Sembilanbelas

7.4K 466 5
                                    

"Lo kenapa? Kok diem aja?" tanya Nisa pada Vira saat berada di ruang OSIS. "Gapapa." jawabnya cuek, membuat Nisa bingung.

Sejak di kelas, Vira hanya diam merenungi perasaannya sendiri. Bagaimana bisa dia suka sama musuh terbesar nya dulu. Gimana bisa dia cemburu sama sahabatnya sendiri. "Vir, lo gapapa?" tanya Nia yang berada di sebelahnya. "Gapapa."

Tiba-tiba Reyhan datang dan rapat di mulai. Hari ini mereka membahas tentang acara Queen and King yang di laksanakan 3 hari lagi. Membahas itu, Dimas segera menatap Vira. Begitupun sebaliknya. "Vir, kita sampe lupa buat latihan."

Vira menghela nafas, "Iya." Jawabnya singkat, berusaha tidak peduli. Dimas yang berada di depan Nisa membuatnya semakin cemburu.

"Jadi, kita harus kumpul dari jam setengah tujuh. Kalo ada yang ngaret, kaka bakal keluarin kalian dari OSIS. Karna yang sungguh-sungguh itu, gak akan ninggalin." Saat Ka Reyhan mengucap kalimat terakhir, anak cewe langsung menyorakinya. Vira yang mendengar itu tersenyum kecil.

Kalo dia sungguh-sungguh, dia gak akan ninggalin.

Kalimat itu seperti menyinggung dirinya dan Dimas. Dimas yang membuatnya tersenyum lebar sekaligus Dimas yang membuatnya jatuh karna perempuan lain.

"Ayasha Alvira?" panggil Reyhan. "Ya, ka?"

"Bisa temenin kaka?" Vira yang sadar sebagai sekretaris OSIS segera memahami maksud Reyhan. Sementara yang lain sibuk berdiskusi, mereka berdua pergi ke gudang untuk mengumpulkan bahan dekorasi.

Tanpa ia ketahui, Dimas menggeram kesal dalam hatinya.

***

"Nis, nih laporan uang kas OSIS." Kata Dimas pada Nisa yang berjabat sebagai bendahara OSIS. "Kok di elo?"

"Iya, tadi Anggita nitip ke gue. Dia soalnya lagi ke kamar mandi sama Nia." Nisa mengangguk mengerti, lalu melanjutkan menghitung uang. Dimas yang iba melihatnya berinisiatif untuk membantu. "Sini gue bantuin."

"Oh iya tolong dong. Lo kan demen ngitung duit, soalnya lo matre." Ledek Nisa. "Sial," umpat Dimas sambil tersenyum kecil.

Mereka menghitung uang bersama. "Eh, Nis? Lo suka ya sama Ka Reynaldi?"

"Iya. Baru aja jadian kemarin malem," kata Nisa dengan polosnya sambil menghitung uang di tangannya. "Weitssss. PJ donggg!!" seru Dimas dengan heboh, membuat seluruh anak OSIS fokus ke mereka.

"Gak punya duit gue. Punya nya pahala," ceplos Nisa. "Najis. PJ dong akh. Pelit lo." rengek Dimas dengan nada sebal. "Gue yang jadian, lo yang repot anjir."

Dimas lalu terkekeh. "Nih ada 145ribu, sama punya lo berapa?" tanyanya selepas menghitung. "Punya gue 55ribu. Berarti jadi berapa tuh, Dim?"

Ia kemudian menghitung dengan dua jarinya. Nisa tertawa merendahkan melihatnya, lalu ia menarik rambut 5cm milik Dimas. "200 bego! pantes di selingkuhin, ngitung aja masih pake jari."

Dimas memasang muka sebal tetapi sambil tertawa kecil. "Sial lo Nis." Sementara Nisa masih tertawa, Dimas melihat sekitar. Anggita sama Nia yang belum balik dari kamar mandi. Oji dan Rully sibuk mencari perlengkapan. Sementara ia melihat Alvira bergeming di depan pintu sambil melihatnya.

Belum satu detik ia menoleh, air mata Vira jatuh membasahi pipi.

***

"Vir, anterin gue ke Ka Reynaldi yuk?" ajak Nisa. Sementara Vira masih diam di tempat duduknya, memikirkan kejadian Nisa dan Dimas yang sedang bercanda bersama.

Vira lalu tersadar, "Ayo. Sekalian gue mau ngomong sama lo." jawabnya dengan ketus. Mereka pun berjalan bersisian. "Lo mau ngomong apa?" tanya Nisa.

"Gue tau gue bukan siapa-siapa dia, tapi jujur gue gak suka ngeliat lo sama Dimas bercanda bareng." Nisa lalu membulatkan matanya dan berhenti berjalan.

"Selagi bukan siapa-siapanya dia, lo gak berhak ngelarang dia buat bercanda sama siapapun." Jawab Nisa tegas. Vira lalu menatap Nisa tajam. "Gue emang bukan siapa-siapa dia. Tapi seenggaknya, semua orang berhak untuk cemburu."

"Denger ya, gue sama dia itu Cuma temenan. Lo tau kenapa lo mudah banget buat marah sama gue karna dia?" Vira lalu menatap Nisa. "Karna lo suka sama dia! Dan secara gak langsung, lo nuduh gue suka sama dia."

Vira menatap kaget Nisa. "Gue gak suka sama dia!" tegas Nisa lalu mereka sampai di kantin. Nisa langsung menghampiri Reynaldi dengan wajah penyesalan.

"Sorry ya, aku tadi abis ngitung uang kas OSIS." Vira langsung mengerenyitkan dahi mendengar Nisa. Tanpa aba-aba Reynaldi mengusap kepala Nisa. "Iya, gapapa kok Nis. Aku bakal nungguin."

Nisa lalu tersenyum malu. Maklum baru pertama kali pacaran. "Yaudah, aku balik ke ruang OSIS ya! Kamu nanti kalo bete, chat aja." Reynaldi lalu mengangguk sambil tersenyum. "Dah, Nis! Semangat rapatnya ya!"

Nisa lalu berbalik menghampiri Vira yang mematung di tempat. "Yuk, balik." Ajak Nisa.
"Eh, cempreng! Utang cerita lo!" Nisa lalu tertawa puas sambil merangkul Vira untuk kembali ke ruang OSIS.

"Gue baru jadian sama Reynaldi kemarin. Simple aja, kita sering chattan bareng dan kita juga sering nonton bola bareng. Makanya kita jadi deket, terus jadian deh." jelasnya sambil tersenyum malu. "Kalian nonton bola bareng?"

"Yoi, gue kan team Chelsea. Sama kaya Dimas. Tapi yang suka Chelsea bukan Cuma kita berdua doang kan?" katanya tersenyum.

"Gue minta maaf ya, Nis."

"Masalah itu harus di hadepin dengan dewasa. Lo itu udah kelas 1 SMA, bukan anak kelas 6 SD lagi. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya."

Ketua Kelas vs SekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang