4. THIS IS YOUR HUSBAND?

Start from the beginning
                                    

Hari semakin sore membuat mereka harus kembali pulang. Kenan dan Marisa pun mengantarkan Ayu dan Gio pulang. Sebelum pulang seperti biasa, Kenan dan Marisa selalu memberikan wanita itu kekuatan, memberikannya semangat hidup. Itulah yang membuat Ayu hingga kini masih bertahan.

×××××

Sepulang dari Cafe, Refan langsung pergi ke kediaman Ayu. Tak tunggu lama ia langsung masuk. Alangkah terkejutnya bukan Ayu yang membukakan pintu, tapi malah seorang pria yang kelihatannya seumuran dengan Refan.

Astaga Ayu! Jangan bilang ini suamimu. Batin Refan.

Lalu tak lama keluarlah seorang perempuan sambil menggendong bayi kecil.

"Selamat siang pak, kau mencari siapa?" tanya pria itu.

Refan masih diam. Ia malah menatap heran keluarga kecil yang membalasnya dengan tatapan bingung itu.

"Pak, ada apa denganmu" timpal si wanita yang tengah menggendong bayinya.

"Aku mencari seorang wanita bernama Ayu. Seingatku tiga tahun lalu ia tinggal di sini" kata Refan.

Suami istri itu saling pandang.
"Memang benar. Tapi si wanita hamil dan suaminya itu menjual rumah ini pada kami" ucap pria itu.

Wanita hamil? Siapa? Apakah itu Ayu. Dan tunggu! "Suaminya?" ternyata semudah itu kau melupakanku Yu. Dengan segera kau menikah dan hamil anak pria lain. Batin Refan marah.

"Jadi kemana Ayu sekarang?" tanya Refan lagi.

"Dulu ia ada bilang akan pindah kemana. Tapi itu sudah tiga tahun lalu, kami sudah lupa" ucap pria itu sambil terkekeh dan menggaruk tengkuknya.

"Terima Kasih kalau begitu. Aku permisi" pungkas Refan lalu pergi dengan sejuta kekecewaan.

Refan melajukan mobilnya. Ia mengacak rambutnya frustasi. Lalu melintas sesuatu di otaknya. Ayu, Ayunya sudah menikah ternyata.

"Aku tau harus kemana aku sekarang" katanya sambil tersenyum dan memutar stir mobil menuju ke suatu tempat.

×××××

Refan turun dari mobil mewahnya. Ia menatap bangunan di hadapannya dengan sejuta kesedihan dan penyesalan. Tempat dimana terakhir kali ia meninggalkan wanita yang sedang mengandung anaknya dan tempat dimana bayi kecilnya di lenyapkan dari muka bumi. Dan memberikan Ayu kehancuran dengan masa depan entah berantah seperti apa. Tempat ini sedikit beda. Jauh sangat berbeda dari klinik aborsi 3 tahun lalu. Di selimuti rasa penasaran, membuat Refan akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam apotik itu.

Klinik aborsi milik almarhum ibu Marisa sudah di hancurkan dan di bangun kembali sebagai apotik.

Refan berdiri di depan meja resepsionis apotik itu.

"Selamat pagi pak, mau beli obat apa?" tanya si apoteker lelaki muda itu sopan.

"Eh tidak. Saya ingin bertanya, bukankah dulu tempat ini klinik aborsi ya? Kamu tahu itu tidak?" tanya Refan sambil sesekali menatap tempat ini.

"Oh iya pak. Sebelum saya bekerja banyak cerita beredar ya seperti itu. Cuma kalau mau tau lebih jelasnya akan saya panggilkan salah satu teman perempuan saya. Dulu dia bekerja sebagai suster di klinik itu sebelum di hancurkan" jelas si apoteker.
"Mau saya panggilkan pak?"

"Ah boleh"

"Kalau begitu silahkan duduk dulu di sana. Saya akan memanggil teman saya dulu" ucapnya lalu pergi ke belakang.

Ternayata tempat ini sempat di rubuhkan. Lalu apa yang harus aku lakukan. Ku pikir dokter Marisa masih praktik di sini, sehingga aku bisa bertanya tentang Ayu pada dokter itu. Karena dokter itu terakhir kali bersama Ayu sebelum aku berangkat ke London. Shit! Aku kehilangan jejak paling beharga. Batin Refan.

HappinessWhere stories live. Discover now