CHAPTER 17 WILL I EVER SEE HER AGAIN

5 1 0
                                    

Shinjiro membuka matanya. Ia melihat ke sekelilingnya dengan kepanikan yang luar biasa. Dadanya naik turun seperti pelari yang habis berlari. Matanya yang masih merah bergerak ke sana dan kemari seperti mencari sesuatu. Perlahan napanya kembali normal ketika dirasanya ia berada di dalam kamarnya sendiri.

Shinjiro menoleh dan melihat Mei yang masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya. Nafasnya cepat, tapi teratur. Hal itu membuat Shinjiro sedikit tenang. Ini nyata. Shinjiro kemudian berbaring kembali sambil menatap langit-langit kamarnya yang terpasang kipas angin yang sedang berputar pelan.

"Ughh" Shinjiro menaruh telapak tangannya di wajah sambil mengerang. Sudah 3 hari berlalu sejak Sayaka pergi dari apartemennya dan sudah 3 hari ini Shinjiro harus meminum obat anti depresan sebelum tidur karena mimpi-mimpi menyeramkan itu terus menghantuinya, tapi tetap saja obat itu tidak terlalu memberikan efek. Rasanya kepalanya mau meledak setiap kali ia bangun.

Bahkan rasa sakit di dada kirinya terasa sangat nyata. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana wajah Sayaka di setiap potongan kejadian dan itu membuat Shinjiro mengerang frustasi. Ia tidak bisa melupakan wajah itu dalam mimpi buruknya. Dan yang paling menyakitkan lagi adalah saat melihat wajah itu memucat dan matanya yang menutup dengan perlahan. Rasanya Shinjiro ingin menyiramkan cairan pemutih ke atas kepalanya supaya potongan kejadian itu hilang dari otaknya. Shinjiro tidak mengerti mengapa mimpi itu itu terus datang. 

Shinjiro bangkit dari tidurnya kemudian membasuh wajahnya yang kusut di kamar mandi. Dia menatap dirinya di cermin. Wajahnya lebih kurus dari sebelumnya dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Dia tampak lebih tua 5 tahun dari seharusnya. Shinjiro mendesah, sejujurnya dia sangat merindukan wanita itu.

Sayaka sudah lama tidak kembali dan saat ia bertanya kepada atasan Sayaka di toko serba ada di tempat Sayaka bekerja, atasannya hanya berkata bahwa ia mengambil cuti sementara karena ada masalah darurat yang harus diselesaikan. Shinjiro berterima kasih pada petugas toko tersebut kemudian kembali ke apartemennya bersama Mei.

Ia merasa menyesal telah mengatakan semuanya itu pada Sayaka. Ia ingin meminta maaf dan memintanya untuk kembali. Ternyata memang benar yang dikatakan orang. Seseorang atau sesuatu akan menjadi berharga ketika ia telah menghilang atau terengut dari padanya. Ia sudah Ia tahu itu adalah permintaan yang sangat egois, tapi Shinjiro membutuhkan Sayaka saat ini. Ia mengangkat kepalanya lalu bertekad. Ia akan mencari Sayaka!

Shinjiro memutuskan waktu yang tepat untuk mencari, tapi ia tidak tahu harus kemana. Shinjiro mendesah frustasi. Mencari orang di tempat sebesarnya ini sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Ia juga harus memikirkan kepada siapa Mei harus dititipkan selama ia pergi.

Shinjiro pun terduduk di lantai sambil menyilangkan kaki dan tangannya. Ia berpikir keras, keningnya berkerut. Dimana aku harus memulai untuk mencarinya? Kemana aku harus pergi? Kepada siapa Mei harus kutitipkan? Apa yang akan kukatakan ketika aku bertemu dengannya?

Lamunan Shinjiro terhenti ketika Mei yang mengeluarkan suara meminta. Shinjiro melihat jam dinding, sudah waktunya Mei untuk makan. Saat ini Mei sudah bisa untuk memakan makanan yang lebih padat. Biasanya ia akan memakan bubur bayi khusus yang Shinjiro beli di toko serba ada.

"Ayo Mei.. aaaaaa.." Sambil menyuapi Mei, Shinjiro terus menatapnya ketika ia melahap bubur yang diberikan Shinjiro. Ia dapat melihat kemiripan Mei dengan Sayaka. Matanya yang seindah malam itu dan bentuk hidungnya yang mancung selain itu, Mei juga mirip dengan dirinya.

Hal itu membuat hati Shinjiro nyeri, ia sangat merindukan gadis itu. Kemarahannya sudah mereda pada hari dimana Sayaka berlari meinggalkannya, digantikan dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak terkira.

Somewhere in NovemberWhere stories live. Discover now