Duabelas

8K 447 9
                                    

"Woi, Dim! Bengong mulu lu!" sahut Bima yang sedari tadi memperhatikan Dimas hanya mengaduk minumannya dengan tatapan kosong.

"Au lu, napa? Gak stalk mimi peri hari ini?" ledek Chris, lalu disusul tertawa kecil oleh mereka. "Cih, najis. Gue gapapa."

Siang itu tim futsal X IPS 5 merayakan kemenangannya untuk kesekian kalinya. Dimas sebagai kapten futsal sejak tadi hanya merenung setelah melihat kemenangannya.

"Kenapa sih? lo kangen sama Vira?" Dimas pun mendongak mendengar celetukan Oman saat itu. "Apa sama Ira?" setelah mendengar nama itu ia termenung lagi.

Masalah nya begitu rumit, bahkan ia memilih menyelesaikan 100 soal matematika, daripada menghadapi masalah ini.

"Ah, gue gapapa kok. Cuma tadi kasian aja ya X IPS 3 kalah. Padahal cewe-cewenya pada ngedukung. Justru kita malah gaada yang dukung." Lesnya.

"Atuh yang dukung berisik banget udah kek lagi takbiran keliling. Bikin gak fokus." Sahut Chris.

"Iye. X IPS 1 kan kelas jable sm terong. Yang cewenya kecentilan, yang cowonya kang modus." Seru Aldi. Mereka pun tertawa mendengarnya.

"Eh, gue cabut ya. Si Dapina minta coklat nih," pamit Chris.

"Dasar bucin!" celetuk Dimas.

read: budak cinta

"Ck, tapi gua sayang wehe."

"Sampah semua omongan lo, Chris." seru Rully memutar bola mata. Mereka pun tertawa.

"Yaudah, gue cabut ye guys!" Mereka pun mengangguk. Chris pun segera pergi meninggalkan mereka.

"Gue juga deh cabut. Emak gue Sms katanya mejikom nya rusak lagi." pamit Oman.

"Lah? Lo penerus bapak lo?" tanya Aldi yang berada di sebelahnya. Oman pun terkekeh, "Iye nih."

fyi, Ayah Oman adalah seorang teknikal mesin.

"Cabut ya!" Oman pun segera pergi. Dan ternyata semuanya malah ikutan pulang.

"Lo gak pulang, Dim?" tanya Bima.

"Hm, disini dulu deh gue. Minum gue belom abis nih."

"Oke, kita cabut ya!" setelah itu suara bising mereka tidak terdengar lagi di telinganya. Membuat ia kembali merenung tentang masalahnya.

gue harus apa? batinnya sambil melihat minumnya yang sedari tadi hanya diaduk-aduk.

"Bu, Jus apel satu ya."

Dimas yang mendengar suara yang ia kenal itu langsung menoleh kearahnya.

"Vira?" Vira yang mendengar itu langsung menengok. "Eh, Dim." sapanya lalu segera menghampiri cowo itu setelah jus apelnya siap.

"Ngapain lo?" tanya Dimas.

"Gue gaboleh disini?" tanya Vira galak.

"Eh, boleh. Maksudnya ngapain lo kesekolah?"

"Lo ngapain disini?" entah kenapa, saat Dimas bertanya, kejadian tadi mengulang kembali di otak Vira. Membuat hatinya kembali perih, walaupun sejak tadi ia sudah berusaha untuk melupakannya.

Tiba-tiba air matanya turun tanpa di rencanakan. Dimas yang melihat itu segera berpindah tempat duduk menjadi di sebelah gadis itu. "Loh Vir, lo kenapa?"

Bukannya menjawab, Vira malah menangis lebih kencang sampai ia sesegukan. Dimas yang merasa iba, langsung memeluknya. Entah kenapa ia tak bisa melihat seorang Vira menangis.

Kalau waktu itu Vira bukan menangis dikelas, ia sudah memeluknya. Tapi tangisan ini lebih parah, daripada yang tadi di kelas.

"Dim, Rama jahat." Katanya sambil terus menangis. Dimas yang mendengar itu langsung terlonjak. Rasanya ia ingin menonjok cowok itu sekarang juga.

Lalu ia mengelus rambut Vira perlahan. "Emang Rama kenapa?"

Mungkin gak sih, kalo gue bilang Rama suka sama Ira? Eh jangan deh, nanti kalo Dimas marah masalahnya nambah.

