CHAPTER 18 MEET HER FAMILY

7 1 0
                                    


Keesokan paginya, harum masakan pun tercium di seluruh rumah. Ia tahu bau ini, ini adalah masakan kesukaan Shinjiro, teriyaki beserta sup miso. Shinjiro berjalan ke dapur dengan langkah gontai. Ia mengintip sebentar dan melihat ibunya; yang sedang membelakanginya sedang sibuk melakukan sesuatu. Shinjiro mengendap-endap kemudian menyentuh bahu ibunya.

Sontak Miko Kushieda langsung menoleh cepat kemudian tersenyum ketika menyadari siapa yang telah menyentuh bahunya tadi.

"Ah, kau sudah bangun. Tunggulah di meja makan, sebentar lagi aku selesai."

"Apa tidak ada yang bisa kubantu, Bu?" Ibunya langsung menatap Shinjiro dengan ekspresi heran.

"Mengapa kau menatapku seperti itu, Bu?" Tanya Shinjiro yang juga heran.

Ibunya hanya menggeleng, " Tidak, tidak apa-apa. Apa kau menyadari Shinjiro. Ini pertama kalinya kau berkata ingin menawarkan bantuan pada ibu. Biasanya kau langsung duduk di kursi makan sambil menunggu. Ibu jadi terharu mendengarnya." Ucapnya sambil berpura-pura mengusapkan air mata.

Shinjiro tertawa kecil melihat ibunya, "Hahahaha... Iya aku juga heran. Biasanya di apartemen, aku selalu berusaha untuk membantu Sayaka memasak atau mencuci piring setelah makan." Ya dan biasanya jika aku membantunya memasak dia selalu mengusirku karena takut aku mengahancurkan rasa masakannya, tapi ia memutuskan untuk tidak memberitahu ibunya mengenai hal itu.

"Wah, ternyata seperti itu." Ibunya tersenyum sambil menerawang, "Kalau begitu, bantu ibu untuk mencicipi saja. Karena teriyaki dan sup misonya sudah hampir selesai dibuat. Shinjiro mengosok telapak tangannya kemudian menuangkan beberapa tetes sup ke atas telapak tangannya.

"Nah, semuanya sudah siap. Tinggal dihidangkan saja." Kata ibunya. "Shinjiro, bisa tolong ambil piring yang ada di sana?" Shinjiro menuruti perintah ibunya. Dia juga mengambil 3 mangkuk nasi dan 3 mangkuk sup beserta sumpit. Ibunya mengeluarkan sebuah nampan berwarna hitam dari lemari bagian atas kemudian menaruh semuanya itu ke atas nampan dan mengantarnya ke meja makan.

"Shinjiro, bisa tolong panggilkan ayahmu? Dia sedang membaca koran di beranda. Biasanya dia sering lupa untuk makan." Shinjiro mengangguk lalu berjalan ke tempat yang ditunjuk.

Shinjiro mengintip dari dari ambang pintu. Ayahnya sedang membelakanginya sambil mengenakan kacamata bacanya yang tebal.

"Ayah, sudah waktunya sarapan." Panggilnya. Ayahnya menoleh sambil meletakkan koran yang ada di tangannya kemudian masuk ke dalam rumah. Di samping ayahnya, Mei sedang duduk di kursi satu lagi, kelihatannya dia sedang bermain.

"Dia... anak yang cantik dan pintar." Suara berat ayahnya terdengar saat dia berhenti berjalan, tapi tidak menoleh.

Shinjiro tersenyum lembut, "Terima kasih, Yah." Kemudian ayahnya berjalan lagi. Shinjiro melihat punggung ayahnya dengan kebanggaan yang ia tidak bisa gambarkan.

"Ayo Mei, kita sarapan." Kata Shinjiro pada putrinya. Mei melonjak senang di pangkuan Shinjiro ketika mendengar kata sarapan. Setelah bubur Mei matang, Shinjiro bergabung bersama kedua orang tuanya di meja makan sambil menggendong Mei. Ia meletakkan semangkuk bubur di samping makanannnya dan mulai menyuapi Mei.

Kedua orang tuanya sudah makan duluan ketika ayahnya sampai di meja makan. Mereka makan dalam keheningan yang menenangkan, kecuali suara celotehan Mei yang membahana. Shinjiro menanggapinya dengan bercanda dan membuat Mei tertawa.

Di seberang meja, Miko Kushieda tersenyum bahagia melihat putra dan cucunya. Terlebih lagi ia bahagia melihat Shinjiro yang sudah mulai menemukan kebahagiaannya kembali dan melupakan kesedihan masa lalunya. Miko menoleh pada Akira dan terkejut ketika melihat suaminya itu tersenyum lebar melihat mereka berdua.

Somewhere in NovemberWhere stories live. Discover now