Bagian - 4

2.9K 472 35
                                    


"Yoona, dengarkan Ibu. Kau harus keluar dari sini nak."

Aku menggeleng sambil menangis menatap ibuku yang sedang berusaha menahan kesakitan. Mataku beralih pada luka di dadanya. Pisau itu masih menancap disana.

"Pergilah, pergilah sebelum mereka menangkapmu."

Aku menggeleng lagi.

"Im Yoona! Sekali saja, dengarkan Ibu, sayang. Ibu mohon pergilah."

Aku berusaha berdiri meski kepalaku masih berdenyut. Sekali lagi aku menatap Ibuku. Jantungku mencelos, Ibuku tersenyum manis padaku.

"Ibu menyayangimu Yoona, Temui Ayahmu dan Yoonju. Tolong sampaikan pada mereka bahwa Ibu mencintai mereka, sama seperti ibu mencintaimu. Kalian..permata..hati..ibu."

Aku tidak bisa menjawab apapun karna tangisanku. Aku berlari keluar kamar ibu menuju pintu keluar. Rumahku mendadak seperti rumah habis menjadi korban perampokan. Semua berantakan, Kaca pecah, foto pecah, semua berantakan.

Aku menangis ketika melihat figura di atas meja dekat tangga masih utuh. Figura keluargaku, foto yang di ambil setahun sebelum perceraian kedua orang tuaku. Tubuhku menegang ketika mendengar suara langkah kaki. Aku berlari ke halaman luar. Berusaha melihat siapa yang melakukan ini pada keluargaku.

Aku terduduk lemas ketika melihat sosok pria yang selalu mendampingiku sejak aku kuliah. Pria yang amat sangat ku cintai. Lee Dong Hae. Meski berdiri membelakangiku, aku mengenalinya. sangat mengenalinya.

Kenapa dia melakukan ini?

"Wanita itu sudah mati Bos. Kita apakan?" ucap pria bertubuh gempal.

"Apakah ada saksi mata?"

Pria bertubuh gempal itu menggeleng.

"Bakar rumahnya."

Aku menggeleng kuat - kuat. Tidak. Ibu

"Ibu.."

Aku ingin berlari namun langkahku berat, amat sangat berat. Tangisku pecah ketika melihtat api mulai membesar membakar rumahku. Rumah kenanganku.

Ibuku masih ada di dalam. Aku harus menyelamatkannya.

"Ibu.."

Aku berlari mendekati pintu. Tubuhku terpental kembali ke halaman saat terjadi ledakan gas. Ibu..

"Ibu.. Tidak."

"Ibuuuuuuuuuu.."

"Yoona, Hei. Hei. tenanglah, sshhh... tenanglah, Yoona." Aku membuka mataku dan melihat Sehun yang sudah duduk di dekatku. Aku langsung memeluk tubuhnya. Tubuhku gemetar.

"Tenanglah, aku disini. Tenang.."

Aku terus menangis hingga akhirnya aku lelah. Tubuhku seolah kehilangan tenaga dan mataku mendadak begitu berat. Aku memejamkan mataku, dalam pelukan seorang Oh Sehun.

*

Aku terbangun pukul tujuh pagi. Penerbangan menuju Roma terpaksa di undur karna aku begitu kelelahan, itu kata Ibu mertuaku. Dan sekarang aku berada di sini. Di Bandara, bersama keluarga Oh Sehun.

Ibu mertuaku memeluk tubuhku. "Jaga dirimu, Yuri. Kabari ibu kalau sesuatu terjadi. Mengerti?"

Aku mengangguk kaku sambil tersenyum tipis melepaskan pelukannya.

"Sehun, jaga istrimu."

Sehun mengangguk. Kemudian menarik tangan kananku untuk di genggamnya. Aku lantas menoleh kearahnya, sedangkan dia hanya menatap lurus ke depan dengan tangan satunya lagi mendorong troli koper kami

Cinta dan Rahasia (Complete)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