"Vir, gue baru tau kalo lo bisa nangis." Ledeknya agar memperbaiki suasana. Vira pun mendongak dan segera memukul lengan Dimas. "Aduh, sakit!"

Ia segera melepaskan pelukan Dimas, dan menghapus air matanya. "Gue manusia! Ya bisa nangis lah!" Dimas yang kembali mendengar ocehan gadis itu, segera tertawa kecil.

"Lo kenapa? Cerita aja sama gue."
Vira pun menghembuskan nafas.

"Gue, di tolak sama Rama."

Dimas pun terlonjak kaget. "Lo nembak dia?" Vira menggeleng cepat. "Dia yang cerita duluan, kalo dia suka sama orang lain. Terus gue ngaku aja kalo gue suka sama dia." Ujarnya sambil menghela nafas dan saat menceritakan itu, kejadian tadi terbayang lagi olehnya. Air matanya turun lagi untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba Dimas menyentuh pipinya dan segera menghapus air matanya. "Ngapain sih nangisin cowo brengsek kaya dia."

Vira segera mendongak ke arahnya. "Udah gausah nangis. Mubazir air mata."

Sumpah, boleh baper gak si?

Setelah air matanya terhapus, Dimas kemudian menatap gadis itu dengan lekat. Vira mengerti, dibalik tatapan itu ada rahasia yang tersembunyikan.

"Lo ngapain disini, Dim?" tanya Vira membuat Dimas salah tingkah.

"Eh, gue tadi futsal sama anak kelas." Jawabnya sambil menyesap jus jeruknya.

"Menang?"

"Oh, jelas dong." Jawabnya dengan seringaian khasnya.

"Narsis banget cih," Vira mengerlingkan bola mata.

Saat Dimas masih menyesap jus jeruknya, Vira menatapnya lekat. Dimas keliatan lelah. Tapi bukan lelah karna sehabis futsal, ada lelah yang tak terlihat tapi terasa oleh Vira.

"Dim?"

Dimas segera menaruh kembali jus jeruknya dan menatap Vira. "Apa?"

"Lo lagi ada masalah ya?"

Cowok itu lalu menghela nafas. "Kalo gamau cerita ya gapapa. gue-"

"Ira selingkuh."

Jleb.

Saat itu juga Vira merasakan apa yang dirasa oleh Dimas. "Anjir." Umpatnya.

"Lo gatau kan? Dia itu selingkuh sama Rama." Vira terbelak.

"Loh? Kata Rama dia suk-"

"Mereka itu mau bikin kita menderita. Apalagi elo. Target Ira itu Cuma buat lo menderita. Apalagi pas tau lo suka sama Rama. Dia langsung bikin rencana Rama nolak lo."

"Bangsat! Jahat banget!" umpatnya kesal, lalu menyesap jus apelnya dengan emosi. "Dia sebel sama lo, gara-gara lo suka deketin gue, Vir." Vira pun terlonjak untuk kesekian kalinya.

"NAJIS! Eh gue gak pernah ya deketin elo! Kita ini Cuma partner pengurus kelas. Dia tau profesional gak sih? Anjir kesel banget gue sama pacar lo."

"Eh, gapantes dibilang pacar sih." lanjutnya dengan jengkel, lalu Dimas tertawa kecil. "Sebenernya gue juga bingung. Dia ini cemburu ke elo, tapi dia juga selingkuh. Maksudnya apa gitu?" tanya Dimas bingung

"Lo orangnya ngeselin, makanya dia selingkuh." Ledeknya, lalu Dimas balas dengan jitakan. "DIMASS! Poni gue jadi acak-acakan."

Dimas memutar bola matanya lalu segera merapikan poni Vira kembali. Sehingga jarak mereka terlalu dekat sekarang.

Aduh, mending lo sama gue aja deh, Dim. Eh keceplosan,

"Dan lo tau, siapa yang sering ngelaporin ke Ira tentang kita?"

Duh ngeri 'tentang kita' borrr

"Siapa?"

"Caca! Sumpah dia kecil-kecil busuk, Sampah!" umpat Dimas kesal.

"Anjir, seriusan? Padahal dia yang sering nempel-nempel ke elo, Dim. Palbis abisss. SAMPAHHHH." Jengkelnya. Diberi anggukan oleh Dimas.

"Kenapa gak lo putusin aja?" tanya Vira.

"Tunggu tanggal mainnya." Serunya dengan seringai.

Ketua Kelas vs SekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang