Malas menjawab aku hanya mengangguk.

Tiba - tiba dia meraih tanganku dan menggenggannya.

"Aku minta maaf, Yoona." bisiknya parau.

Aku menatap penuh ingin tahu padanya. Dong Hae membalas tatapanku. Matanya memerah.

"Aku berusia sembilan tahun ketika tahu bahwa ayahku mencintai wanita lain selain ibuku." Dong Hae menghela nafas sejenak. Lalu melanjutkan ucapannya. "Aku tahu bahwa wanita itu adalah cinta pertama ayahku. Yang mungkin sampai saat ini masih berharga di hatinya."

Apa yang coba dia katakan?

"Wanita itu membuat ibuku depresi dan mengakhiri hidupnya sendiri di usiaku yang baru menginjak lima belas tahun. Aku berpikir dia akan bertahan, namun cinta sama sekali tidak menguatkannya."

"Apa maksudmu?" bisikku.

"Tiga tahun yang lalu, kebakaran itu. Aku sama sekali tidak berpikir bahwa kau ada disana, Yoona. Aku sudah memastikan bahwa kau tinggal bersama ayah dan kembaranmu setelah perceraian orang tuamu."

Tubuhku menegang. Aku langsung menarik tanganku dalam genggamannya.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan itu pada ibuku? Apa salah ibuku?!" pekikku. Aku memukul tubuhnya. Bayangan soal ibuku, kebakaran itu, pernikahan, semuanya. Semuanya menggangguku.

"Ibuku sudah menderita setelah perceraian orang tuaku. Dia sudah di hukum karna perceraian dan kesalahan yang tidak dia lakukan. Kenapa kau melakukan ini? Kenapa?" tanyaku sambil terisak.

"Ibumu berselingkuh dengan ayahku, Yoona."

Aku menghentikan isakanku. Menatapnya tajam. Apa maksudnya? Tidak cukupkah dia sudah membunuhnya?

"Berhenti berbicara soal ib-"

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Yoona. Aku melihatnya. Saat itu di hari ulang tahunku, saat dimana ibuku mengakhiri hidupnya. Aku melihat ayahku ada di ranjang bersama ibumu."

Hentikan.

"Ayahku dan Ibumu saling mencintai, itu sebabnya mereka menjalin hubungan di belakang keluarga mereka masing - masing."

Hentikan, sudah cukup.

"Aku ingin ibumu mendapatkan apa yang sudah seharusnya dia dapatkan. Dia membuat ibuku melenyapkan dirinya. Dan aku membuat dirinya lenyap."

Hentikan, Dong Hae. Hentikan

"Aku bersumpah Yoona, aku mencintaimu. Aku bersumpah."

Aku menggeleng. Tidak. Tidak pernah ada cinta yang nyata dalam hidupku.

*

"Aku ingin pulang." ucapku sambil mencoba melepaskan infusan di tanganku. Namun Dong Hae menahannya. Membuatku menatap tajam kearahnya.

"Lepaskan."

Dong Hae tetap diam. Aku menggeram kesal. "Aku bilang, lepaskan."

"Tidak, Yoona. Kau tidak bisa melepaskannya." ucap Dong Hae tegas.

"Lepaskan, aku ingin pulang. Aku ingin pulang. Aku ingin pulang. Aku ingin pulaaaaanng." jeritku. Aku meronta memukul tangannya agar melepaskan genggamanya.

"Kumohon, biarkan aku pulang." bisikku parau.

Dong Hae menggeleng. "Kau tidak bisa melakukannya, Yoona. Tubuhmu kekurangan cairan."

Aku tertawa pelan.

"Kau tidak bisa menahanku terus menerus Lee Dong Hae." sindirku.

"Aku bisa Yoona, setidaknya pikirkan tentang makhluk hidup yang kini hidup dalam rahimmu."

Gerakanku terhenti dan memandang kosong kearahnya. Apa yang baru saja ku dengar?

"Tidak mungkin." aku menggeleng kuat - kuat.

"Si brengsek itu! Aku akan membunuhnya!" pekik Dong Hae yang tiba - tiba langsung berdiri dari kursinya.

"Dong Hae.."

"Aku bersumpah Yoona. Aku sudah memperingatkan dia untuk tidak menyentuhmu. Aku akan membunuhnya."

Aku menggeleng. Kepalaku kembali berdenyut mengingat soal pria itu dan Yuri. Ya Tuhan, kejutan apalagi ini?

"Jangan lakukan itu."

"Kau membelanya, Yoong? Kau membelanya?!" dengus Dong Hae padaku.

"Apa bedanya dia dengan dirimu? Apa bedanya kalian dengan Yuri? Kalian sama saja. Kalian bertiga sama saja. Sudah puas menghancurkan hidupku?" aku menatapnya tajam. Seluruh rasa sesak yang kurasakan meletup - letup hingga tidak dapat lagi ku bendung. "Apa bedanya kalian bertiga? Benar ternyata, yang kau sayangi bisa sangat amat menyakitimu. Aku sudah hancur."

Dong Hae memegang bahuku. Memaksaku untuk menatapnya.

"Jangan seperti itu, Yoona. Aku mencintaimu."

Aku tertawa hambar. "Sekarang aku tahu. Kau mendekatiku, membuatku mencintaimu karna ingin membalaskan dendamu pada ibuku bukan?"

Dong Hae menggeleng. "Tidak, tidak Yoona. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu."

"Kau tidak mencintaiku. Dia pun tidak mencintaiku, tidak ayahku, tidak ibuku, tidak kakakku. Tidak ada yang mencintaiku!" jeritku.

Tangisku pecah. Aku runtuh, runtuh seruntuh - runtuhnya. Biarkan aku menangis. Biarkan aku melepaskan segalanya.

"Tidak ada yang mencintaiku. Tidak ada yang mencintaiku." bisikku.

Aku tidak tahu sejak kapan aku berada dalam pelukannya. Setidaknya pelukannya dulu pernah menenangkanku. Tangisku semakin pecah seiring dia memelukku erat.

"Aku mencintaimu, Yoona. Aku sangat mencintaimu."

Aku tidak menjawabnya. Memilih untuk melanjutkan tangisanku.

Butuh beberapa menit untuk membuatku tenang.

"Aku tahu kau mencintainya, Yoona. Tidak apa, aku mengerti. Tapi, jika kau perlu aku. Aku akan selalu ada untukmu." bisiknya sambil mengelus rambutku.

Brak!

Kami menoleh kearah pintu yang telah terbuka. Jantungku berdegup cepat ketika melihat Sehun berdiri di sana dengan pandangan marah.

Aku melepaskan pelukan Dong Hae dan menatapnya.

Dia tertawa hambar, membuat dadaku teriris.

"Inikah perilaku seorang wanita yang sudah bersuami?"

Cut!

Cinta dan Rahasia (Complete)Where stories live. Discover now