Prolog

32.2K 1.7K 42
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Ryan Parker mendesah. Dia terlambat dua menit dari adik bungsunya, Allan Parker. Dia melihat Allan sedang bersama dengan kedua orangtua mereka, Sean dan Sierra. Ini adalah perayaan hari pernikahan kedua orangtuanya yang ke-26. Perbedaan usia Ryan dengan kedua adiknya terpaut sekitar empat tahun. Adik pertamanya, Gianni belum juga datang. Adik yang satunya itu memang sangat senang datang terlambat. Dan mungkin Gianni akan datang besok pagi karena Ryan mendengar malam ini adiknya itu sedang ada pertandingan.

Allan menoleh ke arah Ryan yang menghampirinya dan ayah ibunya. Ryan memeluk ibunya, "kau sudah datang?" tanya Sierra dan mengelus wajah Ryan.

"Aku tidak akan terlambat lagi," jawab Ryan dan mendapatkan cengiran dari Allan.

"Gianni tidak datang?" tanya Sean menunggu anak keduanya itu. Gianni memang selalu paling akhir datang jika di undang di acara apapun, kecuali pertandingan balap mobil yang masih dilakoninya sampai sekarang.

"Aku dengar dia sedang ada pertandingan," sela Ryan.

"Ah, anak itu ... " desah Sierra.

Allan kembali merangkul ibunya, "tenang saja Mom. Kalau Gianni tidak datang, kan masih ada aku. Lagipula aku lebih tampan dari Gianni," tukas Allan.

Ryan tersenyum tipis sebelum meninggalkan ayah dan ibunya dan juga Allan. Dia ingin mengambil minuman. Ryan mengambil satu gelas berisi minuman anggur dan meminumnya sedikit demi sedikit sembari memperhatikan para tamu undangan. Banyak sekali wanita yang menghadiri acara tersebut. Dan Ryan sempat bingung, apakah ibunya mempunyai teman wanita yang seusianya? Kenapa banyak sekali wanita yang terlihat lebih muda dari ibunya?

Senyum Ryan mengembang melihat beberapa dari mereka terlihat sedang menarik perhatiannya. Semua wanita memang sama saja. Mereka sudah pasti tertarik padanya karena tahu siapa dirinya. Hanya dengan melihat pakaian yang dipakai saja, wanita pasti akan mendekat. Tapi Ryan tidak ingin, dia sudah punya satu wanita. Meskipun tidak berlangsung lama, tapi Ryan hanya ingin menikmati wanita satu persatu. Wanita itu, Mya Dallas, seorang model yang ditemuinya di sebuah acara. Awalnya wanita itu mencoba menarik perhatiannya dan saat Ryan mendekatinya, dia pura-pura menolak. Namun, Ryan selalu menawari para wanita pilihannya itu dengan kehidupan yang mereka inginkan hingga akhirnya wanita itu menjadi budak seksnya selama yang Ryan inginkan.

"Gianni," Ryan menoleh ke arah pintu masuk mansion itu saat mendengar ibunya berteriak memanggil adiknya.

Tatapannya memperhatikan Sierra yang memeluk Gianni. Tapi, seperti biasanya, Gianni tidak suka di peluk ibunya. Lelaki itu langsung melepaskan pelukan ibunya dan mencium pipi Sierra sebelum menghampiri Ryan.

"Aku kira kau tidak akan datang," celetuk Ryan saat Gianni mengambil gelas minumannya.

"Dad akan marah jika aku tidak datang. Jadi tadi aku langsung menyelesaikan pertandingannya dan pergi kemari," jawab Gianni sembari menyeruput minumannya.

Ryan hanya tersenyum tipis. "Dimana Allan? Bocah itu bilang kalau aku menang, dia akan memberikan mobil sport yang baru dia beli dua hari yang lalu," tanya Gianni sembari tatapannya mencari-cari Allan di kerumunan. Gianni dan Allan memang sangat senang melakukan taruhan. Perbedaan usia mereka yang hanya berjarak satu tahun sering membuat Ryan menggelengkan kepalanya heran. Bagaimana tidak, bahkan mereka berani mempertaruhkan kekasih mereka dalam setiap hal. Dan selalu Gianni yang menang. Adik bungsunya itu tidak pernah berpikir serius dalam masalah taruhan, meskipun kekasihnya sendiri.

Ryan akui kalau sikapnya dengan kedua adiknya itu sangat buruk dalam masalah cinta. Dirinya yang berpikir cinta bisa di beli, sedangkan kedua adiknya berpikir cinta adalah omong kosong belaka. Terkadang Ryan berpikir saat melihat cinta di kedua mata ayah dan ibunya. Apa dirinya bisa seperti kedua orangtuanya? Tapi Ryan rasa, itu tidak mungkin selama cinta masih bisa si beli.

Ryan menghabiskan satu gelas minumannya dan melihat Gianni sedang beradu argumen dengan Allan. Saat Ryan menaruh gelasnya kembali, tatapannya tiba-tiba saja tertuju pada seorang wanita yang memakai gaun hijau. Rambut coklatnya itu di gelung sehingga menampakkan leher jenjang dan pundaknya yang polos. Bibirnya penuh berwarna pink. Hidungnya mancung dengan mata sedikit lebar. Ryan semakin menajamkan tatapannya sampai dia melihat warna bola mata wanita itu, abu-abu. Sangat kontras dengan gaun yang dipakainya.

Wanita itu berjalan ke arah meja minuman dan berdiri tak jauh dari Ryan. Ryan masih memperhatikannya seolah dirinya terhipnotis oleh wajah wanita itu. Siapa wanita itu? Kenapa dirinya baru melihatnya? Wanita itu melirik sekilas ke arah Ryan sebelum pergi dari meja. Lirikan itu, tatapan itu sedingin es hingga membuat Ryan mengernyit menatap punggungnya yang semakin menjauh.

~

TBC

~

Makasih

Dii

The Billionaire's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang