RETAK 2

555 29 0
                                    

"Cahaya aku ingin melihatmu,
lepaskan kegelapan yang telah
merenggutmu"
- Blank, hurt, sad -

2 bulan berlalu, kehidupan Lyren yang sangat tidak berwarna. Hanya ada kegelapan yang ada. Melihatnya sangat menyedihkan duduk dipojok kamar, lampu mati, dan air mata yang selalu mengalir dipagi harinya. Kedua orang tuanya memutuskan untuk tinggal bersama Lyren, hingga Lyren mendapatkan donor mata. Tetapi, Lyren tidak memperdulikan itu. Lyren menyukai keadaannya yang sekarang karena, orang tuanya sekarang peduli dengannya. Walaupun Lyren tau itu hanyalah belas kasihan.

"Hi, Iren." Suara laki laki yang selalu menyemangatkan dia dihari harinya. Disaat kegelapan merenggut kebahagiaannya yang sangat berharga. Lyren mebalas sapaan Revan dengan senyum dan mengusap air matanya

"Coba tebak cogan bawa apa hayooo?" Tanyanya menggoda dan mencoel pipi Lyren. Lyren tersenyum dengan tingkah Revan "pasti makanan kan," Revan tersenyum gemas. "Good, yuk makan." Lyren mengangguk.

Mereka makan bersama dikamar Lyren, Revan menyuapi Lyren dengan penuh kasih sayang.

"Ir, gue mau kekamar mandi yah. Lu tunggu sini." Revan langsung berdiri menuju kekamar mandi. Lyren merasa serat dia butuh minum, ia berjalan menuju dapur. Tetapi, sebelum ia ke dapur ia mendengar suara dari ruang tamu.

"Iren, Iren, Iren. Lo dimana?" Teriak Revan mencari keberadaan Lyren, Revan melihat Lyren sedang bersender didinding. Dengan segera dia menghampiri Lyren dan menepuk bahunya. "Ren," panggilnya. "Lu-"

Sebelum Revan melanjutkan ucapannya Lyren langsung pergi ingin balik kekamarnya. Tetapi, Lyren menabrak gucci.

Semua orang yang disana melihat Lyren jatuh. "Iren" teriak semua orang. Lyren tidak memperdulikannya ia melanjutkan jalannya dengan cepat, kakinya menginjak pecahan gucci. Ia meringis kesakitan tetapi ia tidak peduli, lebih menyakitkan mendengar pembicaraan kedua orang tuanya tadi. Sungguh menyakitkan lagi-lagi ia menabrak meja dan jatuh. "Ly, kamu kenapa sayang?" Tanya Reno, berjalan mendekat kearah Lyren

Lyren diam, diam, dan menangis kejer "arrggh..." teriaknya. "Lyren benci kalian semua, Lyren benci buta! Lyren pikir dengan Lyren buta kalian bisa sayang Lyren dan peduli. But what??? All the same. Hm, ada yang beda but its fake! I wanna dead, Lyren capek kenapa hidup Lyren seperti ini. Why must me? Why! Uang? Haha uang itu nggak akan pernah bikin Lyren bahagia. Lyren mau kasih sayang mama dan papa itu cukup." Isak nya dengan amarah yang penuh kebencian.

Revano hanya diam, ia tidak mengerti apa yang diucapkan Lyren. Lyren berdiri dan masuk kekamarnya. Melempar semua barang dikamarnya.

"Kamu urusin Iren dulu aku mau ketemu suamiku dulu," mella langsung pergi tetapi, sudah dicegah duluan oleh Reno.

"Apa-apaan aku juga ingin menjumpai istriku," halang Reno. "Aku, tidak bisa menjaga Lyren aku lebih peduli sama suamiku dirumah dibandinkan-"

PLAAAK

Tamparan yang cukup keras mendarat dipipi Mella. "Jaga omonganmu, dia anakmu satu-satunya. Dia lagi sakit apa kau tidak peduli hah!?" Amarah Reno meluap.

Mella hanya menatap Reno dengan raut wajahnya yang tidak menyangka apa yang baru terjadi. Sebelum Mella menjawab ia mendengar ada sesuatu yang jatuh dibalik didinding.

"Arrgghh.... gue benci. Kenapa semua begitu rumit dalam hidup gue. Kenapa!" Teriaknya sambil melempar vas bunga dimeja riasnya. Perkataan orang tuanya selalu terbayang dipikiran Lyren.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang