Apa aku harus mengeluh menjadi diriku yang serba kekurangan ini jika aku tidak akan pernah merasa kekurangan bersama keluargaku ini? Kalau begitu aku bodoh.

Aku seharusnya bersyukur dengan kekuranganku karena tidak akan ada yang sempurna di dunia ini. Aku mungkin indigo dan kesepian, tapi disisi lain aku punya keluarga yang luar biasa yang sangat mencintaiku.

Jadi, aku tidak akan pernah menangis lagi.

***

Aku merasa bersalah dengan kak Gerald. Semalam aku sudah membentak dia, padahal dia tidak punya salah apapun. Memangnya siapa aku di hidupnya sehingga aku marah dia punya pacar?

Sungguh, ini benar-benar sakit. Aku bukanlah siapa-siapa nya?! Aku harus minta maaf. Aku masuk ke kelasku dengan murung. Dan saat aku berbelok, aku menabrak seseorang.

"Aww.. Ehh, kalo jalan liat-liat dong. Buta ya lo??!!" Bentak nya. Siapa lagi dia yang suka ngomel kalau bukan Farrah?

"Maaf ya Farrah, aku gak senga-"

"Alah.. Udahlah. Gue gak butuh permintaan maaf lo. Pokoknya sekarang lo ikut kita." Kata Deby, teman Farrah sambil menarikku.

Apa lagi yang mereka inginkan? Mereka akan membawaku kemana? Aku takut. Sangat takut. Mereka mendorongku kuat untuk masuk ke gudang sekolah yang hampir tidak pernah lagi dikunjungi siapa pun. Aku meringis kesakitan dan mereka hanya tertawa melihatku.

"Ternyata orang cupu bisa ya bergaul sama manusia tampan selain setan. Gue kirain setan doang yang mau jadi temen lo." Kata Farrah disertai tertawaan teman-temannya.

"Kalian mau apa?" Tanyaku dengan nada bergetar.

"Kita mau apa yang seharusnya kita dapat. Lo gak pantes dekat sama Gerald. Jadi kita mau lo, jauhin Gerald!" Bentak Deby sambil menahan kedua pundakku dan diakhiri dengan dorongan keras, tanganku terluka akibat dorongan yang sangat keras itu.

Aku menangis. Menangis berharap semuanya berakhir. Penghinaan mereka, tawaran mereka, siksaan mereka.

Bruuakkkkk

Kulihat ada meja yang melayang menghantam mereka semua sampai jatuh. Kuperhatikan asal meja itu. Itu hantu Fajar, dia yang melempar itu. Dia tersenyum dan kemudian menunjukkan diri di depan Farrah dan teman nya itu sampai mereka teriak ketakutan. Mereka segera keluar dan meninggalkan ku.

Hantu Fajar melihatku kembali sambil tersenyum, kubalas senyuman itu sebelum akhirnya dia pergi. Dia memang tidak pernah berbicara, hanya membantu dan tersenyum.

"Ara, lo gak papa? Gue tadi liat Farrah sama temennya dari sini makanya gue kesini," sewot Bryant.

"Sttt, hantu Fajar yang nolongin gue." Kataku sambil berusaha berdiri dengan tas yang sangat berat ini.

"Mereka itu harus dikasih pelajaran emang, Ra. Tega banget ya mereka liat lo menderita." Aku berjalan keluar sebelum Bryant semakin bawel.

"Ara, tangan lo berdarah!" Aku menoleh kebelakang tapi ternyata Bryant menghilang. Ada apa dengan anak itu? Aku melanjutkan jalanku.

Kudengar teriakan orang banyak dari gerbang masuk, aku penasaran siapa dia. Kuintip siapa orang itu. Tapi tidak bisa karena banyak orang yang mengkrumuni dia.

Tiba-tiba dia berhenti di depanku dan menatapku sambil tersenyum.
"Ini dia pacar gue." Mataku melebar dan aku menganga tidak tau apa yang terjadi.

Yang jelas, dia tadi bilang aku adalah pacar nya dan semua orang berteriak. Ya, berteriak tidak setuju.

Aku langsung berlari dari situ. Tapi tidak berhasil karena dia menahanku dan menarikku. Kali ini lebih parah, dia merangkul ku. Siapa sih dia ini? Kuakui memang sangat tampan dan tinggi, tapi dia sedang mempermainkan ku dan aku hanya terdiam? Aku harus bertindak.

Sebelum aku akan bertindak mendorongnya, dia menarik tanganku duluan. Dia menarik dengan sangat kuat sampai aku meringis kesakitan. Ini tanganku yang terluka kan? Aku bisa melihat darah mengalir, dan itu membuatku lemas. Aku lemah melihat darah mengalir.

"Lo kenapa? Kok berhenti?" Aku sangat pusing. Hanya itu kelemahanku, darah yang mengalir.

"Ya ampun, darah!! Maafin gue, aduh gimana nih?" Dia menatapku yang sudah terduduk di bangku luar kelas kak Gerald.

"Ara??!!" Itu suara kak Gerald.

"Dia kenapa, Res?" Aku masih pusing dan lemas disini tanpa mempedulikan kak Gerald ada disitu.

"Dia kayaknya trauma liat darah deh, atau phobia?" Aku menggeleng-geleng.

"Haa? Darah?" Kak Gerald melihat tanganku yang sudah banyak darah. Di langsung melepas tasku dan menggendongku ke UKS.

The Lonely Princess Where stories live. Discover now