Monkey Dreams

377 21 8
                                    

Aku pernah bermimpi. sejak kecil, kadangkala aku bisa menyadari bahwa aku sedang bermimpi. Kau tau? Hal ini disebut Lucid Dream. Mimpi ini adalah salah satu mimpi terseram yang pernah kualami.

Kejadian ini bermula ketika aku memasuki usia 11 tahun. Dimana ketika aku selesai membaca cerita J-Creepypasta. cerita itu seakan nyata sudah memasuki dunia imajinasi saat membacanya. Dua belas jam sesudah aku membacanya. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangku. Kubaringkan tubuh ini di tempat yang selama ini selalu menemani dikala penatku muncul. tak sampai hitungan detik mataku sudah menutup. Anganku terbang melayang bersama mimpi-mimpi indah yang akan datang ke dalam tidurku.

Mimpikupun dimulai.

Suatu saat, entah untuk alasan apa, aku berada di sebuah area bermain yang terlihat begitu kelam. Dimimpi ini aku seperti manusia yang berumur 17 tahun. Benar-benar mimpi yang aneh, pikirku. Disana terdapat banyak orang dan beberapa teman kelasku yang akan ikut memasuki rumah yang menurutku bentuknya sangat aneh. tapi sebelum itu aku memperhatikan gerak gerik mereka yang tampak tidak seperti biasanya. Wajah mereka tampak terlihat pucat. Mereka kenapa? pikirku, tapi aku tidak terlalu menghiraukannya. Sebelum masuk, pengunjung diberikan nomor peserta untuk masing-masing. masuklah kami kedalam rumah yang keadaannya sangat sunyi dan gelap gulita setelah para penjaga menutup rapat pintunya. Kami hanya dibekali senter tua yang cahayanya sudah sangat redup. setiap langkah demi langkah kami perhatikan dan tibalah kami di ruang pertama. kamar yang pengap disertai aroma puntung rokok membuat salah satu temanku batuk parah hingga mengeluarkan darah. aku panik dan menggosok-gosokkan tangan ke punggungnya. lalu terdengar sebuah pemberitahuan entah dari mana asalnya.

"Tercungkil karena Kesakitan!"

Tiba-tiba anak tadi berteriak histeris, meronta-ronta kesana-kemari. Yang lain hanya terpaku melihatnya. Tak lama anak tadi kembali sadar.

"Air! Aku bu...butuh Air!" Anak itu seperti ingin berteriak kembali sambil memegangi tenggorokannya.

semua mencari keberadaan air diruangan itu tapi tidak ada satupun yang mendapatkan setetes air. sedangkan batuk terus menerus menyerangnya diikuti tetesan darah dilantai.

pintu keluar terbuka menuju ruangan selanjutnya. sedangkan anak yang memiliki nomor urut pertama itu semakin kesakitan memegangi tenggorokannya hingga matanya terlihat memaksa untuk keluar. anak-anak yang lain menuju pintu itu. Kengerian itu mendorongku untuk pergi ke ruangan selanjutnya meninggalkan anak tadi yang sudah terdiam dengan bola mata yang sudah berada diluar tempatnya. Apakah dia sudah mati? pikirku sejenak. Pintu itu tertutup rapat. Aku masih melihatnya tergeletak disana dengan darah segar yang terus mengalir.

Aku membalikkan tubuhku, melihat sekeliling ruangan itu dipenuhi dengan benda tajam dan tumpul. entah untuk apa itu semua diletakkan disini. lalu terdengar kembali suara samar-samar.

"Ditusuk!"

Seling beberapa detik, teriakan muncul dari sudut ruangan. Ditangannya terdapat benda tumpul dan mengayunkannya tepat di perutnya. Berkali-kali ia tancapkan benda itu menunjamkan ke tubuhnya. Segera wajah tanpa ekspresinya lenyap, digantikan dengan suara tangisan yang hampir merobek gendang telingaku.Darah mengucur hingga menggenangi tempat ia berpijak. Aku menghampiri wanita yang berlumuran darah. Dia memiliki nomor urut kedua. Aku kembali menjadi ambigu. setiap kali memasuki ruangan, pasti ada saja yang mati.

Pintu mulai terbuka. semua orang masuk kedalam ruangan selanjutnya. suara pemberitahuan kembali terdengar, kali ini mulai jelas.

"Digantung!"

Aku melihat sekeliling. Hah! sangat mudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebuah tali panjang muncul dari atas dan menarik leher pria itu. Pria itu seakan digantung. Dia sempat meronta-ronta. tangannya terus menarik tali yang mengikat kencang di lehernya. Aku mencoba kembali menghampiri orang yang sudah membisu tergantung di sudut ruangan. Aku terdiam seribu bahasa. Semua ini tampak nyata. Suasana yang kurasakan sangatlah realistis sehingga aku sempat berfikir, apakah aku benar-benar bermimpi ataukah ini nyata?. Benar-benar mimpi yang begitu buruk.

