Tujuh

8.9K 546 3
                                    

"Vir isthirahat aja yuk. Nilai nya udah dimasukin ini." Ajak Dimas sambil duduk di bangku taman.

Vira pun duduk disampingnya dengan jarak. Cewe itu pun meminum air putih yang dibawanya sejak tadi berembun di bangku taman.

"Mau?" tanya nya lalu menyodorkan air putih itu ke Dimas. Tanpa aba-aba cowo itu pun mengambilnya dan langsung meminumnya.

"Nih makasih." Katanya lalu mengembalikan minum itu kepada Vira.

"Eh Dim, tumben ya kita gak berantem." Seru cewe itu sambil tertawa kecil. Dimas pun tertawa. "Iyayah. Tumben. Eh tapi kan elo yang suka cari perkara Vir."

"Enak aja! Ih!" balasnya sambil memukul bahu Dimas. "Tuhkan ah. Barbar banget." tiba-tiba ada suara heboh yang berasal dari lapangan.

"Dim, apaan tuh? Kesana yuk!" ajak Vira dan diberi anggukan oleh Dimas. Mereka pun segera berlari menuju lapangan.

"FAQIHHHH!!! LO GAPAPAA??" teriak Wulan dan Nisa secara bersamaan saat Faqih jatuh tersandung saat bermain.

Anak-anak pun berkumpul mengerumuni mereka. Bukannya menolong justru mereka tertawa melihat si Faqih jatuh.

"EH BUKANNYA TOLONGIN MALAH DI KETAWAIN!" Seru Nisa dengan suara cemprengnya. "Makanya Qih, jangan maruk! Masa mainnya sama 2 cewe!" celetuk Oman yang membuat anak-anak semakin tertawa.

Alvira dan Dimas yang baru datang itu pun langsung tertawa melihat Faqih meringis dengan Wulan dan Nisa yang berada disampingnya.

"Jatuhnya dikerumunin bidaadari?" tanya Vira ke Nia dan Davina. "Biasa deh tuh anak. Suka modus-modus maho." Jawab Davina. Tiba-tiba Wulan dan Nisa pun membantu Faqih untuk berdiri dan menggotongnya ke UKS.

Riuh anak-anak pun terdengar. "WAHH FAQIH MENANG BANYAKK!" disusul dengan tertawa.

"Aduh Dap. Ini kayanya gue harus digotong juga deh." sahut Christian tiba-tiba sampai ia merangkul Davina dengan wajah pura-pura kesakitan. "Sini gue obatin pake raket!" ujar Davina galak. Vira, Nia, dan Dimas pun tertawa melihatnya.

Ketika Wulan dan Nisa menggotong Faqih ke UKS, anak-anak kelas pun mengikuti mereka sambil cekikikan. Setelah sampai mereka berdua pun mengobati luka Faqih yang terlihat serius. "Dim, bantuin itu! Lo kan ketua kelas!" seru Vira saat melihat Dimas dan anak cowo lainnya mengintip mereka bertiga di UKS.

"Males ah. Kan ada Wulan sama Nisa." Vira pun menatapnya jengkel. "Lo tuh ketua kelas, Dim! Nanti kalo ada guru piket pasti nanti lo yang suruh tanggung jawab."

Dimas pun memutar bola matanya lalu mencubit pipi Alvira. "Kamu tuh yaa, bawel banget sih. udahlah nikmatin aja liat beauty and the beast di UKS." Katanya lalu tertawa geli. Vira hanya menggeleng-geleng lalu melepas cubitan Dimas dari pipinya. "Gausah pegang-pegang."

Lalu tiba-tiba Bu Yuni yang berjabat sebagai guru piket datang dengan emosi yang siap diledakan. "INI NGAPAIN PADA DISINIII! MASUK KELAS!" teriaknya yang membuat murid menutup telinga.

"Ini Bu si Faqih jatoh." Sahut Nisa dari dalam. Bu Yuni pun masuk dan melihat mereka bertiga.

Tapi bukannya menolong, Bu Yuni malah ketawa. Waw guru fantastis.

"Kamu sengaja jatoh biar ditolong dua wanita cantik ini?" tanyanya ke Faqih dengan tertawa geli. Nisa dan Wulan yang mendengar itu hanya memasang tatapan jijik, karna sesungguhnya niat mereka hanya menolong Faqih yang tadi jatuh karna kesandung oleh mereka. Anak-anak yang masih mengintip di depan UKS itu semakin tertawa ngakak. Guru piket yang notabenanya sangat galak itu ternyata bisa tertawa hanya karena Faqih.

"Ya enggalah, Bu. Yakali saya sengajain." Bu Yuni pun terkekeh mendengar jawabannya. "Yaudah sana, kalian balik. Si Faqih biar disini aja sampai isthirahat." Perintah Bu Yuni. Anak kelas, Nisa dan Wulan pun segera balik ke kelas.

"Cieelah ngerebutin Faqih!" koar Nia saat Nisa dan Wulan keluar dan bergabung.

"Akhem, akhem." Vira menambahkan.

"Gimana PDKT nya? Lancar?" goda Davina disertai tawa kecil. Wulan dan Nisa pun langsung memasang tatapan jijik.

"NAJIS!"

***

"Vir, Dim! Lo di panggil Bu Endang tuh!" sahut Alfy saat masuk kelas. Dimas dan Vira yang sedari tadi sedang mengobrol dengan gengnya pun segera berdiri dan membawa pena dan buku seperti biasa. "Yuk, Vir."

Sesampai nya di ruangan Bu Endang, Dimas dan Vira pun segera duduk di depan mejanya. Seolah-olah mereka berdua akan di sidang.

"Kalian nanti yang jadi Queen dan King?" tanya Bu Endang dengan nada tajam nya. Padahal Bu Endang adalah wali kelas mereka, tetapi ciri khas itu tetap saja tidak bisa dihilangkan atau mungkin dikurangkan.

"Heeh, iya bu." Jawab Dimas dengan nada gugup. Vira pun terbelak. "Ibu tau dari mana?" tanyanya karna cewe itupun belum menyetujui keputusan itu, tetapi wali kelasnya sudah tau tentang ini.

"Bima sama Alfy yang ngasih tau saya."

shit!

"Enggak, Bu. Saya gamau." Jawab Vira dengan tegas. Bu Endang pun melotot ke arahnya. "Kamu gamau? Yaudah kalau begitu nilai kimia kamu saya beri nilai D."

Vira pun terbelakak. Selama ini ia tidak pernah mendapat nilai segitu. Ia termasuk murid yang sangat takut dengan hukuman. Telat 1 menit aja dia udah deg-degan kaya mau ditembak. Apalagi dikasih nilai D? Bisa-bisa ia mati di ruang Bu Endang sekarang juga.

Gadis itu pun mendengus. "Yaudah Bu." Dimas yang melihat itu pun terlihat kasihan tetapi tindakan Bu Endang ada benarnya juga. "Yaudah Bu kita keluar ya. Assalammualaikum."

Mereka berdua pun keluar dari ruangan. Dimas pun segera mengelus rambut Vira. "Udah Vir gapapa. nanti kita pasti bisa jadi yang terbaik." Serunya dengan nada menenangkan Vira. Gadis itu hanya mengangguk pasrah.

votessss

Ketua Kelas vs SekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang