Notif Ig

241 12 11
                                    

Ting!

Notifikasi di ponsel Manda berbunyi. Dia melirik malas ke arah benda itu sembari menyeruput es tehnya. Namun ia tersedak ketika melihat apa isi singkat notif itu.

"(Almnd_jessamine) Gian.aprilliano just posted a picture."

"Woi. Keselek, Bu Hajjah?" Sindir salah seorang teman Manda yang sekarang sedang makan bersamanya di kantin.

Manda mengacuhkan ledekan itu dan langsung meraih ponselnya. By the way, agak aneh gak sih kalau Manda 'turn on notification' di Instagramnya Gian? Yah, bukan cuma Gian doang sih, ada juga yang lain. Yang lainnya itu artis-artis yang di follow Manda. Dih, Gian setara dong sama artis itu?

Tanpa memikirkan itu lagi, Manda buru-buru mengklik notifnya. Keluarlah tampilan instagram dari postingan Gian.

"Bersama para calon prajurit gila. Hal paling akhir yang pernah terpikirkan oleh saya dari perjalanan ini adalah, Ternyata ini-lah kebahagiaan yang selama ini saya cari-cari." Begitu isi caption dari postingan Gian.

Manda menarik senyum ketika membaca rentetan kata terpuitis yang pernah diciptakan oleh seorang Gian. Biasanya tiap nge-post di instagram, cowok itu gak pernah membubuhkan caption. Sangat jarang sekali. Palingan cuma emoticon doang. Itu pun cuma sebiji.

Foto itu di ambil secara candid. Disana ada beberapa orang, semuanya mirip, bahkan Manda butuh beberapa waktu untuk menemukan Gian yang mana. Semuanya berdiri secara berbaris, memegang sebuah batang kayu di tangan kanannya, ekspresinya kompak tertawa. Namun ada satu yang janggal, dan kejanggalan itu membuat wajah Manda langsung pias. Gian merangkul seorang cewek yang mengenakan seragam hijau sepertinya, rambutnya di potong persis di bawah telinga, namun tidak mengurangi kesan manis dari wajah cewek itu. Dia terlihat bahagia sekali, mungkin karna dirangkul oleh Gian?

Hati Manda mencelos seketika. Dia kembali membaca caption dari postingan itu dan terpaku dengan sepenggal kalimat, "Ternyata ini-lah kebahagiaan yang selama ini saya cari-cari."

Mungkin-kah cewek itu adalah....

Ugh! Manda tak ingin memikirkan itu lebih jauh. Dia mengetuk layar sebanyak dua kali, munculah tanda 'love' pada postingan Gian, kemudian dia membuka line dan mengetuk chat roomnya bersama Gian yang ia 'bintangi' atau favorite-kan.

Namun wajahnya kembali pias. Semua pesannya yang kalau dihitung mungkin akan ada puluhan chat, menampilkan notif yang sama; 'Read: 08.50'

Manda meletakkan benda persegi panjang itu secara asal di meja kantin. Dia mengusap wajahnya berkali-kali. Ada apa ini? Gak biasanya Gian begini.

Manda langsung melamun. Menatap ponselnya yang masih menampilkan chat room yang sama. Apakah Manda salah ngomong? Atau Gian merasa terganggu dengan spam chat dari Manda? Atau mungkin ada orang baru yang lebih bisa buat Gian nyaman? Astagaa... Manda gak tahu. Kenapa rasanya se-pelik ini sih? Padahal ini kan cuma Gian.

Gian yang ngeselin itu. Gian yang suka berantem. Gian yang selalu ngasih Manda permen kojek. Gian yang selalu melindungi Manda. Gian yang udah menghilang selama 5 hari. Gian yang sedang mengacuhkan Manda. Gian yang sekarang... Manda rindukan.

Dia menatap chat yang semalam ia kirim dengan tatapan kosong,

Maman Botax : "Gue baru aja nolak Radit. Dia kayaknya marah sama gue, Yan."

Maman botax : "Aduh gue harus apa? Gue gatauu.."

Maman Botax : "Yann, pulang, kek. Gue kangen.. Kangen di jajanin sama lu. Bukan kangen lu."

Maman botax : "Aduh sumpah gue bingung nih harus gimana. Lo jangan diem doang dong."

Maman botax : "Nge-chat lu jadi berasa kayak ngomong sama tembok nih."

Kabut di Malam RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang