Trouble Love -9-

15K 1K 34
                                    

"Ya. Aku membutuhkan uangmu untuk menjatuhkan Ibuku."

Selama beberapa detik Arkana sempat terdiam mendengar alasan di balik persetujuan Andriani yang mau menikah dengannya. Dan kemudian dia tersenyum kecut. Apa yang dia harapkan? Andriani mau membantunya dengan cuma-cuma? Tidak ada di dunia ini yang gratis bukan?

Toh, dia sendiri yang menawarkan pada wanita di depannya ini untuk memberikan apapun. Apapun juga termasuk uang bukan?

"Baiklah." Jawab Arkana dengan santai seperti tidak ada beban. "Tapi—kamu juga harus tau kenapa saya mau menjadikan kamu sebagai istri saya, Andriani."

"Karena aku yang tau perasaan kamu?"

Arkana mengangguk. "Ya, kamu benar. Saya juga menginginkan hal lain di pernikahan ini, Andriani."

"Apa?"

"Anak. Saya membutuhkan rahimmu untuk melahirkan anak-anak saya."

Andriani terkejut. Pernikahan ini benar-benar pernikahan normal lainnya yang membutuhkan anak di dalamnya.

"Saya sudah bilang bukan kalau Ibu saya menginginkan cucu dari saya?" Andriani mengingat ketika Arkana menceritakan masalahnya dulu. "Saya tidak akan meminta lebih, Andriani. Cukup dengan anak-anak yang keluar dari rahim kamu."

"Lalu kalau kamu bosan dengan aku, kita bercerai?"

Sebelum menjawab Arkana tertawa ringan, "Saya menikah bukan untuk bercerai atau merasa bosan, Andriani. Saya menikah untuk Ibu saya dan anak."

"Kalau aku yang bosan dalam pernikahan ini?"

"Kamu boleh menceraikan saya. Tapi, saya tidak akan pernah menceraikan kamu apapun yang terjadi."

"Satu lagi, Andriani." Ucap Arkana dengan nada serius. "Saya akan memberikan apapun untuk kamu, bahkan bisa lebih. Tapi, jangan pernah berharap pada hati saya karena kamu tau dimana hati saya tertinggal."

**

Arkana tiba di apartermennya yang sudah gelap. Widi –asisten rumah tangganya- sudah pulang ketika pria itu sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Arkana menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Dia mengambil handphone miliknya yang berada di saku celana yang dia pakai. Mencari nomor telepon Ibunya. Dia akan berbicara pada Ibunya.

Dia mengecek jam dinding yang berada di depannya menunjukkan angka 9.30 malam yang berarti tempat dimana Ibu dan juga Ayahnya sekarang masih sore hari.

Arkana menunggu beberapa detik sebelum Ibunya menjawab panggilannya.

"Mom, me voy a casar." [*Mom, aku akan menikah.]

Diseberang sana, Samitha terkejut dengan apa yang baru saja anaknya katakan. Samitha tau kalau Arkana sedang menggunakan bahasa Ayahnya berarti dia sedang serius.

"¿En serio? Con quién?" [*Benarkah? Dengan siapa?] Ini bukan suara Ibunya, ini suara Ayahnya.

"Con las mujeres que quieren allí para mí, Dad." [*Dengan wanita yang mau mendampingku, Dad.]

"Siapa dia, Sayang? Boleh Mommy tau?" kali ini suara bahagia Samitha tidak bisa bersembunyi. Akhirnya, anak bungsunya mau mencoba menemukan kebahagiannya juga.

Arkana tersenyum bahagia mendengar suara Ibunya. Dia adalah anak yang sangat menyayangi Ibunya, sangat.

"Namanya Andriani, Mom. Nanti aku kirim foto Andriani untuk Mommy dan Daddy." Janjinya.

"Harus." Jawab Ibunya dengan tegas. "Dan kapan kamu mau melamarnya?"

"Aku sudah melamarnya, Mom. Dia sudah setuju dan aku tinggal menunggu Mom dan Daddy untuk melamarkannya untukku. Yea—seperti Rasaka dulu..."

Trouble Love Where stories live. Discover now