BANJARSARI

33 1 0
                                    

Pagi indah menyapa cantik. Aji, Dimas dan lainnya asyik bermain basket. Keanggunan gerakan mereka membuai siapa saja yang melihatnya, termasuk anak-anak dan beberapa ibu-ibu yang menyaksikan kelincahan mereka. Bahkan, beberapa pemuda-pemuda tampan yang tinggal di lingkungan tersebut ikut bermain dan menunjukan pesonanya.

Di tempat lain, Tyo membantu Bu Rita untuk membuat kejutan pada Bu Asri, ibunya Dimas. Dibantu Indah, Pak Hadi dan Kasatria, adik laki-laki Dimas dan Indah yang berusia 4 tahun, mereka menata kue tart yang dipasangi 2 lilin berbentuk angka 4 sebagai lambang usia ibunya. Tyo cukup terkejut ketika ia diminta Indah untuk membantu perayaan kecil-kecilan tanpa memberitahu Dimas. Saat Tyo ingin mencari alasan pada Indah, wanita itu ingin agar mereka tidak mau merepotkan Dimas yang sedang menyenangkan teman-temannya. Keluarganya tahu kalau Aji membawa teman-teman kuliahnya di Surabaya sehingga menurut mereka, Dimas sebaiknya menjamu mereka. Lagipula, setiap ulang tahun ayahnya, ibunya dan perkawinan mereka, Dimas selalu diandalkan mempersiapkan perayaan meski terhitung kecil-kecilan. Kini, Indah ingin bertanggung jawab seperti Dimas dan itulah sebabnya, ia meminta bantuan Tyo.

Perlahan, kue tart dibawa dari rumah Bu Rita menuju rumahnya Dimas. Lagu selamat ulang tahun terdendang di dalamnya. Pancaran sinar matahari menyambut perayaan yang dibuat. Dan pada akhirnya, ibunya Dimas meniup lilin dan menabur harapan meski dengan tema yang sama, berkah. Untaian bibir Indah, Tyo, Kasatria, Pak Hadi dan Bu Rita terpancar dengan cantik.

Setelah itu, Tyo menuju rumah Aji. Disana, Bi Euis, asisten rumah tangga rumahnya Aji yang baru datang dari Ciamis sigap menyambutnya. Memang, sejak Aji kuliah di Jogja dan orang tuanya bisnis permata di Hongkong, Bi Euis diizinkan pulang kampung di Ciamis. Tyo mulai membuka obrolan disaat mereka bersantai ria di kamar Aji. Di depan kamar Bi Euis yang merupakan kamar khusus asisten rumah tangga, semua berjalan cair, tanpa ada rasa sungkan yang menyelimuti hatinya.

" Bi. Sudah berapa lama kerja di rumahnya Aji?"

" Sudah 20 tahun, Den."

" Lama juga ya.". Tyo heningkan diri hingga ia mulai menguntai tanya.

" Den Tyo sama Den Aji kuliah di kampus yang sama, ya?"

" Iya. Emangna aya naon, bi?"

" Hmm......... Teu nanaon, soalnya bibi punya tetangga di kampung yang tinggal di Jogja. Namanya Bu Umi..."

Tyo terkejut. Bu Umi adalah pemilik warung burjo yang berlokasi tidak jauh dari kamar kontrakannya. Tyo sering makan disana.

" Lho! Bi Euis tahu Bu Umi juga?"

" Iya. Kok Den Tyo tahu?" tanya Bi Euis dengan perasaan terkejut.

" Bu Umi itu sering jualin makanan dekat tempat kosku. Dia punya warung burjo......."

Tyo banyak bercerita pada Bi Euis tentang Bu Umi, pengalaman bertemu Aji dan kesan terhadap Surabaya. Sedangkan Bi Euis banyak cerita tentang hubungan tetangga dengan Bu Umi, masa kecil Aji dan pengalaman bekerja di rumahnya Aji. Tyo tahu kalau Bi Euis punya anak bernama Rendy Ramadhan Kurniawan, yang saat ini kuliah di Manajemen Unpad. Aji dan keluarganya tahu tentang Rendy dan atas kebaikan mereka, Rendy bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Dalam permasalahan berupa kakak-kakaknya yang tidak bisa lanjutkan pendidikan meski mereka sudah bekerja dan ayahnya yang sudah mangkat sejak ia masih kecil, Rendy bisa membuat bangga ibunya dan keluarganya Aji hingga bisa kuliah dengan beasiswa. Kini, Rendy tetap bekerja sambilan meski ibunya melarang karena biaya hidupnya sudah ditanggung keluarga Aji. Dari cerita tersebut, Tyo mulai memberi rasa syukur masuk ke hatinya dan memacu semangat agar bisa berprestasi dan membuat bangga ibunya. Menurutnya, kehidupan keluarganya masih lebih baik dibandingkan dengan keluarganya Rendy.

First and LastOù les histoires vivent. Découvrez maintenant