EMPAT PULUH ENAM : Cokelat Dingin

Mulai dari awal
                                    

Yura mengangguk lemah ketika Aldrich menciumnya kasar, bahkan menggigit bibirnya keras hingga sobek.

Aldrich menjauhkan wajahnya. "Kau mengerti, kan?"

Yura mengangguk dan mendorong Aldrich untuk menjauh. "Aku mengerti."

Aldrich mengelus kepala Yura lembut. "Good girl."

Setelah pintu lift terbuka Aldrich segera menarik Yura keluar dari sana dan berjalan menuju apartemen.

Ketika sudah sampai di dalam Aldrich mendudukkan Yura di sofa ruang tengah. "Duduk di sini, aku akan membuatkanmu minuman."

Yura menyandarkan tubuhnya sepenuhnya ke sofa, memejamkan mata dan sesekali meringis karena merasa perih pada bibir akibat gigitan Aldrich.

Aldrich sendiri pergi ke dapur dan meletakkan dua gelas, satu untuk air putih dan satu lagi untuk cokelat dingin. Ia bersenandung pelan dan merogoh saku celananya, membawa sesuatu dari sana dan menaburkan isinya di minuman cokelat dingin. Aldrich menyeringai senang dan terkekeh pelan.

Yura membuka matanya kembali ketika terdengar sesuatu yang diletakkan di atas meja, Aldrich ikut duduk dan menunjuk dua gelas yang berbeda isinya dengan dagunya yang lancip.

Yura malah memandang Aldrich bingung.

"Air putih untuk membuatmu tenang, lalu kukira sesuatu yang manis juga bisa membuatmu tenang. Kau bisa meminum dua-duanya."

Yura meminum air putihnya terlebih dahulu ketika Aldrich merangkulnya dan mencium telinganya, hal itu membuat Yura bergidik karena merasa geli.

Kemudian Yura mengambil cokelat yang ternyata dingin, ia sempat heran ketika Aldrich memerhatikannya saat meminum itu. Apalagi setelah Yura meminum beberapa teguk Aldrich menyeringai dan tengah menahan tawanya agar tidak keluar.

"Bagaimana? Kau suka?" Aldrich menggigit pelan telinga Yura yang kini memerah.

"Begitulah." Yura memaksakan senyumnya dan bersandar di bahu Aldrich.

Tiba-tiba ia merasa kantuk yang amat sangat, kepalanya terasa berat dan matanya seakan ingin menutup untuk waktu yang lama.

Sebelum benar-benar tertidur, Yura bisa mendengar seseorang tertawa senang.

***

Kepala yang berdenyut-denyut adalah hal pertama yang Yura rasakan ketika membuka matanya, cahaya lampu yang terang membuat matanya perih.

Apakah ini sudah malam? Atau justru pagi? Yura tidak ingat bagaimana ia bisa tertidur, seingatnya ia tidak berbaring di kamar.

Hal terakhir yang ia ingat adalah Aldrich dan dua minuman. Setelah meminum cokelat dingin Yura merasa mengantuk dan akhirnya tertidur. Apa ada sesuatu di dalamnya?

Tubuhnya menegang seketika, apalagi ketika merasakan deru napas seseorang di tengkuknya. Yura berusaha berbalik dan hampir menjerit ketika Aldrich tidak memakai atasan.

Dengan terburu-buru Yura mengecek apakah ia juga dalam keadaan seperti itu, tetapi ternyata pakaiannya masih lengkap. Bahkan itu pakaian yang ia pakai siang tadi.

Tetapi tiba-tiba Yura merasa perih di tangan dan perutnya, apalagi bukan hanya di satu bagian. Hal itu membuatnya meringis pelan.

Ketika Yura mengangkat lengannya untuk melihat, deretan luka sayat memenuhi lengannya. Mulai dari sayatan acak yang pendek, lalu sayatan yang membentuk beberapa huruf, yaitu M, I, N dan E yang jika disusun menjadi MINE.

Yura merasa tubuhnya menggigil karena takut, selain perih yang menderanya. Yura memandang Aldrich yang tertidur pulas, mencoba menjauh ketika menyadari bahwa tubuhnya terjebak karena tangan Aldrich melingkar di tubuhnya.

Dengan dahi mengernyit menahan sakit, Yura menyingkap kausnya dan melihat deretan sayatan yang sama seperti di lengannya. Tetapi lebih banyak dan panjang.

Hal yang menarik perhatiannya adalah satu kata yang cukup dalam dituliskan dan berwarna merah, mungkin karena darahnya. Yaitu Aldrich's.

Tiba-tiba semua luka itu seakan menyerangnya secara bersama, membuatnya mengaduh sakit dan membuat Aldrich membuka matanya.

"Yura? Kau sudah bangun?"

Yura memandang Aldrich dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Antara marah, kesal dan sedih menjadi satu.

Mengapa Aldrich sampai hati untuk menyakitinya seperti ini?

"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Yura lirih.

Aldrich menyeringai. "Aku tidak melakukan apa pun padamu."

"Kau bohong."

"Tapi aku berkata jujur."

"Lalu ada apa dengan tanganku dan perutku?" Napas Yura memburu.

"Ah, kau sudah melihatnya? Aku hanya bermain-main denganmu."

"Bermain-main katamu?"

"Tenang saja, itu hanya luka kecil. Lagipula tidak ada yang terjadi, enyahkan pikiranmu tentang aku menidurimu. Itu tidak terjadi."

Refleks Yura menampar Aldrich dalam posisinya, membuat laki-laki menggeram marah.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah sudah kubilang untuk tidak membuatku emosi?"

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." Yura menangis ketika Aldrich merengkuhnya lebih dekat.

"Akan kuperlihatkan bagaimana rasa kecewaku padamu."

***

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang