Trouble Love -1-

43.5K 1.6K 6
                                    

Andriani Carrissa Wijatmoko, wanita berpakaian rapi dengan stelan kerja yang pas melekat pada tubuhnya. Rok biru tua tiga senti di atas lutut dan blezer dengan warna senada pun membuat kulit putihnya bersinar.

Dia bekerja sebagai teller bank di salah satu bank swasta di negeri ini. Tetapi, dia juga menjadi seorang penulis freelance di sela-sela waktunya sebagai teller.

Sebenarnya, cita-cita Andriani menjadi seorang penulis terkenal. Dia ingin melihat buku-bukunya masuk kedalam toko buku dan terpampang di rak best seller, dia juga ingin cerita yang ditulisnya bisa menjadi sebuah film yang meledak.

Itu semua angannya. Angan yang indah dan menakjubkan, tetapi, dia belum bisa merealisasikannya.

Hari ini dia akan berkunjung kerumah sahabat karibnya semasa kuliah. Teman seperjuangan dan dia sudah menganggap sahabatnya itu seperti keluarganya sendiri.

Rumah besar di kawasan perumahan mewah itu tampak meriah di halaman depannya. Beberapa anak kecil sibuk mengunyah makanan dan sebagian melihat penampilan badut yang sedang berlangsung.

Andriani tersenyum cerah pada sahabatnya yang sedang menggendong anak kecil yang hari ini berumur genap dua tahun.

Kakinya melangkah maju mendekati sahabatnya yang terlihat bahagia disamping suaminya.

"Hai, Shawila—selamat ulang tahun." ucap Andriani pada gadis kecil yang memakai mahkota layaknya seorang puteri.

"Terimakasih Tante Andri." jawab sang ibu yang mengantikan peranan anaknya yang memang belum begitu fasih berbicara.

"Shawila mau hadiah?" tawar Andriani yang sedikit menundukkan tubuhnya untuk sejajar dengan wajah Shawila -gadis kecil yang sudah genap berusia dua tahun-.

Gadis kecil itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Andriani tersenyum dan menyerahkan kado yang kemarin dia beli di salah satu toko mainan.

Shawila mengambil dengan senyum yang gembira. Dia mengucapkan kata terima kasih dengan bahasanya sendiri dan membuat Andriani gemas melihatnya.

"Baru pulang?" tanya Patricia, sahabatnya sekaligus ibu Shawila.

Andriani mengangguk tetapi masih melihat wajah bahagia Shawila setelah melihat kado pemberiannya.

"Iya nih. Kamu bikin pesta mewah banget gini pasti ngehabisin uang banyak ya, Pat?"

Patricia terkikik. Dia menyerahkan Shawila pada suaminya dan menggiring Andriani untuk ikut dengannya.

"Nggak masalah buatku. Yang penting lihat senyum Shawila yang bahagia gini udah bikin aku seneng. Nggak rugi." jawabnya bangga. "Kamu masih belum mau menikah?" Mereka masih berjalan beriringan dengan Patricia yang mengampit lengan Andriani.

Andriani menggeleng lemah. "Belum ada. Sepertinya aku mulai trauma sama pernikahan, Pat, karena dia--"

Patricia berhenti. Dia menyentuh pundak Andriani dan berkata, "STOP! Udah jangan diterusin. Pokoknya sekarang kamu mikirin Ayah sama Malik."

Andriani mengerti bahkan sangat mengerti tentang hal itu.

"Terkadang aku merasa kesal dan ingin menghabisi kedua orang yang nggak tahu malu itu. Tapi, apa dayaku? Uangku nggak sebanyak pria itu dan Ayah cuman seorang pensiuan yang lagi merintis usahanya."

Patricia mengangguk. "Udah jangan pikirkan. Ingat sama Ayah dan Malik yang selalu ngasih semangat ke kamu."

Desah kecil itu terdengar dari mulut Andriani. Patricia memang sahabat terbaiknya, seseorang yang rela menjadi tempat bersandarnya ketika dia jatuh. Sangat jatuh.

Trouble Love Where stories live. Discover now