10. Beloved Brother

2.5K 201 11
                                    

Terima kasih untuk orang gila ini, Tuhan. :)

💃💃◾

"Udah ah nangis nya." Ucap Bryant yang sejak tadi ada di sampingku. Aku sempat melihat tangan pucat nya ketika aku dijambak tadi. Lalu dia pergi entah kemana.

"Udah dong, Ra nangisnya." Ucap Ares lagi yang menatapku prihatin sejak tadi.

Rachell yang bertugas pun membantu agar aku tenang. Dia memang perempuan yang baik dan tidak sombong. Dia menyisir pelan rambutku dan memijat kepalaku pelan.

"ARA!!" Kulihat kak Gerald dari pintu masuk berteriak khawatir, kuhapus air mataku dan melihatnya.

"Kamu gak papa kan, Ra?" Ucapnya sambil memelukku dan itu membuat jantungku berdenyut.

"Pokoknya aku gak bakal ninggalin kamu." Bisik kak Gerald menenangkan ku. Entah kenapa aku merasa tidak enakan setelah dituduh yang tidak-tidak dengan kak Gerald.

Saat kak Gerald memelukku, aku melihat Bryant pergi dari UKS ketika Tania lewat dan itu membuatku kesal. Dia lebih memilih Tania daripada sahabatnya sendiri.

***

"Siapa sih yang ngelakuin ini ke elo, Ra?" Ucap kakakku sambil sesekali berdecak. Dia memeluk dan mencoba menenangkanku. Aku hanya menangis seperti anak kecil kehilangan mainannya, manja.

"Gue benci waktu dia bilang lo yang nggak-nggak." Rengekku.

"Emang dia bilang apa?" Tanya kakakku setelah melepas pelukannya.

"Dia bilang lo suka jual cewek lo dan lo jual gue sama kak Gerald dan teman-temannyaaaa, huhuhu." Rengekku lebih keras.

"Ini udah kelewatan. Gue mesti pindah ke sekolah lo secepatnya, biar gue bisa lindungi lo." Kata kakakku cemberut.

Saat makan malam bersama, aku dan kak Gerald bertekad untuk memberitahu jika kakakku ingin pindah sekolah kepada papa dan mama.

"Papa mau ayam atau ikan?" Kata mama menyiapkan makan malam untuk papa.

"Ikan aja, ma." Balas papaku.

"Ara mau ayam." Kataku pelan dan kakakku mengambilkan paha ayam untukku, aku memang suka itu.

"Lho, kamu kenapa sayang? Kok muka putri mama kayak gitu sih?" Tanya mama khawatir.

"Iya, kok Ara dari tadi siang sedih sih sampe ngebatalin beli novel nya?" Tanya papa lagi.

"Emm, jadi gini, Ma, Pa. Denis setuju pindah ke sekolah Ara biar Gerald bisa jagain Ara." Mama dan papa masih terlihat bingung.

"Maksud kamu Ara di bully lagi?!!" Tanya papa lumayan keras. Kulihat kemarahan dari kedua mata orangtua ku.

"Iya, Pa, Ma." Kata kakakku cemberut.

"Iya, Papa akan pindahin kamu dari sekolah kamu, Ge. Kamu harus jaga adik kamu dengan benar. Dan kalau sampe ada apa-apa, kamu yang papa hukum." Ujar papa dengan penuh kemarahan. Seperti wajah beruang kutub yang sangat marah ketika anaknya disakiti, seperti itulah papaku sekarang.

"Ara.. Maafin mama ya, nak, mama gak bisa jagain kamu." Kata mama menangis keluar dari tempatnya dan memelukku.

"Ma, jangan nangis dong. Kan, Ara buat mama nangis lagi." Ujarku sambil menangis.

"Udah dong, Ma." Lanjut ku.

Hanya disini aku dapat berlindung. Keluarga.

***

The Lonely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang