Restaurant

127 10 1
                                    

Saat itu aku dan temanku yang bernama Ria sedang berlibur ke sebuah kota kecil yang berada di Delhi. Sangat puas kami berkeliling mengitari wilayah itu dengan disuguhi pemandangan yang begitu menakjubkan. Sampai pada akhirnya tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan saat itupun perut kami belum terisi apapun dari siang hingga menjelang malam. sekitar jalan terdapat papan petunjuk yang akan mengarahkan kami ke sebuah rumah makan. di papan itu bertuliskan 4 km lagi kami akan sampai. tapi temanku tak sanggup lagi untuk berjalan dan akhirnya ada kakek tua yang mengendarai gerobak motor memberikan tumpangan pada kami.

"Ternyata masih ada orang baik di tempat seperti ini" batinku

aku menuntun temanku untuk naik di gerobak itu. Kami pun mulai pergi. Disetiap jalan kakek itu hanya terdiam. aku mencoba untuk membuka obrolan dengannya.

"Memangnya kakek abis dari mana dan mau kemana?"

Kakek itu sedikit menoleh.

"Aku sedang mencari bahan makanan untuk restauranku."

"jadi kakek ini adalah pemilik restaurant itu?"

"Iya benar, dan kebetulan stock bahan di restaurant sudah hampir habis dan aku sudah mendapatkan semua bahan utamanya."

"Aku dan temanku juga sedang mencari restaurant untuk mengisi perut kami. Kalau begitu kami akan mengunjungi restaurant kakek saja."

Kakek tua itu hanya mengangguk kecil.

Sekitar 30 menit kami akhirnya sampai juga di tempat surganya para pemburu makanan. tempat itu sungguh terawat. perutku tak sabar ingin menyantap semua makanan yang ada disana.

"Silahkan masuk!" Ucap kakek tua itu sambil mempersilahkan kami masuk.

Aku tersenyum bahagia. temanku pun terlihat sudah sangat baikan. Kami disuguhi berbagai macam makanan yang menggugah selera makan kami. semuanya kami lahap hingga habis.

perutku terlihat membesar. kenyang sekali rasanya. semua makanan ini sungguh lezat. Aku juga baru merasakan sensasi kelezatan seperti ini.

waktu makan ku sudah habis. aku merogoh kantung celanaku untuk membayar semua makanan ini. tapi yang membuatku tercengang adalah Kemana perginya dompet ku?

Dengan sangat takut kami berbicara kepada si kakek.

"Uhm kek, sebelumnya kami mohon maaf. dompet kami hilang dan kami tidak bisa membayar semua hidangan ini. Tolong jangan marahi kami, apapun akan kami lakukan untuk membayarnya."

"Hm... Baiklah untuk bayarannya bagaimana kalau kalian menginap di restaurant ini. di lantai dua terdapat kamar khusus untuk para tamu-tamu kami."

Aku berfikir sejenak. apakah pantas kakek ini meminta kami untuk menginap disini sebagai bayaran. sungguh sangat tidak lazim. tapi kami malah untung. sudah mendapatkan makanan sekaligus penginapan tanpa bayaran sedikitpun.

"Baiklah kami akan menginap disini, hanya untuk semalam saja."

Pelayan wanita mengantarkan kami ke ruangan yang bersih dan wangi. sepertinya kami akan menyukai tempat ini. pelayan itu tersenyum kearahku setelah sampai mengantar kami di depan kamar tamu.

"Seperti ada yang janggal disini, Aku takut!" ucap temanku mempererat ganggaman tangannya di lenganku.

"Sudahlah, jangan berpikir yang tidak-tidak. pemilik restauran ini sudah baik kepada kita. sebaiknya kita tidur, aku sudah sangat lelah."

Aku seperti sudah terhipnotis untuk masuk ke ruangan itu. tiba-tiba kesadaranku menghilang. aku langsung saja merebahkan tubuhku.

Temanku masih saja ketakutan dengan memandang sekitar ruangan.

Sekitar lima jam telah berlalu. aku mendengar suara teriakan. ketika mataku mulai terbuka perlahan. seluruh pandanganku berubah. kamar yang pertama kali kulihat bukan seperti ini. dinding yang lusuh dengan lantai yang dipenuhi dengan bercak darah. membuatku ingin berteriak. tanpa sadar tangan dan kakiku terikat kuat. mulutku pun disumpal dengan kain bekas.

Dimana temanku? Teriakannya dari arah sana. Batinku.

Padanganku tak lepas dari arah pintu yang entah didalamnya terdapat ruangan apa. Temanku pasti berada disana.

Nyirrtt......

Pintu itu berdenyit keras yang hampir memecahkan gendang telingaku. Sesosok bayangan hitam keluar dari sana. Kuperjelas pandanganku. Bayangan itu terlihat seperti seorang koki yang membawa sesuatu.

Dan betapa terkejutnya. tubuhku seperti ditumpahkan oleh keringat.

Bayangan itu melemparkan bagian tubuh temanku. Kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya. aku bisa melihat seluruh bagian tubuhnya yang sudah terpotong-potong menjadi bagian-bagian kecil. Mata temanku menyorot tajam kearahku seakan mengekspresikan kemarahannya.

Aku berpikir bahwa bahan makanan yang dimaksud kakek itu adalah kami.

-----***-----

Creepy Pasta and RiddlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang