4. Princess is ready

3.4K 327 20
                                    

Sepulang sekolah, aku berjalan menuju parkiran. Hari ini aku tidak bertemu dengan kak Gerald, padahal aku sangat berharap bertemu dengannya lagi.

"Woyy!! Tunggu bentar!!" Seseorang memegang pundakku membuatku menoleh ke belakang.

Itu adalah kak Randy. Aku menatapnya sedikit bingung dan risih karena beberapa siswi menatapku marah.

"Ada apa ya kak?" Tanya ku.

"Lo dipanggil sama Gerald ke lapangan basket." Katanya sambil tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.

Kak Gerald adalah wakil ketua osis dan kapten tim basket, jadi tidak ada larangan dia masuk ke ruang osis sembarangan dan ke lapangan basket tanpa izin.

"T-tapi kak." Kataku terbata-bata.

Tiba-tiba kak Randy menarik tanganku, semua siswi yang kulewati menatapku sinis dan jijik. Penuh kemarahan seperti ingin memakanku. Itu membuatku menunduk.

Setelah sampai di depan lapangan basket di dalam koridor, kak Randy menginstruksi kan agar aku masuk. Dengan penuh keterpaksaan, aku pun mengikuti sarannya.

Aku melihat kak Gerald sendirian sedang latihan basket. Jantungku berdegup kencang saat dia tersenyum ke arahku.

"Sini dong, Ra." Katanya sambil men dribbling bola basket itu berkali-kali lalu memasukkannya ke ring.

Kakiku semakin lemas, kak Gerald sangat berbakat main basket. Kenapa ada orang yang perfect seperti dia?

Aku meletakkan tasku di sebelah tas kak Gerald dan mendekatinya seperti yang dia minta. Dia tersenyum dengan wajah penuh keringat.

Andai saja aku bisa menghapus keringat di wajahnya itu, tisu bekas keringat nya bisa kuambil dan kucium tiap hari. Itu sudah lebih dari cukup.

"Nih, lempar fokus ke ring itu." Katanya memberiku bola basket yang dia ambil dari bawah ring.

Aku sontak kaget tiba-tiba bola basket datang kepadaku. Selama ini kegiatan di luar pelajaranku hanya mendalami seni bela diri itu pun hanya sebentar, saat aku berumur 6 tahun bersama kakakku.

"T-tapi kak. Aku gak bisa main basket. Aku-" belum sempat aku berbicara, dia melingkarkan tubuhnya memegang tanganku dari belakang.

Kakiku lemas, kali ini aku janji aku jatuh pingsan. Aku seperti melayang ke atmosfer paling tinggi di bumi sampai tidak ada oksigen yang masuk ke dalam tubuhku sehingga aku tidak bisa bernafas. Apakah ini yang dinamakan dengan cinta?

Dia menggerakkan tanganku ke atas,

"Coba kamu dorong." Aku mengikuti sarannya. Tapi tanganku tidak sanggup lagi sampai aku menjatuhkan basket itu.

Kak Gerald pindah ke hadapanku dan tertawa.
"Kamu kenapa, Ara? Kok gitu banget sih ngeliat aku?"

Ku pegang pipi kak Gerald yang kutau akan menembus tanganku karena aku yakin ini hanya fiksi.

Tapi nyatanya tanganku mendarat disitu. Dia tersenyum membuatku menarik tanganku dan menoleh ke belakang, tapi aku melihat Bryant sedang tersenyum-senyum melihatku.

"Bryant?" Kataku pelan.

"Bryant?" Tanya kak Gerald. Aku menoleh menghadap kak Gerald lagi.

"Em gak ada apa-apa kok kak." Kataku.

"Kamu udah punya pacar ya?" Katanya sambil tertawa.

"Eh enggak kak. Nggak lah." Kataku lagi.

Aku mengambil bola basket yang kujatuhkan tadi dan mendorongnya ke arah ring. Mataku melebar melihat bola itu masuk ke dalam ring.

The Lonely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang