Who's him?

82 15 14
                                    

Gue benar-benar penasaran, siapa gerangan nama cowok waktu itu? Yang berhasil buat gue jatuh cinta dengan singkat. Lalu pergi tanpa permisi. Kenalan dulu kek. Atau setidaknya titip kartu nama gitu.

Udah lima hari gue sekolah di GNS dan gue belum berhasil nemuin secuil pun informasi tentang dia. Sebenernya gue agak pesimis dia murid sini sih, kan waktu itu dia gak pake seragam GNS.

Tapi jangan panggil gue, Elia Anjani Evans, kalo gitu aja nyerah. Masa gue jatuh cinta dalam lima detik dan patah hati dalam lima hari sih? Ini cinta pertama gue loh, setidaknya gue mesti berjuang.

Bicarain soal berjuang, buat gue lapar.

Trenggg...

Baru aja mikir tentang lapar, bel udah bunyi aja. Tuhan emang pengertian banget ya.

"Elia, mau ke kafetaria?" ajak Keana, temen baru gue. Kita sekelas di kelas literatur dan matematika.

"Ayo!" Berhubung gue lapar, gue gak harus mikir dua kali buat terima ajakan Keana. Kami pun menuju loker untuk menyimpan buku dan plus ngambil bekal gue.

Kalian mungkin mikir, masih ada gitu anak senior school yang bawa bekal? Jawabannya ada dan itu, gue!

Gue lahir dan besar di lingkungan kuliner, daddy seorang chef dan pemilik usaha restoran yang udah lumayan tersebar di mana-mana. Sedangkan mama, seorang editor lepas majalah kuliner.

See 'kan? Karna terbiasa makan masakan daddy dan mama buat gue picky eater, gue gak bakalan makan makanan selain masakan orang tua gue dan restoran punya daddy.

By the way kami sekarang udah di kafetaria GNS senior, seperti kafetaria sekolah pada umumnya di sini juga dibagi-bagi dalam kelompok siswa. Mulai dari kelompok nerd, yang makan pun sambil baca buku. Anak hits, yang apa-apa harus di foto dulu dan di-update di media sosial. Anak klub olahraga, anak gamers, dan banyak lainnya yang gak perlu gue sebutin satu-satu.

Gimana sama anak populer? Jelas ada, mereka duduk di bagian tengah kafetaria, seolah jadi fokus utama semua siswa. Berhubung gue dan Keana, gak termasuk dalam lingkaran kelompok yang ada, kami milih duduk agak terpisah.

"Eh, yakin lo gak tau cowok yang gue maksud?" tanya gue ke Keana begitu dia duduk sambil membawa makanannya.

Mendengar pertanyaan gue yang mungkin udah keseribu kalinya, Keana mendengus dan memutar bola matanya dengan malas. "Cowok yang punya mata kelabu itu banyak, Elia!"

"Ya, gimana lagi. Gue kan cuma sempat perhatiin matanya doang."

"Jangan-jangan dia hantu?"

"Gak mungkin! Gue bisa ngerasain badan tegapnya waktu kami tabrakan."

"Dunno deh," ucap Keana sambil mengangkat kedua bahunya tanda tak peduli, dia pun dengan lahap memakan mashed potatoes miliknya.

Kami pun makan dengan tenang, dari kecil gue udah diajarin table manners, termasuk tidak berbica saat makan. Namun, saat asyik memakan bekal sandwich isi tuna, tiba-tiba kerumunan di bagian anak populer mulai terurai. Orang yang paling pertama berdiri, buat mata gue meloncat dari tempatnya. Ini cuma kiasan ya, mata gue bukan loncat beneran. Ya kali.

Akhirnya gue bisa ketemu sama cowok yang gue cari-cari selama lima hari terakhir. Kok bisa ya gue gak lihat dia, padahal dia anak populer? Yang makan aja, jadi sorotan anak satu sekolahan. Tapi itu nanti saja, yang penting gue udah temuin dia.

"Kean. Keana!" panggil gue sambil menepuk tangan Keana yang ada di atas meja.

"Apaan sih, Elia, sakit tahu!"

"Stop! Gue udah nemu cinta pertama gue!"

"Mana? Siapa? Kok bisa?" tanya Keana beruntun.

"Itu!" Tunjuk gue pada salah satu cowok pada rombongan anak populer yang mulai meninggalkan kafetaria.

"Lo—Louis!" ucap Keana agak terbata.

"Louis?"

Keana menggangguk, "Iya, dia Louis Carrington."

To be continue...

Yeah, fast update *kejadian langka*

Andieeeeer
Pinrang, 27 Mei 2017

Tentang RasaWhere stories live. Discover now