PROLOG

10.5K 698 67
                                    


Cahaya matahari menembus kaca jendela pesawat dan menyinari wajah Nadia yang sedang bersandar pada kursi penumpang. Dengan mata terpejam, Nadia mengangguk-anggukkan kepala ikut larut dalam melodi musik berasal dari sepasang earphone yang menutupi lubang telinga.

Nadia mempunyai rambut lurus yang panjang berwarna hitam pekat hingga dasarnya menyentuh pinggang. Dia jarang memamerkannya terurai. Jadi dia mempunyai kebiasaan menyembunyikan rambut indahnya di balik jumper merah-muda yang dikenakannya saat ini.

Baterai MP3 player-nya habis. Sontak Nadia membuka matanya karena alunan lagu yang mendadak hilang dalam pendengaran. Dia mengernyitkan kedua alisnya yang tebal. Jengkel karena baterai tewas saat lagu favoritnya diputar.

Nadia lalu menegakkan badannya dari sandaran kursi, memandang ke bawah hamparan dataran tinggi yang nampak dari kaca jendela. Matanya membelalak lebar. Hidungnya yang mancung menempel pada lapisan kaca jendela dan menciptakan embun melalui udara yang keluar-masuk dari lubang hidung. Kemudian bibirnya tersenyum lebar.

Nadia yakin betul, saat ini dirinya telah memasuki wilayah Gunung Kidul Yogyakarta. Dilandaskan pada ingatannya sewaktu umurnya masih 11 tahun, disaat itu dirinya juga menaiki pesawat melewati daerah ini, ketika itu ibunya memberitahu bahwa dataran tinggi di bawah adalah wilayah Gunung Kidul.

Melihat pemandangan di bawah, Nadia mengukir kembali ingatan terbang besama ibunya enam tahun silam. Hatinya gembira karena tak lama lagi dia akan tiba di Kota Yogyakarta. Kakeknya pasti sudah tidak sabar berjumpa dengannya di bandara.

Setelah menempuh ujian kelulusan SMA, Nadia bingung menentukan pilihan yang tepat mengisi acara libur panjang menjelang memasuki perguruan tinggi. Lalu mendadak timbul keinginannya mengunjungi kakek dan neneknya di Yogyakarta.

Enam tahun lamanya tidak sempat pulang kampung karena kesibukan kedua orang-tuanya di Surabaya, membuat Nadia kangen berat terhadap kakek dan nenek. Baginya, perjalanan ke Yogyakarta menghabiskan waktu liburan adalah keputusan tepat.

Nadia menyandarkan kembali punggungnya ke kursi penumpang. Dia menonton acara yang disajikan melalui layar kecil LCD yang terpasang pada kursi belakang penumpang dihadapannya. Acara itu memberitakan tema astronomi yang sedang menjadi trending topik akhir-akhir ini : bebatuan meteor yang melewati orbit bumi. Terlihat dalam studio, dihadirkan beberapa ilmuwan dan mereka berkesimpulan bumi aman karena lintasan yang dilewati bebatuan meteor itu kemungkinan besar tak akan memasuki atmosfer bumi.

Layar LCD mendadak gelap gulita karena Nadia mematikan tombol powernya. Dia tak terlalu berminat terhadap dialog ilmiah. Dia mantan anak IPS dan tipikal pemalas. Jelas tak akan berhasrat berlama-lama memandangi berita seperti itu.

Dia juga tak terlalu tertarik dengan pelajaran. Satu-satunya hal yang dia sukai adalah musik, dan Nadia sudah mendaftar ke fakultas seni jurusan musik di tiga kampus yang berbeda. Dia berharap salah satu kampus menerimanya mengingat nilai-nilai selama bersekolah tidak terlalu bagus dan semoga bukan itu yang menjadi pertimbangan pihak kampus dalam menerima mahasiswa baru.

Nadia meringkuk malas di kursinya. Dalam pikirannya terbayang liburan yang bakal menyenangkan mengunjungi kebun-binatang, pantai, obyek wisata sejarah selama di Yogyakarta bersama kakek-neneknya. Dia juga tak sabar ingin memamerkan aktivitas liburannya yang menyenangkan di media sosial. Namun tiba-tiba pikirannya teralihkan dengan kemunculan gelombang awan aneh yang tercipta di langit.

Nadia kemudian berjongkok pada sela ruang diantara himpitan kursi penumpang. Kepalanya seolah mengintip nampak berada di dasar bingkai jendela pesawat. 

Karena pesawat terbang di ketinggian sedang, maka dia harus menengadah ke arah atas untuk melihat keanehan berupa awan yang bergumul membentuk lingkaran. Nadia hampir tak berkedip melihat fenomena alam yang langka seperti itu. Lalu dari gumulan awan itu meluncur sebuah bebatuan yang diikuti oleh ekor api yang panjang. Itu adalah sebuah meteor, namun ukurannya tak terlalu besar.

KILLING THE MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang