Gemelo Twins • 32

10.2K 1K 33
                                    

Farrell dari tadi terus memperhatikan Rafael. Kembarannya itu seperti orang depresi, melamun, lalu mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian melamun lagi. Seperti itu, dan terus berulang.

Farrell tau pasti ada yang tidak beres dengan Rafael, dan ia yakin, sesuatu yang tidak beres ini pasti menyangkut nama Elisa.

Farrell berdecak lalu pindah tempat duduk tepat di hadapan Rafael. Matanya menatap kembarannya itu dengan serius sambil menaikan sebelah alisnya.

"Raf, lo kenapa?"

Tidak ada jawaban. Rafael hanya menatap Farrell sekilas, lalu kembali melanjutkan acara melamunnya.

Farrell bangkit lalu mengambil sebotol air mineral dingin berukuran kecil yang memang selalu tersedia di kulkas mereka. Tangannya tanpa sungkan melempar botol itu ke arah Rafael, dan Rafael, walaupun melamun tetap berhasil menangkap botol itu.

Farrell sendiri memilih untuk mengambil mini coke. Disini perbedaan mereka, Farrell suka minuman bersoda, Rafael lebih suka air mineral. Selain karena lebih sehat, Rafael juga tidak suka sensasi di lidahnya jika meminum minuman yang bersoda.

Rafael meneguk air mineralnya dengan perlahan, seakan tanpa minat sedikitpun. Farrell juga ikut meminum coke-nya sambil tetap menatap Rafael, ia khawatir dengan kejiwaan Rafael jika begini caranya.

"Lo nggak mau cerita?"

Rafael berdehem, "Elisa sakit."

"Sakit apa?"

"Parah. Gue masih nggak percaya sampai sekarang."

"Ya, parahnya itu apa? Banyak penyakit parah di dunia—"

"Leukimia."

Farrell langsung bungkam. Bibirnya sedikit terbuka saking terkejutnya. Wajar saja jika ia terkejut, Rafael yang sering melihat Elisa minum obat yang katanya vitamin saja terkejut bukan main, apalagi Farrell yang memang tidak pernah melihat perempuan itu meminum obat.

"Gue masih nggak percaya sampai sekarang Rell."

Rafael memijat pangkal hidungnya lagi, entah sudah yang keberapa kali. Dan Farrell masih diam di tempatnya, tidak bisa bicara apa-apa, speechless.

"Rambut dia rontok parah, dia kesakitan. Dia kemo, dan gue tau kemo itu pasti berefek samping. Gue nggak bisa bayangin, gimana dia bisa ngelawan itu semua sendirian, selama ini."

Farrell masih diam. Fakta yang baru saja  Rafael ungkap terlalu mengejutkan, sampai bibirnya benar-benar kaku dan lidahnya kelu. Sepertinya hanya indera pendengarannya saja yang berfungsi sekarang.

"Rell, dia sakit, dia nggak punya teman, dia di bully, dan orang tuanya selama ini selalu kerja untuk biaya berobat dia sampai ketemu aja cuma malem, itu juga kadang Elisa udah tidur. Beban dia berat, tapi dia nyembunyiin semuanya dengan rapi, sampai gue ngerasa bego banget karena gue nggak nemu wajah-wajah penuh beban dari dia, gue nggak peka buat sadar kalo selama ini dibalik diamnya dia ada sesuatu yang di sembunyiin."

Farrell berdehem, Rafael sudah lama sekali tidak berbicara panjang lebar seperti itu kepadanya. Entah kenapa rasanya Farrell merasa kembarannya itu sangat merasa terpukul karena mengetahui penyakit Elisa dan resiko dari penyakit itu. Farrell merasa, Rafael tidak ingin kehilangan Elisa.

"Gue mau jenguk Elisa. Besok lo kesana kan kayak biasa?"

Rafael langsung menoleh ka arah Farrell dan menatap saudara kembarnya dengan tatapan tak percaya.

"Lo mau ikut gue jenguk?"

"Iya, kenapa? Gak boleh? Takut gue bawa virus?"

Rafael terkekeh pelan lalu melempar bantal sofa kepada Farrell.

Gemelo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang