BAB 1 : Pertemuan Pertama

50.8K 1.2K 23
                                    

London, 20XX

London, 20XX

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana St. James Park tampak begitu tenang, dengan beberapa orang yang berlalu lalang menikmati keindahan taman tersebut. Termasuk Emma gadis dengan rambut yang diikat asal dan kacamata berbingkai besar.

Gadis yang kini berdiri tepat ditepi danau yang memperlihatkan bangunan kuno dan cantik dari seberang, segera gadis itu menggunakan kamera kunonya untuk mengabadikan setiap tempat yang dia lalui.

Sudah lama sekali dirinya tidak menikmati hari libur dengan semestinya. Emma bekerja setidaknya melebihi dari para pekerja kantor. Jika rata-rata pegawai kantor bekerja selama 50 jam per minggu maka dirinya bejerka selama 60 jam per minggu.

Kenapa sekarang dia bisa menikmati hari liburnya? itu karena dia sudah dipecat dari pekerjaan tetapnya sebagai pelayan restoran.

Walau pekerjaan Emma hanyalah sebagai pelayan restoran, pencuci piring dan penjaga kasir disebuah toko buku tidak membuat gadis itu merasa malu, hidupnya sedari dulu memang berkecukupan bahkan sebenarnya dia dari keluarga menengah keatas.

Insiden kecelakaan yang merengut nyawa kedua orang tuanya dan kenyataan bahwa orang tuanya memiliki hutang yang banyak membuat semua asset dan properti minliknya disita paksa oleh bank.

Tapi semua itu sudah berlalu 10 tahun yang lalu, tak mau berlaru-larut dalam kesedihan Emma sejak berumur 15 tahun dirinya menjadi dewasa lebih awal dari usianya.

Semenjak itu dirinya sadar bahwa tak selamanya nasib orang selalu berada diatas, bagaikan roda terkadang nasib baik seseorang bisa berubah seketika menjadi nasib buruk.

****

Sudah satu jam yang lalu Emma duduk diam disalah satu kursi tepat di bawah pohon. Memejamka mata angin semilir memainkan anak rambutnya, suara burung berkicau, suara daun-daun dipohon yang tertiup oleh angin dan suara orang-orang saling berbicara membuat perasaan damai pada Emma.

Perlahan gadis itu memejamkan matanya. Membiarkan dirinya ikut terlarut dalam suasana nyaman dan ketika dirinya merasa bahwa sudah tidak duduk sendirian, Emma membuka kedua matanya dan menatap ke samping kanannya.

Seorang pria dengan topi baseball sedang menatap lurus kedepan. Wajahnya tidak terlihat dengan jelas, merasa sedang diperhatikan pria itu mengalihkan tatapannya dan menatap Emma.

"Hai" sapa pria itu dengan suara beratnya dan terkesan dingin yang di balas Emma dengan anggukan dan senyum ramah.

Wajahnya membuat Emma terkesikap kaget. Wajahnya rupawan, iris matanya biru jernih, struktur rahangnya yang tegas, alis mata yang hitam lebat tapi sayang kesempurnaan itu ternoda oleh tatapan mata yang terlihat kosong tanpa ada semangat hidup.

"Boleh aku tahu kenapa kau memilih duduk disini?" pria yang kini duduk disebelahnya menatap dengan pandangan tidak suka.

Ketika Emma hendak menjawab datanglah pria paruh baya dengan sapu ditangan kanannya yang Emma tebak adalah petugas kebersihan taman dan kini sedang berjalan mendekatinya, kemudian berbisik lirih "Nona, sebaiknya nona pindah saja sudah lebih dari 10 tahun tempat duduk itu khusus milik pria itu" pria paruh baya itu melirik ke balik pinggungnya dengan tatapan sedikit takut.

"Ini kan tempat umum, tempat duduk ini juga milik umum, kenapa dia merasa bangku ini miliknya pribadi?" Emma bertanya dengan sedikit kesal.

"Nona-" ucapan pria tua itu terpotong oleh dehaman pria yang duduk disebelahnya. Pria itu menatap dengan tajam "Pergilah, biarkan gadis ini disini"

Mendengar perintah dari pria itu dengan segera pria paruh baya itu pergi meninggalkan mereka berdua. Merasa suasana semakin canggung Emma memutuskan untuk berdiri, tetapi gerakannya dihentikan oleh cekalan tangan pria itu.

