12. Maukah Kau Berkencan Denganku?

8.7K 529 43
                                    

Fall

"KAMI HANYA TEMAN. Dan aku tidur di sofa ruang tamu." Aku mengecup dahinya.

"Serius?" Ada nada tidak percaya dalam suaranya.

"Aku serius. Dan karena kau sangat menarik setengah mati, dan aku nggak mau menjadi f•ck buddy-mu; kau juga sepertinya tidak mau kita hanya berteman saja, maka, setelah kau sembuh, maukah kau berkencan denganku?"

Summer memelukku erat disertai dengan tawa kecil. "Aku sudah sembuh sekarang."

Aku ikutan tertawa dan kembali mengecup dahinya. "Nggak sabar berkencan denganku, hmm?"

Summer mengangguk di dadaku, lalu menengadah. "Kenapa kau kemari?"

"Tadi pagi kau tidak balik lagi ke apartemenku, nggak ada di kantor, Raline juga sama. Jadi aku cemas. Menerka-nerka kau di mana? Sedang apa? Dan bersama siapa?"

"Masa?" senyum Summer.

"Ya. Sekarang giliran aku yang bertanya, apa kejadian yang membuatku kecewa akan terjadi lagi di kemudian hari?"

"Sumpah, itu yang terakhir kalinya." Summer mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya--yang langsung kukecup.

"Aku pegang janjimu. Sekarang istirahat, ya, besok--"

"Kita berangkat ke kantor, makan siang, dan pulang bersama. Karena besok malam kerja, bagaimana kalau kita makan malam disambung dengan nonton bioskop. Umm, sebenarnya aku juga pengin kita nonton pementasan drama Othello, nonton konser musik, jalan-jalan di Central Park, sekaligus memperkenalkan kota ini padamu, atau bisa juga kita pergi ke kelab malam, ada DJ--"

Aku menutup omongannya dengan kecupan. Tadinya hanya ingin sekejap, tapi malahan berlanjut menjadi ciuman panas penuh gairah.

Bloody hell, dia masih sakit, Fall!

Namun kenapa rasa mulutnya bukan rasa mulut orang sakit, malahan berbau manis dan mint. Pasti diam-diam dia memakan permen saat aku ke kamar mandi.

Aku meraba punggung, turun ke bokong padatnya dan meremasnya, juga mendorong selangkangannya agar bertemu dengan Warrior-ku, membuatku mengerang. Apalagi saat dia mendesah dan tangannya bergerilya hampir di seluruh tubuhku, aku mendambakan pelepasan segera.

Dia sedang sakit, dan kau seorang gentleman. Hentikan!

Aku melepas ciumanku dengan berat, dan sudah pasti terengah-engah. Dia juga sama. Kami bertatapan dengan intens, dan seketika itu juga aku teringat sesuatu.

"Apa kau mendekatiku karena wajahku mirip dengan Brad?"

Summer jelas tercekat, lalu menutup mata. Ketika matanya terbuka, aku tahu apa jawabannya.

"Sepertinya aku harus kembali ke apartemenku, ada tugas yang harus kukerjakan." Aku duduk, memakai kembali T-shirt-ku.

Summer ikutan duduk, memelukku dari belakang. "Jangan pergi, please. Awalnya begitu, tapi saat lebih mengenalmu, kau sangat berbeda. Dan aku sangat menyukai semuanya tentangmu."

"Apa... apa yang kau sukai tentangku, hmm?"

"Kau perhatian, rendah hati, detail, tertata, penyelidik, gentleman, lumayan penyabar dan agak obsessive compul--"

"Apa...? Aku nggak menderita OCD, tahu."

"Mungkin juga nggak, sebab kau membiarkan aku membuang bungkus permen di ranjangmu. Namun kau selalu melipat rapi semua pakaian yang baru kau lepas, kau juga mengatur warna pakaian di lemari dari yang gelap ke yang terang. Ruang tidurmu apik dan tertata--"

Fall for SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang