata orang, kinerja emosi lebih menguras energi ketimbang kinerja fisik.

Bibir nyigar jambe itu melengkung, membentuk senyum indah. Namun, tak sama dengan matanya, di sana meremang air bening. Bagai raksa yang melepuhkan pipi mulusnya.

Diciumnya kening anak itu, lembut dan dalam. Tubuh Lowee berguncang menahan sesak. Segera ia tarik wajahnya menjauh dari kening sang anak. Tak ingin membuat sang anak terbangun karena isak tangis yang meluncur tanpa diduga.

Bagai jalan menurun, perasaan Lowee menggelinding begitu saja ketika menangkap canda tawa dari ruang keluarga yang berada di tengah-tengah rumah itu. Tempat sentra berkumpul kala senggang.

"Ih, Mas jelek, deh, kalau gitu," kata Nisa. Samar tetapi jelas bernada manja di sana, membuat hati Lowee makin digelitiki duri. Perih.

"Kamu?"

"Aku? Ya, cantiklah. Makanya beruntung Mas punya istri cantik koyok aku." Lalu tawa riang kembali terdengar.

"Itulah ujianmu, disuruh bersabar dapat suami jelek," kata Byan, "dan aku harus bersyukur punya istri cantik."

Rayuan yang sempurna!

Nisa tertawa, khas dengan suara seraknya. "Terima kasih, Suamiku!"

Ah, interaksi itu. Seharusnya Loweelah pemiliknya. Semestinya ia yang tertawa seperti itu. Tidak seperti saat ini,malah sibuk mengubur luka bersamaan dengan terbukanya ingatan-ingatan lampau. Ingatan saat cinta itu tumbuh, saat ia mulai menikmati hari, menikmati waktu, menikmati semua durasi-durasi dari menunggu balasan pesan dari lelaki yang kini menjadi adik iparnya.

-oOo-

Tc!

Itu akronim awal yang Lowee terima pasca pertemuan waktu itu. Byan pertama kali mengiriminya pesan lewat WhatsApp, ketika smartphone sudah mulai beredar, dan Byan sudah menyimpan nomor kontak Lowee untuk melanjutkan silaturahmi katanya. Tetapi Lowee sudah menerka, pria yang membuatnya merasakan kehangatan musim semi kala embusan AC kubikel ATM bersuhu rendah itu memiliki ketertarikan yang sama. Sehingga janji saling menghubungi sempat mereka ikrarkan. Janji terselubung, sebab ada rasa yang tak ingin lepas, ada separuh hati tertaut dan tak ingin kandas.

Siapa?

Balas Lowee sama singkatnya.

Ini aku, Byan.

Lowee hampir terlonjak membaca sebaris pesan itu. Untuk kali pertamanya ia merasakan jantung berdebar sekaligus merasa lega. Pria si pencuri hati di saat ia sendiri kecopetan dompet kini mengirim pesan.

Oh, Abang. Apa kabar?

Alhamdulillah baik, kamu gimana?

Sama baiknya, Bang.

Ranjang Sebelah (Telah Diterbitkan) Where stories live. Discover now