Bronsan◈IV⚫ Events Unexpected

5K 407 20
                                    

Ada waktu luang, Nay Uplah
Happy Reading

***

"Ihh, Mama cantik banget!! Pasti nanti aku dapet New hot Daddy deh di sana!!" teriak Jasmine senang, saat melihat penampilan Zora yang memakai dress tanpa lengan selutut berwarna cream dengan sedikit pernak-pernik di daerah belahan dada sampai pinggang.

Ditambah rambut panjangnya ia kuncir kuda dengan sentuhan bergelombang di bagian bawahnya, memperlihatkan leher jenjangnya yang dilingkari kalung choker hitam berenda. Menambahkan kesan muda di sana.

Walaupun Zora sudah kepala tiga, tetapi dari segi fisik dan wajah bila orang tidak mengenalnya, mungkin mereka menganggap Zora masih berumur 20-an, itu dikarenakan kegiatannya yang rajin zumba, yoga, nge-gym, maupun senam pagi. Sehingga, wajah dan tubuhnya awet muda, tidak seperti perempuan lain yang seumuran dengannya.

"Mah? Aku beneran lho! Mama itu kayak bukan ibu-ibu, malah lebih cocok jadi kakak aku," ucap Jasmine dengan cengiran, yang ditanggapi senyuman dan elusan lembut di kepala oleh Zora.

Zora bukannya tidak senang dengan perkataan Jasmine yang ia ketahui sebenarnya hanyalah candaan semata, tapi karena itu juga Zora jadi mengingat kenangan terburuknya yang selama ini ia pendam dalam-dalam dan tidak ingin diingatnya. Zora berpikir, mungkin memang ini sudah saatnya ia bercerita kepada Jasmine tentang siapa ayah kandung putrinya itu.

"Jasmine, Mama mau cerita sedikit sama kamu." Zora membuka suara setelah sekian lama hanya menatap kosong ke depan sambil mengelus rambut Jasmine.

Jasmine mengangguk dan duduk di bangku meja rias, sementara Zora berlutut di depan Jasmine.

"Kamu mau tau? Kenapa selama ini gak ada Papa yang menemani masa pertumbuhan kamu?" tanya Zora memulai pembicaraan, dengan mempertanyakan penyebab tidak hadirnya sosok ayah dalam hidup anaknya.

Zora merasa setelah sekian lama dirinya menyimpan dalam-dalam rahasia tentang ayahnya Jasmine, sekarang saatnya untuk dia memberitahukan kebenarannya, kepada anaknya yang selama ini juga menanyakan tentang sosok ayah yang hanya dijawab gelengan olehnya.

Jasmine kembali mengangguk seraya mengelus wajah mamanya yang berada di hadapannya.

"Aku nggak apa-apa kok, kalo Mama emang belom siap ceritain tentang Papa," ujar Jasmine yang dibalas gelengan kepala Zora.

Jasmine tau selama ini mamanya juga merasakan kepedihan bila ia menanyakan perihal sang ayah yang belum pernah dilihatnya, fotonya pun belum pernah Jasmine lihat. Jadi, sekarang ia juga tidak bisa memaksakan apabila sang mama belum mampu atau mau memberitahukan sosok dan keberadaan sang ayah.

"Nggak, Sayang. Mama sekarang siap. Tapi Mama takut kamu yang nggak akan siap dengar kebenarannya," jawab Zora sambil mengambil tangan Jasmine yang tadi mengelus pipinya, digenggamnya tangan yang lebih kecil dari miliknya itu.

Jasmine menggeleng.

"Aku Insyaallah siap, Mah. Kalo Mama mau cerita, sekarang cerita aja," kata Jasmine menenangkan seraya menyuruh mamanya untuk bercerita.

Dia berdoa dulu dalam hati, setelah merasa hatinya siap untuk bercerita, bibirnya mengeluarkan suara.

"Sebenarnya ... kamu punya Papa. Namanya Zidan Anggara, dia cinta pertamanya Mama. Karena suatu kejadian di pesta ultahnya temen Mama, kami jadi berbuat sesuatu yang sudah di luar batas."

Zora menarik napas untuk memenuhi oksigen di paru-parunya, rasanya seperti tidak ada oksigen di sekelilingnya saat sedang bercerita masa lalunya ini.

"Dan keesokkan harinya, Mama dikabarin orang tua Papa kamu, kalau–"

BronSAnWhere stories live. Discover now