One

16.8K 1.2K 21
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

"Gianni, kau bisa antarkan ini ke rumah Arkan?" Sierra memberikan bungkusan pada putranya.

Setelah acara pesta semalam, Sierra tidak mengijinkan anak-anaknya itu pulang. Dia ingin ketiga putranya itu tinggal di mansion bersamanya. Ryan dan kedua adiknya itu hanya datang setiap hari ulang tahun mereka, kedua orangtuanya dan malam natal saja. Walaupun Allan sering mengunjungi ibunya, tapi sangat jarang Sierra bisa bersama dengan ketiga putranya itu. Gianni selalu beralasan sedang ada pertandingan sedangkan Ryan beralasan sedang banyak pekerjaan. Sedangkan si bungsu yang masih kuliah di semester akhir itu saja yang sering meluangkan waktu disaat ibunya ingin bertemu.

"Mom, aku masih mengantuk, Allan saja," tolak Gianni manja dan menutup wajahnya dengan bantal.

"Gianni, Allan sedang pergi dengan Daddymu. Kau hanya perlu mengantarnya saja. Kau juga jarang menjenguk pamanmu, paman Javier pasti ingin bertemu denganmu juga."

"Kalau begitu suruh paman kesini saja. Nanti kita kan tidak perlu mengantar itu ke rumahnya," Gianni masih mencari alasan dan membalikkan tubuhnya membelakangi Sierra.

Sierra menghela napas pelan. Anaknya yang satu ini memang sangat sulit jika bukan Sean sendiri yang menyuruhnya. Dia pun merasa menyerah dengan Gianni dan berjalan keluar dari kamar putranya itu. Saat Sierra sedang menutup pintu kamar Gianni, dia melihat Ryan baru saja keluar dari kamar dan hendak turun. Anak pertamanya itu sudah rapi dengan pakaian kantornya.

"Ryan," panggil Sierra dan menghampiri Ryan. Dia memberikan bungkusan itu pada putranya, "ini. Tolong kau antarkan ke rumah paman Javier. Itu milik Arkan  dari Daddymu. Tadi sepertinya Daddymu lupa membawanya saat sedang pergi dengan Allan."

Ryan menerima bingkisan itu. "Memangnya Daddy dan Allan kemana Mom?" tanya Ryan penasaran karena mereka pergi sepagi ini.

"Mom juga tidak tahu. Kau antarkan saja."

Ryan menatap arlojinya sejenak. Masih ada waktu jika harus mampir lebih dulu ke rumah pamannya itu. Dia hanya perlu tiga puluh menit saja. "Baiklah Mom. Aku pergi dulu," pamit Ryan dan mencium pipi ibunya.

Sierra tersenyum dan mengangguk, "iya sayang. Hati-hati di jalan."

Ryan melanjutkan langkahnya dan menuruni anak tangga. Dia langsung masuk ke dalam mobil. Ryan meletakkan bingkisan itu di kursi sampingnya dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Sebenarnya Ryan agak malas jika harus bertemu dengan Arkan, sepupunya sekaligus putra Javier. Tidak ada masalah serius, hanya beberapa bulan yang lalu Arkan berhasil mengambil mangsa untuk di jadikannya budak seksnya. Yaitu seorang aktris yang ditemui mereka saat sedang menghadiri sebuah acara. Ryan tidak ingin jika dirinya kalah, oleh sebab itu hingga sekarang masih diingat.

Ryan sudah keluar dari gerbang depan mansion dan mulai melaju lurus. Sekitar 500 m Ryan membelokkan mobilnya ke arah kanan dan kembali melaju. Jalanan sudah ramai lancar. Tiba-tiba saja Ryan memikirkan seorang wanita yang ditemuinya semalam saat pesta berlangsung. Semenjak saat itu dia sudah tidak melihatnya lagi. Wanita itu sudah tidak terlihat setelah dari meja minuman. Kemana dia sebenarnya? Semalaman Ryan tidak tidur nyenyak karena memikirkannya. Wanita itu mempunyai tinggi sekitar 165 cm. Gaun hijau yang melekat di tubuhnya membuat Ryan tidak berhenti memikirkan keindahan apalagi yang akan dia dapatkan dari balik gaun itu. Tatapan dinginnya bagaikan listrik yang menyengat aliran darahnya. Ryan tidak pernah merasakan sensasi itu sebelumnya. Hasrat langsung menguasainya saat itu hingga membuat Ryan harus mengikuti langkah kakinya. Namun, dia kehilangan jejak wanita itu saat di lantai atas. Wanita itu hilang tiba-tiba. Apa dia adalah hantu yang berhasil memikat Ryan? Hantu yang bisa membuat aliran darah Ryan mendidih? Hantu yang bisa membangkitkan hasratnya hanya dengan menatapnya saja?

The Billionaire's Love Where stories live. Discover now