[TRD3 - Puntung dan Kas]

10K 1.9K 312
                                    

Sebenarnya, selain karena bosan memperhatikan pelajaran yang "nggak ada gunanya", Ruben membolos karena dia tidak tahan tidak merokok lebih dari satu jam

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Sebenarnya, selain karena bosan memperhatikan pelajaran yang "nggak ada gunanya", Ruben membolos karena dia tidak tahan tidak merokok lebih dari satu jam. Selama jam belajar sekolah, dia pasti menghabiskan setidaknya tiga puntung rokok. Dia melakukannya bersama idiot-idiot KVLR di markas mereka atau di warung Bu Karti.

Dulu, waktu SMP, Ruben sama sekali tidak berani menyentuh atau berdekatan dengan orang yang sedang merokok. Ayah sangat keras terhadap kami, sehingga jika tercium jejak rokok biarpun hanya sekilas, ia akan langsung memarahi kami. Selama masih bernaung di rumah Ayah, kami lebih baik menghindari rokok dalam bentuk apa pun.

Semenjak kejadian sial waktu MOS—bertengkar dengan Komandan KVLR yang saat itu menjabat sebagai ketua acara—dan direkrut jadi anggota geng, barulah Ruben mencoba mengisap rokok untuk pertama kalinya. Mulutnya bau sekali sepulang sekolah, dan Ayah menghukumnya dengan tidak memberinya uang jajan selama seminggu. Tapi Ruben tidak kapok dan justru sering tidak pulang, membuat Ayah semakin geram.

Sekarang, Ruben ketagihan rokok. Bahkan sering kali dia memintaku memberinya uang lebih demi membeli rokok lebih. Tentu saja aku tidak mau memberinya melebihi batas uang mingguan kami—seratus ribu—karena Ayah pun akan marah jika ketahuan aku memberikan uang pada Ruben. Tapi bukan Ruben namanya jika dia menyerah begitu saja. Dia akan menggangguku terus-terusan hingga aku terusik dan memutuskan untuk memberinya sedikit uang lebih dengan menyuruhnya melakukan hal-hal tidak masuk akal.

Namun kali ini, dia benar-benar kelewatan.

Dia mencegatku saat aku akan kembali ke kelas. Dibawanya aku ke area sekolah yang cukup terpencil—kebiasaannya jika dia hendak meminta sesuatu dariku. Dan dengan seringai lebarnya serta bau mulut yang sudah tidak tertolong, dia berkata, "Minta duit, tiga ratus."

Aku mengerjap kaget. Tiga ratus diikuti tiga angka nol? Atau enam angka nol? Ruben pasti sudah sinting.

"Sori, nggak ada receh," balasku setelah pulih dari shock. "Dan, gue udah berkali-kali bilang, jangan ngomong sama gue kalau mulut lo masih bau rokok."

"Tiga ratus ribu, By. Ini urgent. Gue harus dapet duit itu sekarang juga."

"Buat apa sih? Rokok lagi?"

"Bukan, ini lebih... penting." Telinga Ruben memerah, tanda bahwa dia bohong—atau menyembunyikan sesuatu. "Udah buruan, gue harus ngapain?"

Di satu sisi, aku ingin segera menyelesaikan semua ini. Aku benci berinteraksi dengan Ruben, semirip apapun wajah kami berdua, jadi memberikan uang itu dengan cepat akan lebih baik bagiku. Tapi tentu saja aku tidak bisa seenaknya memberikan uang sebanyak itu tanpa menyuruhnya melakukan sesuatu. Apalagi, kegunaan uang itu sama sekali tidak jelas.

"Uang itu banyak. Jadi lo harus ngelakuin lebih kalau lo mau dapet uang itu," ujarku, setelah ragu sejenak. Aku tahu apa hukuman tepat bagi Ruben.

"As long as it's worth it, will do," balas Ruben tidak sabaran. "Gue harus ngapain?"

"Nanti pulang bareng gue, makan malem dan tidur di rumah semalam, dan besok pagi gue akan kasih uang itu."

Gantian Ruben yang menatapku gusar. "Lo mau bunuh gue?"

"That would be great, tapi gue lebih milih ngebiarin lo bunuh diri ketimbang ngebunuh lo dengan tangan gue sendiri." Mataku menyipit jengkel.

Ruben menggeru keras sebelum menendang dua batu yang ada di situ. Dia memang lebih memilih mati daripada harus berhadapan lagi dengan orang tua kami. Tapi sepertinya dia benar-benar membutuhkan uang itu, karena responnya adalah, "Gue tunggu di tempat parkir," dan pergi begitu saja.

Demi menonton drama Ruben-Ayah dan melihat Bunda tersenyum, 300 ribu jelas-jelas sangat worth it.    


a/n

bab awal-awal tuh nggak terlalu banyak yang diubah, tapi nanti bakal ada yang diubah kok sabar ya wkwk

[1] The Real DealTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon