New Begin (part 1)

Começar do início
                                    

Astaga mau sampai kapan aku seperti ini? membohongi diri sendiri, berusaha menyenangi pekerjaan yang selama ini kukerjakan padahal passion-ku sama sekali tidak berada disini. Lirihku dalam hati.

Aku terus melamun sampai kudengar ketukan di pintuku dan aku langsung memberi isyarat untuk masuk.

Capt! Astagaa gue kangen banget sama lo.” God, ternyata dia. Kenapa selalu datang disaat perasaanku sedang buruk sih?

“Lo bisa ga sih ga usah panggil gue dengan panggilan itu lagi?” Tanyaku dengan wajah masam.

“Gabisa. Udah menjadi habbit capt. Ga akan bisa dirubah. Aneh rasanya kalo gue manggil lo Nata.” Imbuhnya dengan duduk santai di sofa.

“Tapi gue bukan captain lo lagi, dan nama gue juga Nata, ngapain harus aneh sih?” Tanyaku lagi.

Bima kini merubah posisi duduknya dengan kaki yang berada di atas meja dan membuka-buka majalan Forbes keluaran bulan ini.

“Gila, kapan ya gue bakalan kayak lo gini. Masuk ke dalam salah satu kandidat the most wanted CEO edisi majalah bisnis ginian.” Racaunya sambil terus membuka halaman demi halaman majalah itu dan berhenti di salah satu berita yang memuat tentang diriku.

“Lo bisa aja kalo lo mau ngelanjutin usaha retail bokap lo.” Ujarku santai padanya dan ia mengangguk-angguk.

“Tapi ga mau lah. Udah ada kakak gue ini yang ngejalanin itu perusahaan bokap. Ngapain juga gue ikut campur. Jadi pengusaha bukan jalan hidup gue.” Ujarnya santai tetapi berhasil membuatku terdiam.

“Ups sorry capt. Bukan maksud gue...”

“Udahlah, gpp kali Bim. masih ngerasa ga enak aja. Gue biasa aja kok.” BOHONG. Seratus persen itu bohong.

“Jangan bohongin gue capt. Lo masih pengen jadi Nata yang dulu kan? Jadi Nata yang selalu berhasil memuat para pramugari dan penumpang perempuan di pesawat yang lo bawa terpesona ngeliat muka adonis lo?” Ucapnya asal dengan lirikan mengejek.

“Apa maksudmu bodoh.” Kulempar dia memakai buku yang ada di mejaku dan ia hanya menghindar dan tertawa terbahak.

“Entah kenapa ya capt. Gue ngerasa yakin banget kalo lo bakalan balik lagi kerja bareng gue.” Ujarnya sambil berdiri dari sofanya dan tersenyum misterius.

Lunch? Together? Maybe?” Tanyanya kemudian dan aku langsung tersadar dari lamunanku karena omongannya.

“Traktiran nih?” Tanyaku yang langsung diasmbut gelak tawanya lagi.

“Ayolah capt, lo sama gue juga tau disini siapa yg paling punya banyak uang.” Ujarnya sambil melirik kesekeliling ruanganku.

“Baiklah baiklah. Gue yang traktir.” Ujarku jengah dan berjalan menuju pintu disusul dengan Bima di belakangku.

***

Saat ini aku lagi menikmati weekend di daerah Bogor dengan Alana. untuk yang satu ini dia yang meminta karena katanya sudah jenuh di Jakarta terus. Dan baiklah akupun menuruti kemauannya.

Kami sedang dalam perjalanan menuju ke hotel yang akan kami tempati nanti dan Alana daritadi hanya sibuk melihat-lihat suasana jalanan dari kaca mobil.

“Um Nat, mau ga kita berenti dulu di cafe itu?” Tunjuk Alana pada salah satu cafe yang sepertinya sangat comfortable dengan desain eksterior yang serba coklat dan cream.

“Kamu mau makan?” Tanyaku padanya, mengingat sekarang masih jam 9 pagi. Jauh dari jam makan siang.

Um some drinks, maybe?” Ucapnya kemudian dan akupun akhirnya menyetujuinya dan ia tersenyum sumringah.

I Love You, Captain (COMPLETED)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora