"Ada apa ini Tamara? Siapa yang memperlakukan kamu secara tidak manusiawi?" Tanya guru PKN yang sangat menjunjung tinggi keadilan itu.

"Anu pak-"

"Namanya Farrah pak." Kata Ares. Semua orang menatap Farrah sekarang. Farrah menatapku tajam.

"Ini pelanggaran HAM pak. Ini kasus bullying yang sudah semakin marak terjadi di negeri ini. Mau jadi bagaimana mental bangsa ini jika perlakuan tidak manusiawi selalu dilakukan?" Pak Danu menatap Farrah kesal.

Mungkin dia kecewa, murid yang selama ini selalu aktif pada mata pelajaran PKN ternyata punya kasus bullying, apalagi dia sebagai pelaku.

2 mata pelajaran ditambah aku, Farrah dan temannya dibawa ke kantor untuk diceramahi. Ini semua karna Ares. Sangat menyebalkan.

***

Sepulang sekolah aku langsung terburu-buru ke lapangan basket. Saat kubuka pintunya, di dalam hanya ada Ares dan kak Gerald.

"Kamu udah datang, Ra, masuk yuk!" Pinta kak Gerald yang sedang men dribbling basket itu.

"Hai pacar," sapa Ares membuatku ingin muntah.

"Lo siapa sih sebenernya?" Bentakku.

"Dia pindahan dari Bandung, Ra. Kamu kenal tim basket dari Indonesia yang selalu menang tiap tahun di perlombaan tingkat Internasional? Ini lah salah satunya." Ku perhatikan Ares yang mengangguk-angguk bangga.

"Bukan berarti lo itu paling keren ya." Kutunjuk bola mata Ares dengan jari telunjukku.

"Iya nona, saya nggak bangga kok. Yaudah, ini jersey lo." Kata Ares sambil menyodorkan jersey yang sama seperti kak Gerald. Kalau Ares sudah pasti pakai jersey internasional nya itu.

Setelah aku mengganti baju, kak Gerald memberiku bola basket berwarna hitam yang selalu dia bawa kemana saja itu dan mengajariku teknik dasar bermain basket, walaupun sebenarnya aku sulit mencerna apa yang dia katakan.

Benar kata orang-orang, jatuh cinta membuat kita bodoh. Aku bahkan tidak bisa fokus pada bola itu sejak tadi.

Bugghhh..

Kurasakan kesakitan yang luar biasa memantul di kepalaku. Itu membuatku terjatuh.

"Ara!!!!" Itu teriakan kak Gerald yang terakhir kudengar sebelum aku pingsan.

Semua masih buram. Kepalaku masih sangat pusing. Aku sampai lupa kenapa aku berada di sini. Kubuka mataku perlahan dan melihat seseorang dengan jarak 10 cm di depan mataku sedang memperhatikan wajahku.

"Hwaaaaaa." Teriak ku kaget karena dalam sesaat kukira itu hantu.

"Lo kok teriak mulu sih? Dikira gue cabul sama lo ntar." Katanya melirik sekitar UKS yang sepi.

"Lo ngapain sih ngeliatin gue gitu? Trus kak Gerald mana?" Tanyaku penasaran akan apa yang terjadi.

"Gerald lagi keluar ngelatih anak basket dan dia nugasin gue jagain lo sampe bangun. Dan lo tau udah berapa lama gue nunggu?" Aku menggeleng.

"2 jam." Aku melirik jam dinding di depanku yang menunjukkan pukul 15.45.

"Tapi kan itu kesalahan lo," ujarku sedikit kesal.

"Denis lagi menuju kesini, lo bakal pulang, jadi tidur aja dulu." Aku menatapnya sinis.

"Lo kenapa muka lo gitu liat gue? Gak senang sama gue?" Aku memutar bola mataku ke arah lain.

Aku merasa aki sedang diperhatikan dari titik samping mataku.

"Lo semalam ada ke Bandara gak?" Aku menatapnya kaget karena khawatir dia ada disana menyaksikan skandal ku.

"Lo semalam yang digendong itu kan? Trus lo-" Dia menatapku sambil mengerutkan kening.

"Cukup!! Gue mau keluar." Kataku beranjak dari tempat tidur itu.

Kudengar Ares tertawa terbahak-bahak. "Jadi beneran itu lo, sumpah ekspresi lo semalam lucu banget."

Aku menatapnya sinis. "Terserah deh, gue emang pantes diketawain." Kataku menunduk dan pergi dari UKS.

"Ra, lo marah?" Tanya nya sambil mengejarku.
 
"Jangan sedih dong, becanda doang kok."

"Itu karna lo gak tau apa-apa tentang gue." Aku melangkah semakin cepat meninggalkan Ares.

Aku berjalan keluar sekolah dan menemui kakakku yang baru saja tiba. Aku langsung masuk dan meminta pulang walaupun dia masih ingin singgah.

"Ares itu siapa lo sih kak?" Tanya ku kesal saat kakakku menjalankan mobilnya ke jalan raya.

"Kenapa emang? Kok lo kesal gitu sih?" Kakakku kembali bertanya.

"Dia udah buat hidup gue cukup menderita di hari pertama dia masuk sekolah. Dan buruknya ini bakal terjadi sampe dia tamat dari sekolah itu." Kataku kesal.

"Dia emang gitu orangnya, Ra. Suka usil." Aku memutar bola mataku.

Saat kakakku membelokkan mobilnya, ada 2 motor yang berhenti di depan kami dan menghadap ke kami. Itu membuat kakakku berhenti mendadak.

"Tuh orang apa-apaan sih? Gak punya otak emang ya," kataku marah-marah. Kuperhatikan kakakku tersenyum-senyum.

"Lo tunggu sini ya." Kakakku membuka mobil dan berjalan ke arah mereka. Dan lagi-lagi aku membenci perlakuan cowok yang mengabaikan cewek disekitarnya.

Aku melihat mereka menahan kakakku dan satu orang hendak menghajar kakakku. Itu membuatku segera keluar dan berlari menuju mereka.

"Lepasin dia!!" Bentakku disertai sedikit ketakutan.

"Kan gue bilang juga apa, adek gue pasti bakal keluar. Lo semua gak sabaran banget sih." Aku mengerutkan kening tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka semua sejak tadi tidak berhenti menatapku membuatku menunduk.

"Ini adek lo, Bro?" Tanya salah satu dari mereka.

"Ooo.. Jadi ini berlian yang lo sembunyiin dari kita." Aku menatap mereka tidak suka.

"Adek gue jadi salah paham kan gara-gara lo semua,"

"Ra, mereka cuma mau hajar gue 5 kali kok karna gue kalah dapetin cewek paling sexy di sekolah." Aku menatap kakakku tidak percaya dan menampar nya kuat. Aku segera pergi dari situ sebelum aku benar-benar tau lebih banyak tentang kenakalan kakakku.

***
Maaf baru update setelah sekian lama. Author janji update 2 kali seminggu dari sekarang.

So, buat yang nunggu, setia menunggu dan setia Vote ya ;).

Jangan lupa tinggalin jejak berupa Vote dan Comment ya, Guys.

Kritik dan saran sangat diperlukan

Teyimakasih 😘

The Lonely Princess Where stories live. Discover now