PART 2 : "Adam?"

24 1 0
                                    

PART 2
Adalah Adam

Setelah kejadian Ice Cream dan Adam yang tiba - tiba saja datang ke rumah Mada. Sekarang mereka berdua asik dengan urusannya sendiri - sendiri di sofa ruang tamu. Mada yang sibuk dengan laptopnya dan Adam yang sibuk dengan ponselnya.

"Ka, lo tinggal dimana selama ini?" Mada mulai membuka pembicaraan, tak sanggup kalo harus diam - diam saja.

"Apartemen depan komplek lo." Adam menjawab acuh tak acuh sambil tetap asik dengan ponselnya.

Apartemen? Ka Adam kan udah gapunya ortu, yang bayarin terus siapa?. Mada bergumam sendiri dalam hati tanpa melanjutkan pertanyaannya kepada Adam.

"Gue bayar sendiri apartnya. Gue biasa hidup mandiri." Adam sepertinya tau apa yang Mada bingungkan.

"Hmm, semenjak Om Rian dan Tante Sussy gaada. Hidup lo gimana ka?" Mada memang ingin tahu cerita Adam saat ditinggal orang tuanya dulu saat ia baru masuk SMP. Soalnya, semenjak itu Adam hidup sangat mandiri sampai - sampai dia SMA di Malaysia karena Beasiswa. Mada aja yang masih mempunyai Mama ngga pernah keluar dari Indonesia.

Adam lalu meletakkan ponsel yang di tangannya dari tadi dan mengambil nafas panjang.

"Jadi, semenjak Papa Mama meninggal, gue emang sangat terpukul. Rasanya lebih sakit daripada lo naik Bianglala pas di posisi atas dan Bianglalanya ambruk. Tapi gue yakin, Tuhan punya rencana lain. Ya walaupun saat itu gue bener - bener ngga percaya sama Tuhan lagi. Sampai akhirnya gue ngelanjutin SMP, gue punya satu temen namanya Nadya..."

Mada memotong pembicaraan Adam, seingat dia nama perempuan yang akan dilamar oleh Adam itu adalah Nadya. "Ka Nadya yang bakal nikah sama Ka Adam?

Adam melanjutkan pembicarannya tanpa memperdulikan Mada. "Orang tua Nadya itu orang kaya, mereka pengen Nadya jadi pinter, tapi Nadya tetep Nadya, cewe nakal yang gapernah mau belajar."

Adam tertawa kecil lalu melanjutkan ceritanya.

"Akhirnya ada di suatu saat gue lagi keluar malem - malem buat cari makan. Dan disitu gue geliat Nadya jalan sempoyongan. Itu kita masih kelas 2 SMP. Dan pas gue samperin, dia bau alkohol."

Mada sangat kaget mendengar cerita dari Adam. Tidak menyangka seliar itu Nadya yang sering diceritakan oleh Mamanya. Nadya juga salah satu model terkenal di majalah ternama.

"Akhirnya singkat cerita gue dapat beasiswa buat SMA di Malaysia. Tapi gue nolak, karena buat makan aja biayanya gue dapet dari saudara - saudara juga dan dari gue kerja. Gue kerja jadi tukang cuci piring dan beasiswa itu bayar 20%. Gue emang sengaja gamau tinggal sama siapa - siapa. Gue mau mandiri. Setelah gue olak dan Papa Nadya tahu, dia dukung gue buat tetep ke Malaysia dengan embel - embel dia yang bakal bayar. Gue seneng banget dan gue berangkat ke Malaysia akhirnya. Duit saku buat jajan, ditransfer setiap hari ke rekening bank gue dengan jumlah yang banyak. Pas kuliah, gue masuk di ITB." Adam membenarkan posisi duduknya. Mada lalu bergumam, pantes aja kerjanya bagus, pendidikannya juga keren sih. Baru lulus kuliah aja udah ditawarin kerja.

"Kata Papa Nadya, balesan gue terhadap kebaikan dia cuma harus jagain Nadya, karena Papanya sendiri tau, Nadya bukam perempuan baik - baik. Apalagi sekarang kerjanya model." Adam tersenyum sendiri mengingat - ngingat Nadya.

Tapi entah kenapa, hati Mada sedikit tergores saat Adam tersenyum dengan manisnya saat menyebut Nadya, bahkan Adam menerima segala kekurangan Nadya. Mada lalu ber- oh ria setelah mendengar cerita dari Adam.

"Tidur yuk?" Mada berucap sambil menutup mulutnya yang menguap.

"Baru ketemu udah ngajakin tidur."

"KA ADAAAMM!!!"

Adam menoleh seketika saat Mada berteriak. "Apaan sih?"

"Gue baru inget, kamar disini cuma 2 dan satunya kamar Mama, kuncinya dia bawa ke Vietnam." Mada menerka sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Yaudah tidur sama lo aja, emang gaboleh? Bukannya tadi lo yang ngajakin gue tidur ya?" Adam langsung berdiri menuju kamar Mada.

Semburat merah di pipi Mada mulai terlihat. Ia lalu menyembunyikan wajahnya di batal sofa dan berusaha mencari posisi untuk tidur.

"Ka Adam tidur dikamar. Gue disini aja." Mada berusaha menutup matanya.

"Okay. Have a nice dream, Mada." Suara berat Adam terdengar dari jauh saat ia sudah mendekati pintu kamar Mada.

Mada berusaha tidur di sofa ruang tamunya. Daripada harus tidur sama Ka Adam, bisa baper semaleman gue. Mada bergumam sendiri lalu menutup matanya.

Tetapi ketika pagi menjelang, Mada merasakan tubuhnya ada di pulau kapuk yang empuk. Yaitu kamarnya sendiri. Mada lalu bangun dengan teriakan yang terdengar sampai luar kamar.

●●●

Call Me, ADAM!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu