[TRD6 - Rasa Bersalah]

6.7K 1.6K 36
                                    

Paginya, aku dan Ruben berangkat dalam bisu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Paginya, aku dan Ruben berangkat dalam bisu. Ayah sudah tidak ada di rumah, Bunda masih ada di kamar, dan Bi Maryam belum terlihat. Aku masih merasa bersalah dengan kejadian semalam. Entah dengan Ruben. Namun wajahnya juga kusut. Aku bahkan tidak yakin dia tidur tadi malam.

Begitu turun dari motor, aku mengeluarkan uang yang diminta Ruben. Dia diam saja di sebelahku, tidak mau melihat ke arahku. Untuk sesaat, jarak di antara kami terasa dekat. Bahwa kami sama-sama tidak merasa enak pada Bunda karena telah membuatnya menangis.

"Puas lo?" tanya Ruben dingin akhirnya.

Aku menggeleng. "Seharusnya lo nggak berantem sama Ayah. Nggak bisa ya, lo bikin Bunda seneng? Bunda kangen sama elo. Idiot gila lo ya."

"Yang bikin gue ketemu Ayah juga siapa?" Ruben mendengus. Diambilnya uang itu dengan kasar. "Seharusnya gue nggak pulang."

Ruben meninggalkanku. Seharusnya, aku tidak memaksanya pulang. Dengan demikian, Bunda tidak akan menangis lagi. Dugaanku salah—300 ribu tidak worth it, karena Bunda menangis lagi.

[1] The Real DealWhere stories live. Discover now