1 | Wendy

5.2K 715 79
                                    

[Wendy POV]

Sehabis dapat telepon dari Mama pagi tadi, sekarang aku harus pergi ke salah satu biro pengantar paket. Untung loket paketnya di dekat kos aku sendiri, jadi hanya dengan berjalan kaki 10 menit aku bisa langsung sampai di tujuan.

"Mas, saya mau ambil paket atas nama Ananda Wendy Putri Pratiwi dari Yogyakarta ya," pintaku kepada Mas Penjaga Loket.

"Paket dari Pak Johnny, ya?" tanya Mas Penjaga Loket kepadaku.

Aku menahan tawa waktu mendengarkan panggilan 'Pak' barusan yang ditujukan untuk Johnny. "Pengantarnya seumuran saya, Mas. Itu dari sepupu saya."

"Oh maaf Mbak, saya kira papanya si Mbak. Ini paketnya, Mbak. Biaya udah ditanggung pengirim." Mas Penjaga Loket menyerahkan kardus cokelat tersebut kepadaku.

Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Aku pun segera berjalan meninggalkan loket.

Terdengar suara klakson mobil yang membuatku menghentikan langkah. Aku memerhatikan mobil tersebut yang kini berhenti di sisi jalan tempat aku berdiri.

"Kak Wendy!" Ternyata si pengendara mobil adalah Jimi, tetanggaku. Cowok tersebut pun mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil dan menyapaku.

"Eh elo, Jim. Gue kira penculik anak kecil," ucapku sambil tertawa.

"Da kalau urang hayang nyulik, kunaon nyampeurkeun maneh, Kak."

Aku pun tertawa mendengar candaan Jimi hingga kepala Selgy ikut muncul dari dalam mobil.

"Kak Wendy, kebetulan Jimi jemput gue karena mau ke kosan lo. Sini yuk naik!" ajak Selgy yang langsung aku balas dengan anggukan. "Paket dari siapa, Kak? Nyokap lo? Kok dari Jakarta pake dikirim lewat biro segala?" tanya Selgy saat aku sudah duduk di kursi penumpang.

Tentu saja Selgy duduk di samping Jimi.

"Dari sepupu gue di Jogja. Kata Mama sih dia ngirim bakpia karena tau gue stay di Bandung ngejar skripsi," jelasku kepada Selgy sekaligus Jimi, ya jika dia juga penasaran.

Selgy dan Jimi menganggukkan kepala mereka bersamaan. Aku pun mengeluarkan ponsel untuk mengirimkan pesan kepada Mama bahwa paket telah kuambil. Setelah mengirimkan pesan pemberitahuan tersebut, kami juga sampai di depan kos milikku.

"Kak, Yeriana ngevlog bareng kakaknya si Jeka ceunah," celetuk Jimi ketika kami bertiga masuk ke dalam kos. "Gue baru lihat update Instagram dia."

Aku pun menaikkan alisku mendengar kabar tersebut. Tidak salah? Bukannya Yeriana dan Shela pernah terlibat pertengkaran besar setelah di adu domba oleh si cabe Suli Novilda?

"Kok bisa?" tanyaku kepada Jimi.

"Da si Yeriana dibawa main ka rumah bareng Shela. Ya Shela mah begitu kitu oge lantaran eta nyobat jeung Suli," jawab Jimi sambil mendudukkan tubuhnya di atas sofa kecil di ruang tengah kos.

Rumah kos yang aku tempati memang lumayan besar. Sebuah rumah lantai dua dengan 20 kamar kos. Kebetulan, aturan kos memperbolehkan tamu pria dibawa ke dalam hanya sebatas ruang tengah yang sengaja disediakan untuk menerima tamu.

"Konten vlog tentang make up tutorial gitu loh, Kak. Sama tips-tips perawatan."

Aku hanya tertawa mendengar tanggapan Selgy. Aku bukan tipe perempuan yang suka menggunakan berbagai produk kecantikan seperti itu. Aku hanya menggunakan produk standar seperti bedak, liptint, lotion, parfume, krim wajah, dan sabun wajah. Itu pun produk lokal yang memang direkomendasikan oleh Mama.

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang