Gemelo Twins • 24

9.7K 1K 59
                                    

Rafael sudah berada di atas motor dengan helm yang terpasang sempurna di kepalanya, dan satu buah helm yang lain di atas tangki bensin motornya.

Rafael sengaja membawa helm dua untuk hari ini, ia sangat niat mengajak Chika pulang bersama. Bukan karna ia mulai tertarik dengan perempuan itu, ia hanya merasa dirinya perlu sedikit berkorban melakukan hal yang sebenarnya tidak pernah ia inginkan sedikitpun demi menjawab semua rasa penasarannya kepada Chika prihal percakapan perempuan itu dengan 4 preman yang kemarin berhasil di bawa ke kantor polisi.

Chika yang sudah berada di belakangnya sebenarnya merasa was-was saat Rafael secara sangat tiba-tiba mengajaknya pulang bersama. Ia senang, tapi merasa ada sesuatu yang tidak beres sekaligus.

"Gue bawa motor, mobil sama Farrell. Gapapa kan?"

Chika tersenyum lalu mengangguk dengan kaku.

"Nih," Rafael menyodorkan satu helm yang baru di beli olehnya kemarin malam.

Chika menerima helm itu, lalu mengenakannya kemudian naik ke atas motor Rafael.

Sesuai dengan alamat Chika yang masih ia ingat, Rafael menghidupkan mesin motornya dan langsung tancap gas ke rumah Chika.

Selama perjalanan Chika dan Rafael tidak bersuara sama sekali. Tangan Chika berpegangan pada pinggang Rafael, Rafael sebenarnya agak risih, tapi ia tau diri karna memang daritadi dirinya membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, wajar jika Chika berpegangan karna takut jatuh.

Sesampainya Rafael di depan rumah bertingkat dua dengan nomor rumah 247 di sebuah perumahan elit, ia menghentikan motornya lalu menunggu Chika turun.

Setelah Chika turun dan mengembalikan helm, Rafael menerimanya masih dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.

Chika menyelipkan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajah karna tertiup angin ke belakang telinga lalu tersenyum. "Makasih ya Raf, jujur, gue ngga nyangka lo mau ngajak gue balik bareng kayak gini."

Rafael melepas helmnya lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Tanpa peduli bagaimana lemasnya kaki Chika saat melihat itu.

"Sebenernya ada yang mau gue omongin sama lo,"

Chika membeku. Perasaannya masih sama, takut sekaligus senang. Tapi saat Rafael mengucap, "Soal kemarin..," rasanya Chika ingin langsung terbang ke kamarnya di lantai dua sana.

"Ehm, gue harus masuk deh, omonginnya besok aja ya? Bye Raf!"

Belum sempat Chika mengambil langkah untuk pergi, Rafael menarik pergelangan tangannya sampai tubuh mereka hampir bertubrukan.

Chika menelan salivanya susah payah. Matanya bergerak ke arah dimana Rafael menggenggam pergelangan tangannya, tidak terlalu kencang, tapi rasanya Chika lemas dan tidak bisa melepaskan diri.

"Gue perlu ngomong sekarang, ini penting, dan gue harus tau semuanya dari mulut lo langsung."

"Tau apa?"

Rafael menatap Chika tepat di mata, ia tau tatapannya itu bisa membuat Chika semakin lemah dan tidak ada tenaga untuk melarikan diri.

"Gue mau lo jujur soal ini,"

"So—al apa?"

Berhasil. Chika sudah mulai gelagapan seperti kurang pasokan oksigen.

"Gue sempet denger percakapan lo sama preman yang kemarin culik lo, gue denger soal bayaran sama celakain orang, gue mau tau apa maksudnya itu?"

Chika membulatkan matanya. Ia tidak tau harus apa. Kakinya sudah lemas bukan main, rasanya ia ingin terduduk karna tidak sanggup berdiri.

Rafael masih menggenggam pergelangan tangan Chika lalu dengan sengaja mengusapkan ibu jarinya disana, memberikan kesan hangat dan nyaman yang malah membuat Chika semakin merasa bersalah jika ia mengatakan semua kebenarannya sekarang.

Gemelo TwinsWhere stories live. Discover now