Daniel's Problem

91.9K 3.9K 34
                                    

Daniel POV.

Suasana di restoranku saat ini seperti biasanya, ramai dan terkendali. Aku sangat bersyukur dari dua tahun yang lalu aku membangun restoran ini untuk pertama kalinya, dihari pertama opening gate sudah banyak calon pelanggan yang mengunjungi restoranku.

Dan pandanganku yang tadinya terarah ke segala penjuru restoran sekarang sudah beralih keluar jendela, suasana sore yang mendung dan berawan yang membuatku merasa hangat di dalam restoranku sendiri.

"Hey ma lovely big bradaaaaaa....." Teriak Alana sembari menerjang dan memelukku sangat manja. Ini yang kusuka.

"Hey princess, what are you doin' here?" Tanyaku lembut dengan penuh perhatian.

"Nothing. Just missed yaa." Jawabnya manja, penuh dengan senyuman.

"Really?" Tanyaku dengan wajah sedikit menyelidik, sedikit curiga dengannya.

"Em sebenernya sih ada yang mau aku tanyain ke kakak." Akunya kemudian. Bam, benar dugaanku.

"Kamu mau tanya apa sih ke kakak, kenapa ga di rumah aja nanti pas kakak udah pulang. Kamu juga kan pasti ini dari kantor langsung ke sini kan? Emangnya papi ga nyariin kamu apa?" Tanyaku kemudian, yang bingung dengan tingkah adik kesayanganku ini.

"Ih kakak rewel banget sih, aku itu udah ijin ke papi kalo mau nemuin kakak di restoran. Sekalian mau jemput kakak. Hehee" cengirnya dengan wajah yang sangat manis.

"Oiya kak, aku mau nanya soal Rania, tadi pagi kakak sempet bahas dia ke mami, padahal setau aku bukannya kakak udah putus sama Rania?" Tanyanya kemudian yang membuatku sedikit kaget. Em oke, SANGAT KAGET. Kenapa dia membahas soal perempuan itu lagi.

"Kok kamu nanyain soal itu sih? Udah deh Al ga usah bahas soal dia lagi. Please." Pintaku lirih.

"Loh kan kakak sendiri yang tadi pagi ngebahas dia ke mami, aku Cuma mau penjelasannya sekarang. Maybe you could lie to mom, but you cant lie to me, never. Jadi ayo cerita, sebenernya ada apa sih?" Todongnya membuatku bingung setengah mati.

"Okay I'll tell you everything about her, but promise me, don't tell this to everyone. Can you?" Tegasku memastikan Alana tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun.

"Aiyaiiii captain! I promise." Jawabnya langsung sambil membuat gerakan hormat, membuatku tertawa geli melihatnya.

Flashback Daniel*

Malam itu, sekitar setahun yang lalu, hujan turun dengan derasnya, malam dimana aku menjemput Rania, wanitaku, untuk pergi menghabiskan waktu luang bersama seperti biasa. Dan malam itu aku berencana untuk melamanya, aku sudah menyiapkan cincin dan seikat bunga mawar merah sebagai penghantarnya.

Dengan perasaan bahagia aku berjalan ke arah pintu depan rumah Rania yang sedikit terbuka, dan hal itu, aku melihat dan mendengar hal yang tiba-tiba saja menghancurkan segalanya. Aku terus terpaku dan berusaha mendengar percakapan antara dua orang di dalam rumah itu.

"Aku ga bisa kamu gantung terus, udah tiga tahun kita berstatus tidak jelas seperti ini. Kamu bilang kamu akan meninggalkan tukang masak itu, tapi mana janjimu?!" Ujar seorang lelaki yang entah siapa itu, aku tidak tau.

"Aku tau, aku juga ga mau terus kaya gini. Aku kan udah janji sama kamu, setelah aku mendapatkan apa yang aku mau, aku akan putusin dia dan akan sepenuhnya menjadi milik kamu." Jawab sang wanita sambil sesekali terisak. Rania.

"Ayolah, apalagi yang kamu mau dari dia? Apa jangan-jangan kamu sudah jatuh hati kepadanya? Ingat Rania kamu berpacaran dengannya hanya untuk menyakiti hatinya pada akhirnya. hanya untuk balas dendam. Tidak lebih." Kembali laki-laki itu berbicara dengan nada yang kini cukup tinggi.

"Aku tau, aku berpacaran dengannya hanya untuk membalas rasa sakit hati kak Farah yang sudah ditolak cintanya oleh Daniel, tapi aku mau menyakiti hatinya lebih dari itu. Daniel harus mendapat balasan yang setimpal, karena dia kak Farah meninggal." Isak Rania, membuatku sedikit tercekat.

"Lalu kapan kamu akan menghancurkan si tukang masak itu?" Tanya laki-laki itu angkuh.

"Nanti, setelah dia melamarku dan aku akan meninggalkannya saat hari pernikahan kami." Jawab Rania membuat jantungku sepertinya ingin meloncat dari tempatnya.

Tak ku sangka emosiku sudah memuncak dan ku tendang secara paksa pintu yang ada di depanku, sehingga mereka bisa melihat dengan jelas orang yang sedang mereka bicaranya sedang berada di depan mereka. Mereka terlihat terkejut dan memasang tampang bodoh mereka. Cih.

"Honey sedang apa kamu disini? Aku...aku bisa jela—" Ujar Rania gelagapan yang kemudian terpotong oleh omonganku.

"JELASIN KE GUE APA MAKSUD OMONGAN LO SAMA BAJINGAN INI?!!" Bentakku tidak sabar.

"Woi jangan bentak cewe gue!" Teriak laki-laki itu di depan mukaku.

"Lo jangan ikut campur urusan gue!" Bentakku balik padanya dan sukses memmbuat dia diem. Haha.

"So? Lo jelasin ke gue ada apa sebenernya." Tagihku pada Rania masih dengan muka memerah karena terbakar emosi.

"Oke, kamu inget sama Farah? temen satu kuliah saat kamu di Oxford yang ngungkapin perasaannya 4 tahun yang lalu ke kamu? Yang saat itu juga kamu tolak dengan alasan kamu Cuma anggep dia sebagai sahabat, dan ga lebih?" Ucap Rania kembali mengingatkanku pada masa itu.

"Dia kakak aku, malam setelah kamu menolak dia. Dia pergi dari rumah, dan ga tau kemana. Besoknya keluargaku dapet kabar kalo kak Farah telah tertabrak mobil dan akhirnya meninggal. Menurut pengakuan orang yang menabrak, kak Farah tiba-tiba berlari ke tengah jalan saat mobil yang dikendarainya sedang dalam kecepatan penuh, dia bilang kalo ada unsur kesengajaan kak Farah menabrakkan dirinya ke mobil yang sedang melaju. Dan itu karena apa? Karena patah hatinya ke kamu Daniel, karena perasaannya yang udah lama dia pendam dan akhirnya dia hanya bisa menerima penolakkan dari kamu. Aku yang langsung dendam saat itu sama kamu telah berjanji sama kak Farah kalo aku akan ngebayar semua rasa sakit hati kak Farah, yaitu membuang kamu, sama saat kamu membuang perasaan tulus kak Farah. Dan aku mencoba mendekati kamu dan kamu akhirnya menerima aku menjadi pacar kamu." Jelasnya panjang lebar membuat kepalaku terasa pusing.

"Tapi gue menolak dia karena emang ga ada perasaan apapun. Gue ga bisa menerima orang yang ga gue cintai, itu cuma akan nyakitin dia pada akhirnya." Jelasku dengan menahan ludah.

"Kurang apa sih Farah dimata lo? Dia selalu ada buat lo saat studi di luar waktu itu. Dia ga pernah ninggalin lo, dia selalu merhatiin lo. Picik kalo lo bilang lo ga punya perasaan sama dia." Kulihat wajah Rania yang berubah menjadi sendu.

"Tetep aja cinta itu harus dari hati Ran, gabisa dipaksain. Kalo pun gue terima cinta Farah pada waktu itu, ga akan ada jaminan dia bakal bahagia sama gue." Bantahku lirih, mulai tersentuh dengan ucapan Rania. Dia tidak sepenuhnya salah. Tapi, tetap saja aku kecewa dengan sikapnya yang selama tiga tahun menjalin hubungan denganku ternyata hanya dijalaninya berlandaskan dengan dendam.

"Yaudah, lebih baik gue pergi aja dari sini. Anggep kita ga pernah ketemu, tenang aja gue ga bakal dendam kok sama lo. Sorry buat gangguan yang ga terduga ini. Lo bisa bebas sekarang sama pacar lo yang 'sesungguhnya'. Bye." Pamitku lirih sambil memegangi dadaku yang terasa begitu sesak. Dan sejak saat itu Rania tidak pernah muncul lagi dihadapanku.

Flashback end*

Setelah aku menyelesaikan ceritaku, kutatap Alana yang sedang mengaga lebar, mungkin ia terlalu terkejut mendengar cerita menyedihkanku.

Gimana masalah Danielnya? aku masih bingung nih nanti Rania bakal muncul lagi atau engga di chapter kedepannya. menurut kalian gimana? Vote dan Comment masih sangat berlaku :* Makasih yang udah setia membaca ceritaku :*

I Love You, Captain (COMPLETED)Место, где живут истории. Откройте их для себя