Ponselnya tidak mau diam. Erisa memutuskan mengetik sesuatu untuk menenangkan orang diujung sana.

Erisa: Ini Cikita atau Mas Idam?

Cikita: Idam dong

Erisa: Serius ini Mas Idam?

Cikita: sent a photo

Kaget, pake banget, tapi tidak terlalu kaget juga. Itu deskripsi yang tepat untuk saat ini. Antara ikatan batin dan jalan pikirannya. Semuanya disangkut pautkan.

"Kannnn! Bener! Batin gue benerrrr!!" sahut gadis itu pada dirinya. Otaknya berkata Cikita yang iseng mengirim whatsapp, tetapi di lubuk hatinya yang terdalam dan sangat dalam hingga mentok sudah berkali-kali menyahutkan nama Idam.

Erisa: Maaf tadi aku kirain Cikita. Soalnya dia sering iseng.

Gadis itu menunggu balasan dengan tidak sabaran. Matanya ingin copot jika terus menatap layar ponsel yang tertulis 'typing...'

Cikita: Saya kirain kamu ngambek kelamaan nunggu chat dari saya

Erisa: Gak

Cikita: Singkat banget balasnya neng

Erisa: Ya memang enggak

Cikita: J

Duh, laki-laki pake emoticon itu gak banget. Itu definisi awal yang Erisa katakan waktu SMP. Tetapi lain halnya kali ini. Erisa malah balik tersenyum.

Cikita: Ris?

Erisa: Yep?

Cikita: Besok pagi saya datang ke rumah kamu, sebelum kamu berangkat ke sekolah

Erisa: Ngapain?

Ada sela waktu cukup lama hingga Idam membalas chat mereka.

Cikita: Mau bawa kabur anak orang.

Di lain tempat, Idam berubah jadi anak kecil yang cekikikan melihat doraemon menikahi dora sepupunya diego. Idam seperti orang yang ketergantungan dengan ponsel sang adik. Dia senang apa adanya melihat balasan Erisa, entah itu balasan yang singkat, balasan yang sewot, ataupun balasan yang tak ikhlas. Semuanya Idam suka. Jika diibaratkan dengan pemilihan gurbernur, Idam rela tidur di TPS buat ngantri jadi pencoblos pertama di hati Erisa.

Hingga dia ingin menyinggung masalah keberangkatannya besok. Ya, dia sadar kalau dirinya sudah keterlaluan. Baru jadian dan sudah akan meninggalkan gadis itu?. Semuanya sudah dipikirkannya matang-matang sematang kulit bulay berjemur di pantai Sanur. Hanya saja bagaimana tanggapan gadis itu tentang dirinya?. Dia ingin bertanya banyak hal. Namun Idam juga ingin jika gadis itu yang membuka hati duluan tanpa paksaan. Idam ingin Erisa juga perlahan balik mendekatinya, sehingga ia bisa memastikan perasaan berbalas gadis itu.

meong

Kucing yang dinamakannya Blue menggosokkan badannya ke ujung kaki Idam. Jika melihat kucing itu, Idam jadi teringat Erisa. Gadis itu yang menamakannya Blue. Katanya supaya gampang manggilnya. Kucing jantan itu terus mengong hingga Idam balas mengelus kepala kucing itu.

"Iya gue tau lo juga ikutan galau kayak gue kan?" kata Idam. Untung saja adiknya sudah tidur, sehingga tak ada yang melihatnya tengah malam berbicara dengan kucing. Bisa-bisa disangka setengah gila.

"Gue berangkat besok. Kira-kira dia bakal langsung minta putus gak?"

meong

...

ACCISMUSWhere stories live. Discover now