TIGA PULUH EMPAT : The Room

Mulai dari awal
                                    

Penyayang? Tidak, tidak mungkin.

Selalu tersenyum? Senyum mengejek iya, Aldrich bahkan ragu apakah pernah Jonathan tersenyum tulus.

Pekerja keras? Rasanya hanya ini sifat positif yang laki-laki itu punya.

Kadang-kadang ia tak habis pikir, mengapa ibunya sampai harus menikah dengan Jonathan? Ayahnya jelas bukan laki-laki yang baik, segala tindak-tanduknya jauh berbeda dengan orang kebanyakan.

"Memangnya apa pekerjaan ayahmu?" Yura membenarkan anak rambutnya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Dia seorang pengacara."

"Lalu mengapa kau masuk psikologi?"

Yura menoleh dan tersenyum tipis. "Karena menurutku menarik, mempelajari karakter manusia itu menyenangkan. Aku juga belajar bagaimana tidak memerhatikan penampilan seseorang sebagai tolak ukur sifatnya, seperti kau."

Aldrich menaikkan sebelah alisnya ketika Yura menunjuk dirinya. "Apa?"

"Kau tidak terlihat sama sekali sebagai seorang psikopat, penampilanmu terlalu bagus. Malah kadang-kadang terlihat terlalu sempurna."

"Asal kau tahu saja, psikopat itu selalu berlindung di balik topengnya yang sempurna."

"Aku tahu setelah mengenalmu, lagipula seringaimu itu juga menyeramkan. Apa yang lain juga seperti itu?" Aldrich mendekat Yura dan merangkulnya.

"Seperti kataku tadi, biasanya seorang psikopat akan terlihat seperti orang kebanyakan. Bahkan terlihat dermawan dan baik hati, mereka pandai berpura-pura."

"Oh ya, bagaimana dengan ayahmu?" Aldrich menoleh. "Apa?"

"Tadi kan kau bertanya tentang ayahku, sekarang giliranku." Yura menjauhkan wajahnya ketika Aldrich hendak mencium pipinya, "ceritakan padaku tentang dia."

"Aku tidak mau." Yura mendesah pelan. "Tidak adil. Ayolah, ceritaku padaku tentang dia."

"Apa sekarang kau sedang memaksaku?" Yura kontan mengangguk polos. "Iya."

Aldrich mendengus. "Aku tidak suka menceritakan tentang dia, lagipula aku tidak menganggap dia sebagai ayahku."

"Tidak boleh begitu, seburuk apapun perlakuannya padamu, dia tetap seorang ayah. Bisa saja dia menunjukkan kasih sayang dengan cara berbeda."

"Jika kau melihat dia, pemikiranmu akan sama denganku." Yura mengernyitkan dahinya heran. Ia tidak mengerti mengapa Aldrich terlihat begitu membenci ayahnya, memangnya apa yang terjadi pada mereka di masa lalu?

Ia benci mengakui ini, tapi Yura merasa sangat penasaran dan ingin terus bertanya sehingga mendapat jawaban dari pertanyaannya itu.

"Seperti apa orangnya? Maksudku... fisiknya atau apalah."

"Dia tinggi, berambut pirang, hidungnya seperti paruh burung elang." Mendengar itu Yura malah membayangkan Aldrich, bagaimanapun sosok Jonathan sangat mirip dengannya.

Yura jadi penasaran.

"Sifatnya?"

"Kurasa hal itu tidak perlu dijelaskan." Yura mengangguk paham. Jika Aldrich saja kelakuannya seperti iblis yang keluar dari neraka, ayahnya pasti jauh lebih parah.

"Apa kau membencinya?" Aldrich menatap lurus ke depan, seolah termenung. "Sangat."

∆∆∆

Pagi-pagi sekali Aldrich pergi dari apartemen. Yura sendiri tidak tahu laki-laki itu akan ke mana, jadi ia hanya bisa diam di apartemen Aldrich sambil menatap televisi dengan pandangan bosan.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang