32 # Who is She

13.8K 2.1K 705
                                    

Ada flashback singkat di dalam chapter ini. Kalau lupa, silahkan cek Chapter 21 # Begin dan 12 # Anger. Sedikit di modifikasi karena disini flashback itu dari sudut pandang Draco. Enjoy!

###

"Sekarang, kau harus langsung masuk ke kamarmu dan aku akan mengantarkan ini ke Abe. Jangan lakukan apapun, dan beristirahatlah,"perintah Draco yang membuat gadis di hadapannya mendengus pelan.

"Aku tahu, Draco. Demi Merlin, kau benar-benar menyebalkan."

Draco terkekeh dan memeluk gadis itu singkat. Dia dengan keadaan masih lemah karena crucio pun membalas pelukan Draco.

"Cepat sembuh, bodoh,"bisik Draco dibalik rambut bergelombang milik gadis itu.

"Aku lebih pintar darimu, bodoh,"balasnya. Draco terkekeh dan mencium pipi kanan gadis itu dengan cepat. Draco bisa melihat semburat merah yang muncul di pipi yang baru saja ia cium dan tersenyum melihatnya.

Draco mengerang keras di atas ranjangnya. Ini adalah kedua kalinya dia mendapat mimpi bodoh yang menyakitkan seperti ini. Tapi kali ini semuanya tampak lebih buram dan yang Draco ingat hanyalah suara-suara menggema di kepalanya. Draco terduduk di atas tempat tidurnya dan meraih gelas berisi air yang ada di meja sebelah tempat tidurnya.

Apakah itu nyata? Draco terus mengulang-ulang dalam pikirannya bahwa itu hanyalah mimpi. Draco memegang dadanya dan merasakan jantungnya berdebar kencang. Mengapa efek mimpi itu bisa membuatnya seperti ini?

Draco menyayangi gadis itu.

Hanya itu yang Draco tahu sekarang. Dia sadar diri bahwa dia bukanlah laki-laki yang suka memberikan perlakuan manis dan menunjukkan perhatiannya kepada sembarang orang. Jadi tentu saja dalam mimpi, gadis mimpi itu adalah perempuan yang penting. Tapi itu hanya jika apa yang Draco lihat barusan adalah memorinya.

Siapa sebenarnya gadis itu?

Laki-laki menghela nafasnya. Mungkin dia terlalu lelah mengurus perusahaannya akhir-akhir ini sehingga ia bisa berhalusinasi seperti ini.

Draco melihat jam yang menunjukkan waktu lima pagi. Lebih baik ia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Dia berusaha mengacuhkan mimpi aneh yang baru saja didapatkannya. Setelah mandi dan bersiap, ia berjalan turun ke bawah dan melihat ibu dan ayahnya yang tengah bercakap-cakap di meja makan.

"Selamat pagi, Draco,"sapa Narcissa dengan senyuman elegannya.

"Selamat pagi Mother, Father,"sapa Draco dan dibalas oleh anggukan Lucius. Tampaknya ayahnya sedang larut dalam bacaannya, Daily Prophet. Draco duduk di depan ibunya dan mulai sarapan dengan tenang.

"Apa semuanya baik-baik saja, Draco? Kau tampak kelelahan,"ujar Narcissa dengan khawatir.

Draco mengangguk, "Kau tidak perlu khawatir, Mother. Hanya sedikit sibuk dengan pendirian cabang perusahaan di dunia muggle,"jelas Draco.

"Perusahaanmu sebentar lagi akan berada di peringkat pertama perusahaan terkaya, son,"gumam Lucius menunjuk grafik yang ada di Daily Prophet.

"Untung saja kau tidak pindah dari manor. Jadi Mother masih bisa mengawasi pola makanmu sesibuk apapun kau,"timpal Narcissa menatap Draco dengan lembut.

Draco tertawa kecil, "Ayolah, Mother. Berhenti menatapku seperti itu."

Tiba-tiba sebuah kilasan kembali muncul di kepala Draco.

Sedangkan Hermione menunjukkan wajah sangat kaget.

Draco menatap Hermione dengan tajam, "Berhenti menatapku seperti itu."

Hermione tidak membalas perkataan Draco.

"Aku harus bicara denganmu,"ujar Draco.

Draco kembali meringis saat rasa sakit kembali menyerang kepalanya. Ia memejamkan matanya karena rasa sakit itu. Narcissa langsung panik dan Lucius menatap Draco dengan kaget.

"Draco?!"

Ini adalah kedua kalinya hal ini terjadi padanya pagi ini. Laki-laki itu menyandarkan kepalanya. Gadis itu adalah gadis yang sama di mimpinya. Draco yakin itu. Dan satu hal lagi yang Draco mulai percayai;

Gadis itu adalah Granger.

Kepala Draco terasa semakin sakit saat ia mulai memikirkan bagaimana mungkin ia bisa dekat dengan Granger. Bahkan dia sama sekali tidak bertemu dengan Granger tiga tahun belakangan ini. Hal itu membuat Draco mengingat kapan terakhir kali ia melihat Granger. Itu adalah di manor saat ia terbangun dan tiba-tiba melihat Granger, Potter, Weasley, Pansy, dan Blaise berkumpul di ruang makan. Setelah itu ia tidak pernah melihat Granger sama sekali.

Tetapi ada sesuatu yang seperti menahan Draco untuk mengingat memori atau ingatan kecil mengenai gadis tersebut. Tapi emosi yang ia dapatkan terasa begitu nyata. Mungkinkah itu memori? Tapi bagaimana mungkin ia bisa sama sekali tidak mengingatnya? Itu hanya membawa Draco pada satu kesimpulan;

Apakah mungkin seseorang telah menghapus memorinya?

"Draco, apa yang terjadi padamu?"tanya Narcissa dengan panik. Draco akhirnya dengan susah payah mengangkat kembali kepalanya.

"E-Entahlah, Mother. Seperti ada suatu kilasan di kepalaku, setiap kali itu muncul kepalaku langsung terasa sakit,"jelas Draco. Narcissa dan Lucius langsung membeku di tempat duduk mereka. Narcissa terlalu kaget untuk merespon ucapan Draco.

"Kilasan seperti apa?"tanya Lucius.

"Aku tidak benar-benar yakin kilasan apa itu,"jawab Draco. Narcissa mulai khawatir dan bertanya-tanya di kepalanya. Mungkinkah mantra yang Hermione berikan mulai terbuka?

"Kau mungkin terlalu lelah, Draco,"ujar Narcissa mengusap bahu Draco. Draco memperhatikan gelagat aneh orangtuanya. Dia masih seorang Slytherin. Dia tahu benar orang yang menyembunyikan sesuatu walaupun orang itu adalah Slytherin juga. Ibu dan ayahnya menyembunyikan sesuatu darinya dan ia harus mencari tahu hal itu. Ini pasti ada hubungannya dengan Granger. Jadi sekarang dia harus berpura-pura terpengaruh oleh gelagat mereka.

"Kurasa kau benar, Mother. Apalagi aku harus bekerja sama dengan Granger,"gumam Draco memancing topik ini.

"Miss Granger?"

"Ya, apparently, dia ternyata bekerja di kementrian bagian Perhubungan Muggle,"ujar Draco.

"Begitukah?"

Draco mengangguk, "Sedikit canggung saat pertama kali. Aku tidak ingat kapan terakhir kali bertemu dengannya. Seakan kami sudah berdamai begitu saja,"ujar Draco.

Lucius mengangkat bahu, "Entahlah. Setelah perang, kalian tampak sudah berdamai,"ucapnya.

Itu kata petunjuk yang Draco butuhkan. Seseorang benar-benar menghapus ingatannya. Tidak mungkin ia bisa damai dengan Granger begitu saja. Tidak ada hal yang bisa menghapus pertikaian mereka selama enam tahun dengan mudah. Pasti ada sesuatu yang terjadi di antara mereka dan Draco harus mencari tahu itu.

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang