Light Me that Cigarette

148 4 0
                                    

Gian tiba-tiba beranjak dari tempatnya dan meraih dengan kasar ranselnya yang berada diatas meja. Dia berjalan ke arah Manda dan meraih tangannya, "Kita pergi." Suruhnya singkat.

Kening Manda berkerut dalam, "Dia pingsan, Yan!"

"I said, Kita pergi. Sekarang." Ucap Gian tajam. Tak terbantahkan.

Manda menghela nafas dan akhirnya mengangguk. Menuruti Gian, yang emosinya sedang tidak stabil. Manda mengucap maaf yang terakhir kali sebelum Gian merenggut tangannya dan membawanya pergi.

Mereka berjalan dengan cepat. Ketika mereka sampai di depan kelas. Gian berhenti dan menatap cowok kurus mengenakan kaca mata yang terlihat ketakutan. Sejak kapan dia berdiri disitu?

"Beresin semua tas dan bawa ke markas! Lo cuma punya waktu kurang dari 5 menit untuk itu tanpa ketahuan guru. Kalau lo berhasil, Lo boleh masuk ke geng kita." Ucap Gian datar. "Tapi, kalau lo gagal... Lo tahu apa yang akan terjadi, kan?" Gumam gian menohok.

Cowok kurus itu makin dibuat ketakutan oleh Gian namun akhirnya dia mengangguk. Itu bukan tugas mudah, karna kurang lebih ada 8 tas di dalam.

Gian meraih tangan Manda dan mengajaknya berjalan lagi. Aneh, Meski sedang menghadapi kekacauan. Bersama Gian, Manda jadi tidak takut. Rasa-rasanya, kalau ada meteor jatuh pun, Manda akan biasa saja selama disampingnya ada Gian.

Seperti, cewek itu mempercayai Gian lebih dari yang Gian bisa lakukan. Lebih dari yang Gian pantas untuk terima.

Manda terkaget saat menyadari kalau Gian membawanya ke ruang guru! Dan makin kaget saat cowok itu langsung mengetuk pintu dan membukanya lebar-lebar.

"Assalamualaikum. Selamat sore, Bapak guru dan Ibu guru," salam Gian, membuat semua perhatian teralih padanya.

"Ada apa, Gian?" Tanya Bu Wiwin, wali kelas Gian dan tentunya Manda.

"Mau lapor, bu. Ada anak pingsan dicekik sama saya karna dia berani mau mukul Manda. Laporan selesai, bu."

Semua nafas tercekat. Sekaligus nafas Manda. Dia gak percaya kalau Gian senekat ini!

"Wassalamualaikum," salam Gian pamit saat semua guru di hadapannya bergerak panik.

Manda gak percaya sama sekali atas keputusan Gian! Namun ini adalah satu-satunya cara, Siapa lagi yang bisa menolong Zaky dan Safira kecuali para guru? Semua murid sudah meninggalkan sekolah ini.

Namun Manda takut. Takut sekali akan konsekuensi yang terjadi kedepannya. Takut ada sesuatu terjadi sama Gian karna masalah ini.

Manda dibawa ke tempat parkiran. Cewek itu menoleh ke kanan dan kiri, lalu menghela nafas saat menyadari kalau motor Radit sudah tidak ada di parkiran. Yaiyalah, cowok itu pasti sudah pulang sekarang.

"Naik." Suara Gian membuyarkan lamunannya. Gian sudah berada diatas motor matic.

Motor siapa ini? Tanya Manda dalam hati. Namun cewek itu tak menyuarakannya dan menaiki motor itu.

Gian memasukkan kunci dan menyalakan mesin. Dalam diam, Cowok itu menggas motor dan pergi meninggalkan sekolah itu.

Manda tidak tahu mau dibawa kemana. Namun dia nurut. Pulang, atau kemanapun, sekarang dia cuma mau sama Gian. Mau memastikan cowok itu tetap baik-baik saja setelah ledakan emosi tadi.

Manda bisa lihat dari postur tubuh dan raut wajah Gian kalau dia masih marah meskipun cowok itu membelakanginya sekarang.

Manda memeluk tubuh Gian dari belakang, dengan harapan bisa meredakan emosi Gian. Tubuh Gian menegang, namun cowok itu masih diam. Dan Manda bergeming, tetap memeluk Gian dari belakang.

Kabut di Malam RabuWhere stories live. Discover now