BAB 7 : Pertemuan Tak Terduga (part 1)

Start from the beginning
                                    

"Terserah kau, aku tidak peduli dengan ancamanmu, kalau kau tahu siapa diriku sebenarnya seharusnya kau lebih berhati-hati dengan kata-katamu itu tapi kutegaskan sekali lagi Emma pasti akan mendekatiku terlebih dahulu" ucap Alex meyakinkan

"Ah, aku hampir lupa"

Patrick merogoh sesuatu dari tasnya dan melemparkan amplop dengan isi yang tebal ke atas meja. Alex hanya menatap amplop teersebut.

"Ambilah. Hutang 20.000 dolar kukembalikan. Kau dan Emma tidak perlu saling bertemu lagi"

Alex kini marah, berani benar Patrick menantangnya di rumahnya sendiri.

Dilemparnya amplop itu ke lantai "Bawa ini bersamamu, kau tidak membutuhkannya, Emma sendiri sudah memutuskan untuk membayarnya dengan cara lain"

Patrick berjalan mendekati Alex dan meraih kerah kemejanya.

"Terima uang itu dan tidak perlu temui Emma, kau tidak menggunakan alasan itu lagi untuk bisa menemui Emma, tidak perlu khawatir kurang karena aku melebihkanya" ucap Patrick dengan nada meremehkan.

Alex menepis tangan Patrick lalu merapikan kemejanya yang sedikit kusut karena ulah pria itu.

"Aku tidak butuh uang itu, kau bisa serahkan pada Emma kalau kau mau., dan asal kau tahu, soal kta-katamu yang bilang ingin mengungkapkan bahwa aku bukan manusia, kepalamu akan terpisah dari tubuhmu sebelum kau menyatakannya pada banyak orang" ucap Alex serius.

"Baiklah kita lihat saja. Maaf mengganggu anda tuan Alex. Saya permisi"ucap Patrick dengan nada menyindir, membalikan badan dan keluar dari ruangan itu.

Sialan! Siapa Patrick sebenarnya? Dan bagaimana bisa dia tahu aku yang sebenarnya? Menyebalkan.

"JAKE!" hanya dalam beberapa detik Jake langsung berada di ruangan itu "Ya, ada apa?"

"Aku ingin kau mencari tahu segala informasi tentang Patrick Eagan"

"Tadi kau menyuruhku untuk mencari informasi tentang Emma sekarang Patirck?"

Alex menatap tajam ke arah Jake yang mempertanyakan perintahnya dan pria itu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah "Aku sudah pernah berusaha mencari tau tentang dirinya, dia bekerja sebagai dokter disebuah rumah sakit yang cukup terkenal dan sisanya hanya data-data yang tidak begitu berguna" kata Jake menjelaskan.

Sial! kenapa dia bisa menyembunyikan identitasnya dengan sangat baik? Siapa kau sebenarnya Patrick? Aku yakin kau juga bukan manusia.

"Pokoknya kau jangan berhenti mencari tau informasi tentang dia, kita harus tau siapa dia sebenarnya dan juga Emma"

"Tapi kalau aku boleh tau, kenapa kau ingin sekali mencari tau segala sesuatu tentang dia?" tanya Jake penasaran.

"Dia tahu tentang rahasiaku, dia tahu siapa aku sebenarnya, tepatnya dia tahu kita semua ini apa" Alex menjelaskan dengan kesal.

"Tapi Peter si kepala pelayan bukan Vampire, dia manusia" ucap Jake "Apa? Hmm.. apa sebaiknya aku habisi saja dia?" Jake menawarkan diri, Jake orang yang suka bercanda tapi jika menyangkut keselamatan klan dia bisa berubah menjadi sangat serius dan buas.

"Tidak perlu, aku ingin tahu dulu siapa dia dan aku juga ingin mengetahui segal sesuatu tentang Emma"

"Baiklah, perintahmu akan segera ku laksanakan" Jake segera melaksanakan perintah Alex dan pergi meninggalkan Alex sendirian di ruangannya.

****

"Emma sayang, hari ini kau terlambat 1menit" suara Douglas terdengar tepat disebelahnya, pria tua itu berdiri tepat disampingnya.

Emma hanya bisa tersenyum "Maaf, tadi jalanan sedikit macet" jawabnya dnegan berbohong. Maaf...

