Two

13.1K 1.1K 33
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Arkan melenggang menuju sebuah pintu kamar. Dia membuka kamar itu dan melihat seorang wanita sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Sepertinya wanita itu tidak sadar dengan kedatangannya. Arkan menutup pintu tanpa menimbulkan suara dan menghampiri wanita itu.

"Banyak sekali pakaian yang akan kau bawa."

Aubrey menoleh dan tersenyum melihat Arkan. Sepupunya itu duduk di atas ranjang dan menyanggah tubuhnya dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya. Arkan masih memperhatikan Aubrey yang sedang mengemas barang-barangnya.

"Aku datang membawa banyak barang jadi aku harus pulang dengan banyak barang juga," jawab Aubrey.

Arkan tersenyum tipis dan menegakkan tubuhnya. Dia menunduk sejenak dan kembali menatap saudaranya itu, "sepertinya Ryan menyukaimu."

Aubrey menghela napas pelan. Ah, semenjak pesta semalam itu, semenjak dirinya membuka percakapan mengenai lelaki yang bernama Ryan Parker itu, Arkan terus membicarakannya. Arkan kembali tersenyum melihat raut wajah Aubrey. "Apa kau masih marah padanya?" tanya Arkan setelah Aubrey menceritakan kejadian sepuluh tahun silam saat dirinya masih duduk di tahun pertama bangku sekolah menengah pertama itu semalam.

"Aku sudah tidak ingin melihatnya lagi. Semalam adalah kesalahan terbesarku karena bertemu dengannya lagi," jawab Aubrey dan melanjutkan aktivitasnya.

"Itu kan masa lalu. Lagipula sekarang kau sudah cantik dan Ryan juga sudah menyukaimu."

"Kalau memang iya, berarti dia belum berubah. Dia masih sama dengan Ryan yang dulu aku kenal. Ryan yang lebih suka dengan kecantikan seorang wanita," balas Aubrey dan menutup kopernya. Dia menarik risleting itu.

Arkan tertawa mendengar nada bicara sepupunya itu, "tapi tidak masalah jika kau memang masih menyukainya."

"Arkan! Sudahlah. Aku tidak ingin membahas dia. Dia itu sangat menyebalkan. Dulu saat aku ingin mendekatinya, dia justru menghinaku dan menjauh. Dia mengatakan aku jelek, gendut, pendek, dan dekil," Aubrey mendesah kesal karena Arkan selalu memancing emosinya. Dia masih ingat semua perkataan Ryan dulu.

"Iya iya," balas Arkan dan berdiri, "mau aku antar?"

"Tidak perlu. Kau pasti akan membicarakan sepupu sialanmu itu terus. Aku sudah muak mendengarnya."

Arkan tersenyum, "aku sudah meminta Ryan untuk membelikan tiketnya."

"Aku akan batal pergi jika kau mengajaknya."

"Tidak, mungkin," gumam Arkan lalu keluar dari kamar Aubrey.

"Hei!" teriak Aubrey dan mengangkat satu lengannya yang memegang kosmetiknya untuk di lempar ke arah Arkan.

Aubrey menghela napas panjang. Dia mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Satu tangannya terangkat dan menyentuh dadanya. Sejak semalam, saat dia pertama kalinya bertemu dengan Ryan setelah sepuluh tahun yang lalu masih saja membuat dadanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ryan, seseorang yang sudah merubah dirinya menjadi seperti ini. Semenjak Ryan menghinanya dulu, Aubrey tidak ingin pergi ke sekolah dan meminta pindah ke luar negri waktu itu. Selama hampir sepuluh tahun ini dirinya tinggal di London. Dua minggu yang lalu dia baru kembali ke Saint Louise.

Apa Ryan tidak ingat padanya? Tatapan lelaki itu sedikit berbeda saat memandangnya. Apa benar kalau sekarang Ryan sudah menyukainya? Persetan dengan hal itu. Lelaki itu sudah membuat Aubrey menyiksa dirinya sendiri demi bisa merubah penampilannya. Aubrey yang dulu jelek sudah menjadi cantik, yang dulu gendut sudah menjadi ramping, yang dulu pendek sudah mempunyai tinggi badan yang bisa di bilang pas, yang dulu dekil sudah bisa membuat lelaki siapapun bertekuk lutut hanya dengan melihatnya sekali saja.

The Billionaire's Love Where stories live. Discover now