BronSan◈VII ⚫Y o u r M y HERO

4K 364 20
                                    

Zora merasa sangat beruntung karena golongan darah Rokka yang sama dengan golongan darah anaknya, Jasmine.

Walaupun sebelumnya ia merasa tak percaya, karena ia tau golongan darah AB adalah salah satu golongan darah yang jarang mudah ditemukan, apalagi Rokka tidak ada hubungan darah dengan Jasmine maupun ayahnya Jasmine. Tetapi Zora mensyukuri ketidaksengajaan golongan darah Rokka yang sama, sehingga operasi yang dijalani anaknya bisa berlangsung dengan semestinya.

Sekarang Jasmine telah di tempatkan di ruang rawat inap VIP, dengan Zora yang selalu berada di samping brankarnya menunggui Jasmine siuman sambil menggenggam tanganya yang bebas dari infus dan sesekali menciumnya.

Rokka memasuki ruang rawat inap Jasmine, ia melihat pemandangan yang menyayat hatinya. Ini sudah hampir tengah malam dan Zora tidak juga kunjung berpindah posisi. Rokka mendekati Zora yang masih menatapi anaknya, lalu menepuk pundaknya pelan.

Zora menengok dangan pandangan lelah.

"Makan dulu yuk, kamu belum makan lho dari siang," ajaknya.

"Nanti aja, belum laper," jawab Zora, kembali memalingkan wajahnya ke sang anak.

"Nanti sakit, kasihan Jasmine gak ada yang jagain kalo kamu sakit," bujuknya.

"Aku gak–"

"Mama kalo disuruh makan, nurut dong ...."

Zora terbelalak saat perkataannya terputus dengan suara lemah Jasmine yang sudah siuman, Jasmine terkekeh dengan respon yang diberikan mamanya.

"Kamu udah siuman, Sayang? Alhamdulilah, makasih ya Allah."

Zora memeluk Jasmine erat bagai tak ingin kembali ditinggal oleh anak kesayangannya itu, begitu pun dengan Jasmine yang membalas pelukan mamanya.

Rokka yang tersadar atas Jasmine yang sudah siuman segera memencet tombol emergency yang berada di samping nakas brankar Jasmine. Dokter dan para suster pun memasuki ruangan diikuti Mami, Papi Zora, dan Rose.

Dokter memeriksa keadaan Jasmine dengan teliti, setelah selesai ia kembali membereskan peralatan pemeriksaannya seraya berkata, "Adik Jasmine sudah mulai membaik, mungkin untuk sebulan kedepan ia harus menggunakan kursi roda. jangan terlalu banyak bergerak, kalau bisa tidak bersekolah dulu dalam waktu dekat."

Zora mengangguk atas penjelasan yang dituturkan sang dokter, lalu Pak Dokter Izin pamit, yang diantar keluar oleh Rokka sambil berbincang-bincang mengenai kondisi Jasmine.

Zora kembali mendekati Jasmine, ia tak menyangka anak tersayangnya akan mengalami hal seperti ini. Ia mengelus kepalanya seraya tersenyum bersama Jasmine.

"Mamah ... aku mau minum," pinta Jasmine dengan suara manja. Zora yang mendapat perilaku seperti itu merasa senang, berarti memang benar anaknya sudah sembuh sampai bisa bermanja-manja kembali padanya.

Zora mengerlingkan matanya seraya menuangkan air untuk Jasmine.

"Hayo! Mulai manjanya!" goda karin, Omanya.

"Apa sih Oma?! Iri yaa nggak Jasmine manjain," jawab Jasmine setelah meminum air dari gelas yang dijulurkan Zora.

"Iya nih, Oma iri," balas Karin sambil memalingkan wajahnya, berpura-pura merajuk.

"Yaudah deh aku manjanya sama Oma, Mama makan dulu gih. Kak Rokka ajak makan Mama dulu sana!" perintahnya kepada Rokka yang baru memasuki ruang inapnya.

Zora melotot ke arah Jasmine, sementara orang yang dipelototin hanya terkekeh. Rokka mengerti atas sinyal yang diberikan Jasmine.

Memang Jasmine yang terbaik!

"Oma pelukkk," manja Jasmine seraya berkata, "makan yang banyak ya, Mah, biar lebih kuat hadapin berondong."

Zora yang telah diseret Rokka sampai pintu Ruangan hanya bisa mendelik kesal atas perkataan yang dilontarkan Jasmine.

Memangnya dirinya akan diapakan Rokka, sampai disuruh makan banyak?! Huh, anak kecil!

⚫⚫⚫

Di kantin rumah sakit, Zora memakan nasi gorengnya dengan perlahan. Ia ingin mengucapkan sesuatu kepada Rokka, tapi ia ragu dan malu.

Rokka yang tidak memesan makanan, sedang mengaduk-aduk es tehnya sambil sesekali melirik Zora yang seperti enggan memakan makanannya.

Ia berpikir. bagaimana bisa dirinya menyukai perempuan di depannya. Padahal ia adalah tipe cowok habis manis sepah dibuang. Jika ia sedang bermain dengan perempuan, pasti yang diinginkannya hanya kenikmatan, setelahnya akan ia tinggalkan. Tapi ini lain, ia hanya ingin terus menjaga dan bersama perempuan sok tegar di depannya. Mungkin ia memang sudah terjerat dengan pesona Zora, Maybe?

Akhirnya Zora memantapkan hatinya dan membuka suara sambil mengarahkan wajahnya menghadap tepat ke Rokka.

"Saya mau berterima kasih, bukan, Sangat berterima kasih ...," ralatnya, "Mungkin kalau nggak ada kamu dan golongan darah kamu sama, Jasmine nggak akan ketolong, kamu penyelamat Jasmine, juga saya," ucap Zora tulus.

"Iya, sama-sama, Tan. Mungkin memang ini sudah takdirnya. Kalau aku akan terus berurusan sama kamu, dimulai dari tabrakan kita tempo hari. Hahaha," balasnya me-flashback kejadian yang mempertemukan mereka.

"Haha, iya yah, waktu itu saya nggak bisa napas loh ditindih badan kamu!"

"Hahaha beneran?! Maaf deh maaf, kamu sih kecantikan."

Zora merona mendengarkan jawaban Rokka, ia memang seperti anak gadis yang digombalin, mudah merona. Memang dirinya sudah tak gadis, tapi kalo masalah laki-laki, semenjak perbuatanya dengan cinta pertamannya, ia tak pernah sekalipun berpacaran maupun bersentuhan dengan laki-laki lain. Kecuali rekan kerjanya. Ia sadar dengan statusnya yang hamil tanpa suami, mana ada yang mau sama dia? Ya 'kan? Yang ada nambah aib, bawa sial, begitu ucapan para tetangganya yang suka bergosip.

"Aku suka liat muka kamu yang kayak kepiting rebus gitu!" goda Rokka yang membuat Zora semakin matang.

"Hush! Gak baik loh godain yang lebih tua," jawabnya yang pasti ngelantur, mana ada larangan untuk menggoda yang lebih tua.

"Masa sih?! Kok aku gak tau, ya," tanyanya dengan menaik turunkan kedua alis tebalnya.

"Oh ya, eum ... aku mau nanya boleh?" lanjut Rokka mulai serius.

"Tanya aja," jawab Zora santai walau sebelumnya cukup terpengaruh dengan raut wajah serius Rokka.

"Aku mau tau tentang semua masa lalu kamu, terutama ayah dari Jasmine."

Zora terbelalak, lalu perlahan menunduk sambil meremas ujung rok spannya, ia tidak menyangka Rokka akan menanyakan hal itu, masa lalunya.

"Aku tau Tante belum menikah. juga, kamu melahirkan Jasmine tanpa status," ujar Rokka semakin pelan di akhir kalimat.

Tidak tau mengapa Zora merasa marah atas ucapan terakhir yang Rokka lontarkan, memangnya kenapa kalau ia melahirkan tanpa status? Yang terpenting Jasmine hasil hubungan atas cinta, bukan kecelakaan. Juga mungkin kalau cinta pertamanya masih hidup ia pasti akan mempertanggung jawabkan perbuatanya.

Tapi, sayangnya ia telah tiada. Terpaksa dirinya harus melahirkan tanpa status dan di rendahkan banyak orang.

Tapi itu semua tidak membuat Zora menyesal telah melahirkan buah hatinya, malahan ia merasa bersyukur ada pengganti 'Dia' dihatinya, yaitu anaknya.

"Kamu orang luar gak perlu tau!" geram Zora yang menahan bentakannya karena teringat tempat ia sekarang.

"Juga, kamu bukan siapa-siapa saya. Jadi jangan banyak bertanya apa lagi ikut campur!" ucapnya memperingati Rokka sebelum beranjak pergi dengam meninggalkan selembar 50 ribuan di atas meja.

Apa aku harus jadi apa-apa kamu dulu, baru kamu mau bercerita?

Aku ikutin kemauan kamu! Aku bakalan buat kamu cinta mati sama aku, Tan! Lalu aku akan membahagiakan kamu!

Rokka diam, menatap nanar kursi yang sudah ditinggal penghuninya.

◈◈◈

BronSAnWhere stories live. Discover now