1) Nadia

31 5 2
                                    

Jakarta, 08.24 WIB


Minggu 2017

Aku berdiri seperti biasa, memejamkan mata, merasakan hembusan angin yang indah menggelitik jiwa.

Rambut hitam panjangku menari2 gemulai. Kedua tangan terentang lebar, kayak scene populer di film Titanic -yg di haluan kapal itu loh-, tapi minus cowok di belakang.

Hiks hiks, aku joness 😢

(Sory, mendadak curhat)

Sayup-sayup telingaku mendengar suara riuh di bawah sana. Iya, aku memang berdiri biasa, namun tidak biasa bagi orang lain.

Aku berdiri di puncak monumen nasional, biasa disebut tugu Monas, yang terletak di Jakarta pusat, ibukota Indonesia.

Di sini pemandangan sangat indah. Kalian belum pernah ke sini, kan?.

Udara pagi, matahari yg masih sehat mengelus raga, taman hijau dan museum di bawah, juga gedung2 pencakar langit, bahkan kobaran api berselimutkan emas yg berada tepat di belakangku, semuanya terlihat amazing.

Tidak salah keputusanku ke puncak. Selain memang terobsesi ke sini dari dulu sekali, sejak pertama kali melihatnya, juga karena mimpiku yg luar biasa aneh semalam. Mau tak mau -dan aku pasti mau- singkat cerita, di sinilah aku berada detik ini.

Aku tersenyum, begitu nikmat, begitu damai hati terasa.

Tiba2 sirine polisi meraung2, memenuhi udara sekitar.

Aku cemberut, membuka mata malas. Merusak suasanaaa!!.

"Kami tidak tahu kenapa kamu di sana, dan bagaimana bisa naik ke sana, tapi mohon turun sekarang juga! Ini adalah peringatan keras!!"

Aku melihat ke bawah sekilas. Ternyata sudah banyak orang. Entah itu penduduk lokal yg menunjuk2ku, memotret, merekam, atau malah selfie.

Sebagian besar lainnya, yaitu orang2 berbaju polisi, sigap dengan senjata di tangan mereka.

Aku tersenyum, merapikan anak rambut yg menghalangi pandangan. Hmm, ini semua persis seperti di mimpi!.

"Kenapa kamu tersenyum?! Cepat turun sekarang juga!!"

Aku memutar bola mata. Hadeeeh,
Orang tersenyum koq dilarang?? Btw, penglihatannya bagus juga, padahal aku di ketinggian 132 meter loh.

Polisi yg memegang toa tidak main-main. Yaiyalah, mana ada orang di situasi seperti ini main-main. Kecuali aku mungkin. Hihi.

Aku melangkah maju, berdiri di batas pijakan. Dan dengan satu gerakan yg luar biasa anggun menurutku, tak lupa dengan senyum manis menghiasi wajah, aku lompat bebas ke bawah.

Mungkin orang2 melihatku dengan adegan slow motion kayak di film2.

Mana peduli, aku hanya merasakan sensasi luar biasa setiap kali aku melompat.

Ooohhh, ini sungguh menyenangkan!!.

"Eh! Apa yg kau lakukan?!". Berbanding terbalik 180 derajat, pimpinan polisi itu berseru terkejut. Beserta seluruh anak buahnya.

Para penduduk memekik ketakutan. Sebagian menutup mata. Sebagian memalingkan muka, meski tangannya terus memegang hape, sibuk merekam.

Tenang saja, aku nggak bakalan jatuh koq...

to bi continyu..

***

Haaai gaaess, ini nih novel amburadul di sana sini, tpi ini fiksi, jadi nikmatin ajaa yaa ;)

Klw nggak enak, kasih kucing aja. Hehe -garing-

Mari dikomen, dikasih semangat, dikasih peluk, eh eh

Vote nya yaaaa.
Nadia segera kembali di cerita selanjutnya!!!!


en nasrie

GENOMWhere stories live. Discover now