"Duduk" tanpa menatapnya pria itu mengunakan nada memrintah.

Mau tak mau Emma kembali duduk dan kini pria itu menolehkan kepalanya dan menatap Emma dengan meneliti setiap sudut wajahnya, seolah-olah dirinya makhluk asing, membuat Emma merasa malu ditatap seintens itu.

Pria itu mendengus dan bergumam lirih yang sempat ditangkap oleh pedengaran Emma "Bukan dia"

"Ya?"

"Bukan apa-apa. Kau boleh duduk disini, aku saja yang akan pergi" pria itu melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Emma dan berdiri lalu berjalan menjauh meninggalkan gadis itu sendirian.

Kini Emma kembali sendiri dan menatap punggung pria itu yang semakin lama semakin menjauh. "Pria aneh" dan Emma mencoba kembali untuk menikmati ketenangan yang sempat terganggu.

****

Pria itu sedang berjalan menuju mobilnya dan merasa bahunya ditepuk oleh seseorang sehingga dirinya menoleh "Jake" kata pria itu dengan nada malas.

Pemuda yang dipanggil Jake tertawa "Ada apa denganmu, Alex? Tidak seperti biasanya kau lesu setelah kembali dari taman itu"

Pria yang di panggil Alex hanya bisa mendengus kasar dan menatap tajam ke arah Jake "Bukan urusanmu"

"Kau temanku selama hm..." Alex menutup mulut Jake sebelum pria itu mengucapkan kata-kata yang Alex sudah ketahui.

"Jangan pernah mengatakannya ditempat umum" tegur Alex kemudian melepaskan bekapannya pada mulut Jake.

"Tidak ada orang disini" Jake memprotes.

"Masuk kedalam mobil" Alex membuka pintu mobilnya dan diikuti Jake.

"Ada perlu apa kau menyusulku kesini?" Alex tahu Jake tidak akan menemuinya jika tidak ada hal yang penting.

Jake menepuk jidatnya "Ah, hampir saja aku lupa. Malam ini kau ada janji temu dengan Amanda"

Alex menganggung dan menunggu Jake "Dan?"

Jake menghela napas pasrah "Kau memang tidak bisa ditipu dan aku tidak bisa menyembunyikan rahasia apapun padamu"

"Jangan membuang-buang waktuku" kini Alex mulai tidak sabaran smabil mengetuk-ketukkan telunjuknya pada setir mobil.

"Sebenarnya aku tidak mau mengatakannya dulu padamu sebelum ada bukti kuat, aku tidak ingin menghancurkan harapan yang kuberikan padamu" Jake menatap wajah Alex menilai-nilai apakah dia perlu mengatakannya sekarang atau tidak.

"Katakan saja"

"Bagaimana jika kukatakan bahwa Ashlyn selama ini tidak pernah meninggal?" sontak pertanyaan Jake menarik perhatian Alex.

Alex memicingkan matanya menatap Jake. "Maksudmu?"

"Aku tidak bisa memberikan informasi lebih banyak dari ini. Aku menyampaikan informasi berdasarkan fakta dan untuk fakta itu perlahan aku sedang mengumpulkannya" jake menjelaskan sambil menatap ekspresi pria yang ada dihadapannya ini dengan seksama.

"Aku tidak terlalu berharap lagi. Pergilah aku mau kesuatu tempat, sendiri" Jake tahu bahwa dirinya diusir, dengan patuh dia keluar dari mobil.

******

Ini adalah versi revisi

Yang sebelumnya pernah baca dan masih ingatdengan ceritanya pasti merasa ceritanya berbeda.

Tidak ada perubahan banyak alur tetap sama

Update revisi tidak akan bs sering karena saya harus merevisi 1 cerita lainnya My Naughty Boyfriend dan melanjutkan cerita dari Mine to Posses

typo? mohon dimaklumi jika kalian sempat silahkan tandai bagian yg typo dengan komen, nanti aku perbaiki

Makasih banyak ya.... dibaca 2 karyaku itu juga hehe

Salam hangat

Liliann Lily

Copyright© 2014 Liliann Lily

Immortality Series #1 : Secrets are Revealed (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now