"Tidak apa-apa, oh iya karena ini weekend aku rasa kau akan lembur, karyaawan yang mengantikanmu pada shift malam tidak bisa datang, kau tidak keberatan bukan?"

Mendengar informasi dari bosnya membuat Emma hanya bisa mendesah, hari ini hari Sabtu dan restoran jelas ramai.

Emma harus memberitahu Alex, dikeluarkannya ponsel dari saku dan mencari nama pria itu 'Tuan Sombong'.

Mempersiapkan hati Emma menelpon Alex beberapa kali deringan dan pria itu tidak mengangkatnya sama sekali. Sibukkah?

Akhirnya Emma mengirim pesan pada Alex.

Hari ini tidak bisa bertemu aku harus lembur, maaf.

Emma hanya bisa berharap pria itu membacanya, karena jam istirahatnya sudah hampir selesai, dia segera kembali ke mejanya.

****

Jam menunjukan pukul 11 malam, tubuhnya lelah dan terasa remuk karena hampir seharian dia duduk di depan komputer.

Cepat-cepat Emma pulang karena sudah beberapa kali Patrick menghubunginya dan mengiriminya pesan singkat.

"Sir, saya pulang dulu ya"

"Oke dear, hati-hati dijalan"

Emma keluar dari restoran dan berlari untuk mengejar bus terkahir.

Sebuah mobil melintas disampingnya dan mengikuti kecepatan larinya, sang pemilik mobil membuka kaca jendelanya.

"Masuklah, kuantar kau pulang" perintah Alex.

Emma berhenti berlari dan menatap pria itu.

"Jangan terlalu lama berpikir, sudah larut malam, ku antar kau. Masuk" ketika Alex menggunakan nada memerintah maka Emma merasa sulit untuk menolak, pria itu seperti memiliki karisma tersendiri.

Emma menghembuskan napas dengan kesal. Dasar tukang perintah, dirinya berjalan mendekati mobil dan membuka pintu.

Didalam mobil Emma hanya diam dan Alex bergerak mendekati Emma hidung mereka nyaris bersentuhan

"Pakai sabuk pengamanmu" dipasangkannya sabuk pengaman pada tubuh Emma.

Hari ini Alex tidak banyak bicara dan Emma juga saat ini sedang malas berbicara dengan pria itu.

Emma merasakan beberapa kali pria itu meliriknya seperti ingin mengatakan sesuatu tapi Emma membiarkannya saja saat ini matanya terasa berat dan semakin berat.

"Em" Alex memandang Emma yang sedang tertidur pulas.

Sejujurnya dirinya enggan membangunkan gadis itu, tapi mengingat pertemuannya tadi dengan Patrick dan bagaimana reaksi pria itu jika Emma tidak pulang lagi.

"Em, sudah sampai" Alex mengguncang-guncang lembut bahu Emma.

"Pergi! Bairkan aku tidur lebih lama" Emma menepis tangan Alex.

Alex mendekatkan diri kemudian mengecup lembut pipi Emma dan berbisik "Kalau kau tidak segera bangun, aku tidak dapat menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya. Bisa saja aku menciummu bukan hanya di pipi"

Mendengar suara pria itu tepat ditelinganya dan ucapan pria itu membuat Emma langsung membuka matanya, merasa seketika terjaga.

Emma menoleh dan bibirnya menyentuh lembut bibir Alex, ini semua akibat dari wajah Alex yang terlalu dekat dengan wajahnya.

Emma menjauhkan wajahnya dan mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

Alex pun terlihat terkejut dengan ciuman tidak sengaja itu. Kenapa terkejut? Bukankah dirinya sudah mencium ratusan wanita? Dirinya tidak sepolos itu, makinya dalam hati.

"Sudah sampai, kau turunlah" Alex sama sekali tidak menatap Emma.

Kenapa pria itu jadi bersikap dingin padanya? Aneh.

"Terima kasih" ucapnya, Emma segera keluar dari mobil dan tepat saat dirinya menutup pintu mobil melaju dengan cepat.

"Sombong, aneh dan tidak sopan" gerutunya.

                                                                                    *****

Republished : 9 April 2018

Copyright © by Liliann Lily

Immortality Series #1 : Secrets are Revealed (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now