SUATU HARI

7.7K 955 126
                                    

"Dy, kalau lo nginput datanya satu-satu gitu ya kapan kelarnya!" Suga masih asik memakan keripik basreng di tangannya sambil terus mengomentari Wendy yang berkutat di depan laptop.

"Lo banyak omong banget sih Ga. Ngebantu juga enggak," balas Wendy yang sekarang menekan-nekan mouse dengan keras.

"Dy, kalau lo tekan mousenya kayak gitu entar rusak!" Suga sekarang meminum jus jeruk yang sudah disediakan Wendy sejak tadi.

"Lo cerewet banget sih Ga. Mending sekarang lo kelompokin data-data ini menurut larutan titran yang dipake. Otak gue masih mumet gara-gara nggak bisa liburan karena harus ngelab nyelesain ini!" Wendy menyerahkan setumpuk kertas berisikan data-data angka hasil praktikum mereka berdua di laboratorium kemarin.

Suga tertawa melihat tampang Wendy yang semakin kusut. "Kan liburan lo dihabisin sama gue, Dy. Seneng dong!"

Wendy mendengus mendengarkan kalimat Suga barusan. Mau senang bagaimana? Dirinya harus menghabiskan liburan di kampus dan baru bisa balik ke Jakarta seminggu sebelum lebaran nanti. Ditambah dirinya juga harus terjebak bersama seorang Suga, pasangan laboratoriumnya selama mengerjakan tugas akhir mereka.

"Ga, lo udah kepikiran mau kerja dimana sehabis wisuda nanti?"

The most concern topic that make every last year students confuse.

"Paling ya cari dan nyoba-nyoba ngelamar di perusahaan obat la Dy," jelas Suga yang sekarang mulai berkonsentrasi mengerjakan tugas yang diberikan Wendy tadi.

Wendy menghela napasnya dan memijat dahinya sebentar. Sebagai anak yang tinggal satu-satunya, Wendy tentu secara tidak langsung memiliki tuntutan untuk memiliki masa depan yang baik. Walaupun selama berkuliah nilai Wendy termasuk lumayan bagus meskipun tidak termasuk golongan cumlaude, tetapi tetap saja dirinya takut tidak bisa memiliki pekerjaan setelah lulus nanti.

"Jadwal konsultasi sama pembimbing lo kapan lagi Ga?"

"Rabu minggu depan. Kalau enggak ada revisi lagi, berarti kita bisa lanjut pengolahan data sama bab pembahasan. Lo gimana Dy?"

"Jumat minggu depan Ga. Feeling gue sih ini masih bakal kena revisi lagi. Ya lo tau sendiri dosbing gue gimana!" ucap Wendy khawatir.

"Santailah, kita kan ngerjainnya bareng. Kalau kata dosbing gue udah bener ya berarti bener. Lanjutin Dy, jangan dipikirin banget." Suga berusaha tersenyum memberi semangat kepada Wendy.

Wendy kembali melanjutkan kesibukannya di hadapan laptop, "eh lo kenapa manggil gue Dy mulu sih dari tadi. Perasaan lo selama ini manggil gue Wen deh," sahut Wendy saat tersadar sesuatu.

"Lo sendiri kenapa manggil gue Suga sejak dulu? Perasaan gue setahun lebih tua di atas lo deh," balas Suga sambil menaikkan alisnya.

"Ya alasan gue karena kita seangkatan. Salahin otak gue dong yang kelewat pinter bisa aksel!"

"Gue juga punya alasan kalau gitu," jawab Suga enteng tanpa menatap Wendy yang justru sedang menatap Suga tajam.

"Apa?"

"Gue manggil lo Dy semenjak gue mutusin untuk jadiin lo pasangan wisuda gue," jawab Suga kali ini sambil menatap Wendy.

Wendy yang ditatap pun hanya bisa tertawa.

Iya, tertawa.

Tertawa canggung dengan pernyataan dadakan Suga.

.

.

.

.

.

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang