8.MY...SON??? NO!

Start from the beginning
                                    

Refan melihat anak Ayu yang bersembunyi di balik pahanya, anak itu tampak takut padanya. Sesekali bocah lelaki itu mengintipi Refan dari balik paha Ayu.
Mata anak Ayu hitam. Mata yang Indah!

"Sana Gio main!! Mama sedang bicara dengan teman mama" kata Ayu.

Oh namanya Gio. Nama yang Bagus..batin Refan.

Anak yang bernama Gio itu tampak menggeleng saat ibunya menyuruhnya main. Ia malah kelihatan semakin mengeratkan lilitan tangannya di kaki Ayu.

Perlahan Refan memberanikan mendekat dan berjongkok di dekat Gio. Begitu melihat Refan mendekat, Gio langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Maka dari itu Refan tak dapat melihat wajah jelas anak Ayu.

"Hai nama kamu siapa nak?" kata Refan kaku. Refan memang tidak terbiasa dengan anak kecil.

Gio lagi-lagi hanya mengintip. Sedangkan Ayu hanya mengharapkan tuhan menolongnya. Semoga Gio tetap tidak menampakkan wajahnya.

"Aku...eh? Uncle Refan ini orang baik lho" kata Refan ramah.

Akhirnya Gio melepaskan pilitan tangannya di paha Ayu dan menghadap Refan, membalas jabatan tangan Refan. Kini Refan dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah anak Ayu. Refan tertegun dan membatu di tempat.

Astaga astaga astaga! Bocah ini. Kenapa wajahnya sangat mirip denganku saat aku masih kecil. Apa jangan-jangan....? Akh tidak! Anakku sudah meninggal. Batin Refan.

"Na-nama kamu siapa, Gio ya?" tanya Refan ramah mencoba biasa saja.

Bocah bernama Gio itu mengangguk dengan polos. Refan menghangat bila melihat anak ini, anak Ayu dengan suaminya.
"Ref maaf aku harus pulang" kata Ayu.

"Oh begitu ya" Refan tak semangat lagi. Lalu ia menatap Gio lagi dan memegang kedua bahunya.
"Gio nanti kita main sama-sama ya. Gio, uncle sama ayah Gio" kata Refan sambil memainkan jarinya. Ayu membulatkan mata saat Refan mengucapkan "ayah".

"Ayah?" tanya Gio bingung. Lalu ia mendongak menatap Ayu yang juga menatapnya. Gio ingat, ia pernah bertanya tentang ayah pada Ayu tapi ia lupa kejelasannya hingga kini bocah itu kebingungan. Bukan lupa! Hanya saja Ayu yang langsung mengalihkan pembicaraan.
"Ayah itu apa ma?" tanya Gio polos. Sedangkan Ayu malah menelan ludahnya payah.

Refan mengerutkan keningnya. Masa orang tua laki-laki tidak ada panggilannya, jadi Gio memanggil ayahnya dengan sebutan apa. Belum sempat Ayu menjawab, Refan sudah bersuara lagi.
"Orang tua laki-laki Gio. Kalau ada mama maka ayah itu orang tua Gio juga. Oh... Atau daddy? Abi? Atau... Papa? Bapak? Baba?"

Gio menggeleng terus dengan polos. Membuat Refan malah menatap Ayu.
"Kenapa anakmu tak tau apapun tentang ayahnya? Apakah kalian beda rumah? Kok dia tidak tahu tentang orang tua laki-lakinya?"

"Itu bukan urusanmu Refan. Urus saja keluargamu sendiri. Maaf aku harus pergi!...Ayo Gio kita pulang" lantas Ayu menggenggam erat tangan mungil anaknya dan berlalu pergi. Saat berjalan kian menjauh, sesekali Gio menatap ke belakang. Saat Ayu terus berjalan cepat dan tentu itu tidak sepadan dengan langkah Gio. Ayu menggendong anaknya dan tanpa sengaja robot kesayangan Gio terjatuh. Robot yang pernah Ayu belikan untuk Gio.

Robot kesayangan Gio.

Refan memeras dadanya. Detak jantungnya terasa cepat dan seperti ingin keluar dari tempatnya. Bocah itu sudah menghipnotis dirinya. Matanya, rambutnya, apapun yang melekat pada dirinya membuat Refan ingin terus berada di dekat anak itu. Kenapa seperti itu, padahal itu anak Ayu dengan pria lain. Refan berjalan pelan hingga berdiri di depan robot yang tak sengaja Gio jatuhkan saat Ayu langsung menggendongnya dan membawanya pergi. Refan berjongkok mengambil robot itu. Lalu senyuman Indah terukir di bibirnya.
Aku menganggap ini adalah mainan anakku yang jatuh. Batin Refan memasukkan robot itu ke dalam saku jasnya.

HappinessWhere stories live. Discover now