Kembali pintu mulai terbuka. Aku mulai gemetar ditelan dengan rasa takut. Aku tak mampu menahannya lebih lama. Ditambah lagi, sesuai dengan urutan nomor, lambat laun akulah yang akan menjadi korban berikutnya. Dan baru menyadari bahwa aku berada di urutan ke tujuh. Mataku sibuk mencari orang-orang yang memiliki nomor urut sebelumku. Lalu pria yang berdiri di belakang menghampiriku. "Mereka semua sudah menghilang, karena mereka telah bangun dari tidurnya." ucapnya tanpa memberikan ekspresi apapun. "Jika kau ingin selamat, kau harus bangun dari tidurmu!" Pria itu menegaskan.

"Berarti jika mereka sudah tidak ada, aku akan menjadi giliran selanjutnya?" Aku berkonsentrasi sekuat mungkin dan mencoba membangunkan diriku sendiri. Ini hanya mimpi! Bangunlah! Bangunlah! Aku selalu mengulang kata-kata itu apabila aku ingin bangun dari mimpiku dan itu selalu berhasil.

"Berikutnya Dicincang!" Suara itu kembali terdengar.

Konsentrasiku seketika buyar. Mataku terbuka lebar ketika melihat di tubuhku sudah berada didepan semacam alat pencincang daging yang siap melahapku kapan saja. Tubuhku sudah terikat kuat oleh seutas tali yang sepertinya sudah dimantra-mantrai. Aku kembali menutup mataku, berdoa segenap hati agar tuhan cepat mendengar permohonanku. Bangunlah! Ini hanya mimpi! Matamu harus terbuka!.

Suara mesin itu terus menerus terdengar di telingaku. Bahkan aku bisa merasakan hembusan angin dari mesin yang tepat berada di wajahku. Aku terasa semakin dekat dengan mesin itu. Bukan, tapi dengan kematian. Kematian akan menjemputku. Aku yakin aku akan mati konyol seperti ini.

Sesaat keheningan melanda suasana saat itu. Ibu membangunkanku dari sebuah mimpi penghantar maut. Aku terbangun dari tempat tidur, bermandikan keringat. Sudut mataku mulai menggenang. Aku memandang sejenak wajah ibu, memeluknya dengan erat.
Ibuku berusaha menghiburku, "Ada apa nak?".

Aku ingin bercerita, tapi harus mulai dari mana?. Apa yang aku alami barusan terasa begitu nyata dan sangat mengerikan. lalu aku menenangkan dan meyakinkan diriku kembali bahwasanya itu semua hanyalah mimpi.

Aku menceritakannya kepada ibu yang terlihat begitu cemas. responnya menganggap bahwa aku hanya terbawa khayalan saja.
"lain kali jangan lupa untuk membaca doa sebelum tidur" ucapnya. Ya memang ibu benar. Mungkin aku lupa membaca doa tidur. Selebihnya semoga aku tidak lupa untuk membaca doa tidur, atau mesin pencincang itu akan melahapku dan tidak akan melepaskanku.

Cerita yang aku baca di J-Creepypasta mingkin telah meninggalkan kesan mendalam bagiku sehingga aku bisa mengalami mimpi semacam itu. Cerita itu seakan menjadi pintu gerbang masuk ke dalam rumah itu. Mimpi itu seakan menghipnotisku. Aku berharap tidak menjumpai mimpi seperti itu lagi. jika aku tidak bangun, aku takut entah apa yang akan terjadi kepadaku di ruangan berikutnya.

Dua minggu berikutnya, aku kembali memimpikannya. dengan suasana yang sama tapi orang-orang yang berbeda. Dimimpi itu aku melihat sepupuku. Dia mendapatkan nomor urut keenam. yaitu sebelum aku. Aku mencoba membangunkannya. wajahnya yang tampak pucat dan tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan dimatanya. Ia mati terbunuh dengan cara membakar dirinya sendiri. ia dipaksa untuk meminum segalon bensin dan melemparkan korek api menyala kedalam tubuhnya. api itu cepat membakar organ tubuhnya hingga kedua bola matanya menghitam dan tubuhnya menjadi abu.

lagi-lagi aku bisa lolos dari mimpi itu dan naasnya satu jam setelah terbangun dari mimpi itu, aku mendapat kabar bahwa sepupuku mati karena serangan jantung. seluruh keluarga nampak heran karena sebelumnya ia tak pernah mempunyai riwayat penyakit jantung.

mungkin jika aku tidak terbangun dari mimpi itu, aku akan mengalami hal serupa dengannya.

***

Kasih saran apa yang kurang dari cerita diatas. dicomment, Jangan diem aje ^_^

Oiya, kalo mau cerita Creepypasta lagi silahkan comment dibawah.

Creepy Pasta and RiddlesWhere stories live. Discover now