Chapter 3 : Sekeping Kenangan

552 49 3
                                    


Chapter 3 : Sekeping Kenangan

KETIKA hati tidak sependapat dengan pemikiran, itu cukup menyiksa diri kita untuk menyikapinya. Seperti apa yang Austin alami sekarang. Hatinya berkata jika dirinya harus memperjuangkan kembali cintanya, namun tidak dengan pemikirannya yang justru berteriak kepadanya secara lantang untuk melupakan semua yang telah terjadi dan membuka lembaran baru.

Austin menggeser layar ponselnya, menunjukan beberapa foto yang masih tersimpan dengan rapih di dalam galeri ponselnya. Foto dimana ia dengan gadisnya tengah tersenyum lebar; seperti mereka tidak pernah merasakan apa itu rasa sakit, beban, atau masalah yang tidak terselesaikan seperti sekarang.

Kenangan manis itu mengusik pikirannya, suatu memori dimana dirinya menempati posisi sebagai seseorang yang berbahagia tanpa pernah mau mempedulikan apakah di depan nanti ia dan sang gadis akan mendapat masalah atau tidak.

"Baby Grey!" teriakan itu terdengar kencang, namun halus saat menelusup ke pendengaran sang gadis yang di panggil. Gadis bermata abu-abu itu menoleh, memberikan senyuman indahnya pada pemuda yang kini berlari kecil mendekati.

"Austin," bisiknya pelan. Cikha terkekeh saat kedua lengan Austin mengelilingi tubuhnya, memeluk dirinya dan memberikan kehangatan yang selalu membuat perasaannya tenang.

"Aku kangen," Austin merengek, memberikan wajah lucunya ketika melihat Cikha yang sedang menahan senyumannya.

Cikha mengangkat tangannya, mengusap pipi Austin dengan lembut. "Sekarang 'kan aku udah ada di depan kamu," ucap gadis itu sembari menarik Austin menuju bangku taman yang berada di dekat mereka.

"Iya, iya. Jangan nggak masuk sekolah lagi, aku nggak betah duduk sendirian," ujar Austin dengan nada merajuk.

Cikha yang mendengar itu pun tertawa renyah, gadis itu benar-benar tidak menyangka jika seorang Austin yang biasanya terlihat dingin dan kaku di hadapan semua orang; menjadi begitu manja ketika berdua dengan dirinya.

Keduanya kemudian terdiam, menikmati waktu kebersamaan mereka yang begitu berharga—seakan-akan mereka tidak akan menikmati hari seperti ini nanti. Austin yang sedang memperhatikan sekelilingnya kemudian tertuju pada stand ice cream yang berada di taman itu. Bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan jika yang menatapnya dengan bingung, Austin menuju stand tersebut dan memesan dua ice cream dengan rasa yang sama; cokelat.

Cikha hanya bisa memberikan senyum lebarnya ketika melihat Austin yang kembali berjalan mendekati dirinya dengan membawa dua cone ice cream di tangannya.

"Ini buat kamu, Baby Grey," Austin menyerahkan salah satu ice cream yang ia genggam.

"Terima kasih," gumam Cikha pelan. Austin mengangguk untuk sebuah jawaban.

Keduanya kembali terdiam, menikmati dinginnya benda lunak berwarna cokelat itu meleleh dengan rasa manis yang mengecap di lidah. Memberikan suatu sensai dimana kehangatan tubuh mereka beradu dengan rasa dingin dari benda itu dan menghasilkan rasa sejuk.

"Eh!"

Cikha tersentak kaget saat meraskan pipinya terkena krim dingin itu. Ia menoleh, menatap gemas pada Austin yang kini sedang tertawa karena berhasil mengusilinya.

"Austinnnn," rengeknya. "Rasain nih!" Cikha membalas perbuatan Austin dengan cara mendorong cone ice cream itu ke hidung Austin hingga kini wajah pemuda itu sudah dipenuhi oleh krim cokelat.

Everything Has Changed [2] : Their HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang