Bronsan◈VI ⚫T h i s I s S o C r a z y

4.4K 356 7
                                    

Benar saja apa yang telah diduga oleh Zora, kehidupannya di kantor akan terasa memberatkan dan tidak sebebas sebelumnya. Contohnya saja sekarang, Zora sedang duduk di kursi ruangan Rokka, yang tepat menghadap sang direktur hanya terhalang sebuah meja jati besar.

Ia sedang menghadap Rokka karena dipanggil untuk memperlihatkan langsung hasil kerja tugas yang diberikan oleh sang direktur.

Tapi yang anehnya, setiap Rokka memanggil Zora untuk menghadapnya, itu selalu hampir mendekati waktu makan siang kantor, dan jika Zora sudah selesai menghadap, Rokka akan mencari-cari alasan untuk mengajak makan siang bersama dengan Zora, seperti yang sedang berlangsung sekarang.

"Maaf Pak. Eh, Rokka, saya mau makan siang bareng teman saya, lain waktu saja ya."

Zora meminta maaf dan membenarkan panggilannya sesuai perjanjian yang telah mereka sepakati, bahwa ia harus memanggil Rokka dengan nama asli tanpa embel-embel 'Pak' apabila sedang berdua saja, atau! Rokka akan memanggil Zora dengan nama panggilan 'Taycan' di hadapan seluruh karyawan kantor bila ia menolaknya.

Rokka kembali menggeleng atas permintaan Zora yang kesekian kalinya, bila Rokka ingin mendapatkan Zora, ia harus mengeluarkan sisi egoisnya.

"Hari ini kamu makan di sini, Tan. Kalo Tante gak mau, aku yang akan makan di mana pun tante makan nanti. Bareng teman-teman tante yang suka bergosip itu! Atau sekalian aja ya aku buat gosip yang hangat di kantor ini, kalau si manajer pemasaran itu—"

"Oke, stop, Rokka! Saya mau." Zora tersenyum paksa.

Akhirnya Rokka merasa mendapat jackpot, berpikir nantinya mereka bisa berduan ditambah membuat kedekatan di antara dirinya dan Zora menjadi lebih dari sekedar atasan dan bawahan.

Ia tersenyum lebar memikirkannya, lalu menghubungi sekretarisnya  untuk membelikan mereka makanan. Setelah selesai menghubungi Leli -sekretarisnya- Rokka kembali menunjukan wajah sumringahnya dan terus menerus menatap Zora yang menunduk karena merasa canggung.

Kenapa sih dia mukanya kayak gitu?! Ish, ini lagi! cuma lihat begituan aja udah deg-degan. Zora merutuk jantungnya yang bagai tengah berlari marathon cuma karena habis melihat wajah Rokka yang berseri-seri karena bisa makan siang bersama sang pujaan hati.

"Bisa gak kamu jangan lihatin saya kayak gitu," pinta Zora tanpa berani melihat ke arah Rokka.

"Kayak gimana?"

Rokka berpura-pura bodoh dengan tetap menampilkan senyuman lima jarinya.

"Kayak yang sekarang kamu lagi lakuin."

"Kayak gini?" tanya Rokka dengan menangkup kedua pipinya sendiri sambil memajukan wajah lebih dekat dan hampir meniduri meja besar di depannya.

Zora hanya mengangguk tanpa menyadari lawan bicaranya yang telah berpindah wajah lebih dekat dari letak sebelumnya. Namun, setelah beberapa menit tidak ada suara, Zora memberanikan diri menaikkan pandangannya untuk melihat ekspresi yang sedang ditunjukkan Rokka, dan yang dilihatnya adalah Rokka yang sedang berpangku wajah di hadapannya dengan jarak hampir 10 cm lagi mengenai wajah cantiknya.

Zora terdiam menatap netra biru gelap Rokka yang bagai menariknya, membawa masuk Zora untuk lebih dalam dan tenggelam di dalam lautan kehangatan yang terpancar dari warnanya.

1 menit, deg deg.

3 menit, deg deg deg.

5 menit, deg deg deg deg deg deg deg.

Degupan jantung Zora semakin menggila setara dengan tatapan Netra biru Rokka yang bertambah dalam, dengan tatapan cinta yang memancar sekarang, membuat Zora tak sanggup untuk lebih lama menatapnya. Sampai kemudian akhirnya ia memutuskan pandangan itu. Tetapi dalam beberapa detik selanjutnya,

BronSAnWo Geschichten leben. Entdecke jetzt